Operasi Militer Besar Lagi, Israel Gempur 60 Target di Khan Yunis, Perwira Brigade Nahal Luka Parah
Seorang perwira IDF yang bertugas di Brigade Nahal terluka parah dalam pertempuran di Khan Yunis Gaza Selatan saat kembali menggempur wilayah itu.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Nyatakan Operasi Militer Besar, Israel Gempur 60 Target di Khan Yunis, Perwira Brigade Nahal Luka Parah
TRIBUNNEWS.COM - Tentara pendudukan Israel (IDF), pada Jumat (9/8/2024) kembali menyatakan kalau mereka telah memulai operasi ofensif di daerah Khan Yunis, selatan Jalur Gaza.
Tentara IDF mengklaim, kalau informasi intelijen yang mereka terima menyatakan keberadaan apa yang mereka gambarkan sebagai penyabot, dan apa yang mereka gambarkan sebagai struktur pejuang Palestina di wilayah tersebut.
Ini adalah kesekian kalinya IDF menggempur Khan Yunis setelah berulang kali menarik mundur pasukannya dari wilayah tersebut dengan dalih kalau operasi telah selesai dan kekuatan milisi perlawanan Palestina, Hamas Cs, telah dibongkar, atau istilah mereka 'dismantled'.
Baca juga: Tentara Israel Tak Pernah Belajar, Meledak Kena Bom Al-Qassam Saat Sembunyi di Gedung di Khan Yunis
"Tentara Israel mengatakan bahwa dengan dimulainya masuknya pasukan ke wilayah tersebut, pesawat tersebut melancarkan serangan intensif yang menargetkan lebih dari 30 sasaran Hamas, termasuk depot senjata dan kompleks pertemuan – menurut klaimnya," tulis laporan Khaberni, Jumat.
Baca juga: Pakar Militer Tergetar oleh Doa yang Diucapkan Petempur Qassam Saat Bom Tank Israel dari Jarak Dekat
Perwira Brigade Nahal Luka Parah
Operasi militer besar IDF di Khan Yunis tersebut diiringi perlawanan super-sengit dari milisi perlawanan Palestina di wilayah Gaza Selatan tersebut.
Jerusalem Post melansir, seorang perwira IDF yang bertugas di Brigade Nahal terluka parah dalam pertempuran di Jalur Gaza selatan pada hari Kamis, kata militer IDF pada Jumat pagi.
"Dia dipindahkan ke rumah sakit untuk perawatan medis lebih lanjut," tambah pernyataan IDF.
Dalam pernyataannya, IDF mengklaim tim tempur mereka telah menghancurkan infrastruktur milisi perlawanan di Gaza tengah dan selatan, termasuk Khan Yunis.
"Sementara IAF (angkatan udara Israel) menyerang beberapa sasaran dan melenyapkan petempur milisi Palestina berdasarkan intelijen yang tepat pada hari Kamis dan Jumat," militer IDF mengumumkan pada Jumat.
Laporan menambahkan, tim tempur Brigade Nahal dan Givati, di bawah komando Divisi 162, telah membongkar senjata dan infrastruktur milisi Palestina antara Kamis dan Jumat pagi sambil membunuh puluhan milisi bersenjata di daerah tersebut dengan serangan IAF, tembakan tank dan mortir, serta pertempuran jarak dekat.
Dalam salah satu serangan, pasukan IDF mengklaim mengidentifikasi beberapa petempur milisi Palestina yang bersenjatakan RPG yang merupakan ancaman langsung terhadap pasukan.
Militer Israel kemudian mengklaim kalau mereka mengarahkan pesawat IDF untuk menyerang dan melenyapkan para petempur milisi pembebasan Palestina tersebut.
Bombardir 60 Sasaran
Pada Jumat pagi, tim tempur brigade Yerusalem dan Harel dari IDF, bersama dengan pemadam kebakaran 454, terus melakukan operasi darat di Gaza tengah, di bawah komando divisi 252 IDF.
"Pasukan tersebut melenyapkan sejumlah besar milisi dan membongkar infrastruktur perlawanan. Dalam sejumlah insiden berbeda, pasukan IDF mengidentifikasi sejumlah milisi Palestina yang sedang dalam perjalanan untuk menembaki mereka dan kemudian dilenyapkan dengan tembakan tank," klaim laporan Jerusalem Post mengutip sumber IDF.
