Yahya Sinwar Terpilih Sebagai Pemimpin Baru Hamas, Siapa Dia, dan Apa Artinya bagi Perjuangan Hamas?
Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa, Gerakan Perlawanan Palestina Hamas mengumumkan bahwa Yahya Sinwar adalah pemimpin barunya.
Penulis: Muhammad Barir
Yahya Sinwar Terpilih Sebagai Pemimpin Baru Hamas, Siapa Dia dan Apa Artinya Bagi Perjuangan Hamas
TRIBUNNEWS.COM- Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa, Gerakan Perlawanan Palestina Hamas mengumumkan bahwa Yahya Sinwar adalah pemimpin barunya, setelah pembunuhan biro politik gerakan tersebut, Ismail Haniyeh.
Haniyeh dibunuh di Teheran pada tanggal 31 Juli, meninggalkan Hamas dengan keputusan dan tantangan untuk memilih pemimpin baru.
Kepemimpinan Hamas terbagi antara tiga komando, satu dipimpin oleh Saleh al-Arouri di Tepi Barat, satu lagi oleh Yahya Sinwar di Gaza, dan Khaled Meshaal di luar negeri.
Ismail Haniyeh adalah pemimpin keseluruhan.
Israel membunuh Arouri pada bulan Januari, dan Haniyeh beberapa hari yang lalu.
Setelah berhari-hari berunding, dewan syura Palestina (dewan musyawarah) memilih Yahya Sinwar sebagai pemimpin keseluruhannya yang baru.
Siapa Yahya Sinwar?
Palestine Chronicle baru-baru ini menulis, Sinwar lahir pada tanggal 29 Oktober 1962, di kamp pengungsi Khan Younis.
Pada tahun 1948, orang tuanya dibersihkan secara etnis dari rumah mereka di Majdal-Askalan, sekarang diambil alih oleh pemukim Israel dan diganti namanya menjadi Ashkelon.
Terluka oleh pengalamannya tumbuh sebagai pengungsi, tumbuh di bawah pendudukan militer di Jalur Gaza – yang terjadi pada tahun 1967 – ayahnya mengatakan bahwa
“Kehidupan Yahya penuh dengan penderitaan karena agresi Zionis. Sejak kecil, ia bertekad untuk melawan pendudukan tersebut.”
Seorang siswa berprestasi dalam bidang akademis di sekolah, ia melanjutkan studi di Universitas Islam di Gaza, di mana ia membantu merintis Blok Islam dan memegang sejumlah jabatan dewan mahasiswa di universitas tersebut.
Pada tahun 1982, Sinwar dan anggota dewan mahasiswa lainnya melakukan perjalanan mengunjungi wanita Palestina di Jenin yang diduga menjadi korban upaya peracunan oleh orang Israel.
Sebagai tanggapan atas kunjungan tersebut, ia ditangkap dan ditempatkan di bawah penahanan administratif (ditahan tanpa dakwaan atau pengadilan) selama enam bulan, dengan tuduhan terlibat dalam aktivitas Islam subversif.
Selama penahanannya, Sinwar berteman dengan aktivis lain, seperti Saleh Shehade yang kemudian memimpin sayap bersenjata Hamas hingga pembunuhannya pada tahun 2002.