"Menyusul informasi intelijen yang menunjukkan keberadaan para milisi perlawanan Palestina dan infrastruktur perlawanan di Khan Yunis di Gaza selatan, Divisi ke-98 IDF memulai operasi darat terhadap sasaran di daerah tersebut sambil mencari dan membongkar persenjataan dan infrastruktur pada Jumat pagi," tambah laporan itu.
Laporan juga menyatakan, kalau selama Kamis dan Jumat, IAF menyerang sekitar 60 sasaran di seluruh Jalur Gaza, termasuk struktur militer tempat milisi perlawanan Palestina beroperasi, persenjataan, dan infrastruktur tambahan pejuang Palestina.
IDF Salah Perhitungan, Mati Kutu di Perang Kota
Sebagai catatan, ini bukan pertama kali IDF melakukan operasi militer besar di Khan Yunis.
Sebelumnya, pasukan darat Israel juga pernah masuk menyerbu wilayah tersebut, namun kemudian berulang kali menarik pasukan mundur dengan alasan kalau operasi militer telah selesai.
Kini, pada Agustus 2024, IDF kembali mengulang pola yang sama, menggempur Khan Yunis dengan dalih 'informasi intelijen'.
Pada (7/4/2024) lalu, Radio Tentara Israel melaporkan kalau IDF Israel menarik seluruh unit Divisi 98, dengan tiga brigadenya, dari wilayah Khan Yunis setelah 4 bulan pertempuran.
Pakar militer dan strategis, Kolonel Hatem Karim Al-Falahi, memberikan analisis gambaran yang terjadi atas penarikan mundur pasukan IDF dari Khan Yunis saat itu.
Dia mengatakan, kalau operasi Tentara Israel di kota Khan Yunis, selatan Jalur Gaza, didasarkan pada perkiraan yang salah.
IDF awalnya menetapkan, kalau operasi militer darat di Khan Yunis hanya akan memakan waktu 2 bulan.
Faktanya, hingga akhirnya ditarik mundur dengan berbagai dalih pada April lalu, pasukan IDF di Khan Yunis sudah bertempur selama 4 bulan, tanpa mendapatkan target yang mereka tetapkan.
Al-Falahi menganalisis - dalam segmen analisis militer di situs Al Jazeera - bahwa tidak mungkin memberikan jangka waktu pasti dalam hal pencapaian tujuan di kawasan terbangun (perkotaan) seperti Khan Yunis.
"Terutama karena sarana yang dikembangkan tidak konsisten dan tidak mampu mencapai tujuan dari operasi darat militer yang dilancarkan," katanya.
Ia menjelaskan, ada beberapa hal yang membuat IDF gagal di Khan Yunis merujuk dari salah perhitungan yang terjadi.
Pertama, pertempuran di Khan Yunis adalah jenis perang kota, bukan perang di wilayah terbuka, sebuah hal yang justru ditonjolkan IDF dalam persiapannya.
Faktor ini menjadi hal yang membuat IDF mati kutu terlepas dari keunggulan dari jenis dan kuantitas persenjataan yang mereka miliki.
Ini pula yang menjelaskan hal kenapa banyak tank merkava IDF yang hangus di Khan Yunis.
Baca juga: Al Qassam Ledakkan 3 Merkava Israel: 6 IDF Tewas Terjebak, Brigade Al-Quds Beraksi di Deir al-Balah
Celah-celah sempit dengan banyak gang, plus kontur medan pertempuran yang berhias banyak puing bangunan, merupakan lanskap yang juga berbeda dari yang disiapkan IDF menghadapi milisi perlawanan Palestina.
Faktor ini menjelaskan soal banyaknya operasi penyergapan (ambushment) yang sukses dari Brigade Al-Qassam.
Baca juga: Al Qassam Sergap Tentara Israel di Khan Yunis, Pasukan Penyelamat IDF yang Datang Kena Hantam Juga
"Pertempuran di wilayah terbuka berbeda dengan pertempuran di dalam kota, seperti halnya pertempuran melawan tentara reguler berbeda dengan pertempuran dengan kelompok bersenjata," kata Al-Falahi.
Selain taktik hit and run, milisi perlawanan Palestina juga sudah menyiapkan diri untuk pertarungan jarak dekat.
"Pertempuran melawan milisi juga mencakup pertarungan personal (satu lawan satu) dan perang gerilya," katanya.
Baca juga: Babak Belur di Khan Yunis, Tentara Israel Tarik Pasukan dari Gaza Selatan: Sisakan Satu Batalyon IDF
Babak Belur Kalau Tidak Mundur
Dia menekankan, tentara pendudukan Israel menghadapi kesulitan besar selama operasinya di Khan Yunis.
"Mereka mempunyai masalah untuk tetap berada di dalam kota, dan kelangsungan hidup mereka terancam karena adanya kegagalan militer," kata dia menganalisis alasan sebenarnya dari penarikan mundur pasukan tersebut.
Al-Falahi, menekankan, penarikan mundur pasukan ini menandai kegagalan operasi militer IDF di Khan Yunis karena gagal mencapai targetnya yaitu melenyapkan Gerakan Perlawanan Hamas dan membebaskan para tahanan Israel yang disandera.
Meski begitu, Al-Falahi mengakui kalau operasi darat Israel di Khan Yunis selama empat bulan memang melemahkan kemampuan faksi perlawanan.
Namun dia menekankan kalau eksistensi militer perlawanan Palestina di sana tetap ada.
"Kehadiran mereka (milisi perlawanan Palestina, Hamas dan PIJ, red) di seluruh wilayah Jalur Gaza di utara, tengah dan selatan, menunjukkan kalau operasi perlawanan tidak berhenti," katanya.
Beda Klaim IDF dan Kenyataan
Al-Falahi juga menyoroti beberapa kontradiksi dalam pernyataan pihak militer Israel.
Contohnya soal klaim Israel yang mengatakan kalau tentara IDF akan kembali ke Khan Yunis jika ada ancaman.
Dalam pernyataan kritis, dia menyebut: “Mengapa penarikan dilakukan setelah operasi Zinna dan Hay al-Amal baru-baru ini di Khan Yunis?”
Baca juga: Babak Belur di Khan Yunis, Tentara Israel Tarik Pasukan dari Gaza Selatan: Sisakan Satu Batalyon IDF
Ia menyinggung sejumlah tekanan yang dihadapi Israel.
Selain tekanan Washington, Tel Aviv berada di bawah ancaman front Gaza dan Tepi Barat, dan mungkin potensi perang terbuka melawan Hizbullah Lebanon.
Dia menambahkan, ancaman pembalasan oleh Iran dia prediksi menjadi hal lain di balik penarikan pasukan besar-besaran IDF tersebut.
“Ada ancaman Iran untuk merespons Israel setelah pemboman konsulat Teheran di Suriah, selain perpecahan politik yang tajam di Israel dan dampaknya terhadap pemerintahan Benjamin Netanyahu," katanya.
Buat Apa IDF Membombardir Khan Yunis?
Lalu buat apa IDF membombardir Khan Yunis selama ini jika harus ditarik mundur tanpa hasil lalu menyerbu lagi di kemudian hari?
Al-Falahi menilai, tujuan awal invasi Khan Yunis IDF ini terkait dengan penyerbuan darat IDF ke Kota Rafah.
Dengan hipotesis Rafah adalah benteng terakhir dari Hamas di Gaza, seperti yang digaungkan petinggi militer Israel, IDF harus mengamankan area yang bisa digunakan sebagai basis pasukan.
Dalam penyerbuan 'benteng' Rafah, Israel berniat menjadikan Khan Yunis sebagai wilayah perlindungan pasukannya.
Baca juga: Maut Menanti Israel di Rafah, Bersiap Hadapi Terowongan Maut, Ruang Komando, Markas Rahasia Hamas
Sebagai catatan, Rafah dan Khan Yunis hanya berjarak sekitar 8 mil atau 7 Kilometer, perimeter ideal bagi basis pasukan untuk maju dan mundur dari dan ke lokasi pertempuran.
"Mereka untuk mengubahnya menjadi daerah perlindungan potensial sehubungan dengan pembicaraan tentang Pertempuran Rafah, serta keinginan untuk beristirahat dan memulihkan kesiapan pasukan Israel," papar Al-Falahi.
Dengan kegagalan 'menguasai' Khan Yunis, Al-Falahi menilai Israel akan memulai peralihan ke tahap ketiga perang.
Dalam fase ini, Israel akan mengurangi operasi militer yang melibatkan banyak personel dan cenderung menggunakan serangan yang berbasis informasi intelijen.
(oln/jp/khbrn/*)