Eks Jenderal Israel: Kami Tak Siap Hadapi Rudal Iran dan Proksinya, Seluruh Negara Akan Hancur
Mantan Jenderal Israel, Dan Ronen, mengklaim negaranya tak akan siap menghadapi rudal dari Iran dan proksi-proksinya.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.com - Mantan Direktur Jenderal Kementerian Pertahanan Front Dalam Negeri Israel, Dan Ronen, mengatakan negaranya tidak akan siap menghadapi serangan rudal dari Iran dan proksinya, Hizbullah dan Houthi.
Ia meyakini Israel tak punya solusi jika Iran, Hizbullah di Lebanon, dan Houthi di Yaman, melancarkan serangan dalam waktu dekat.
"Jika besok garis depan Hizbullah, Houthi, dan Iran bersiap, dan jika ribuan rudal ditembakkan ke Israel, saya tidak yakin Israel punya solusi," kata Ronen, Minggu (18/7/2024), dikutip dari The Jerusalem Post.
Lebih lanjut, Ronen juga menyinggung ketidaksiapan Israel menghadapi perang multi-front dari Iran dan proksi-proksinya di tengah ketegangan di Timur Tengah.
Ia menyebut Israel sama sekali tidak punya perlindungan untuk melawan ribuan rudal dari Iran dan proksi-proksinya.
"Dari Lebanon saja, selama 34 hari terakhir, ada 100 hingga 200 rudal yang ditembakkan setiap hari. Itu adalah angka harian (rudal) yang ditembakkan baru dari utara (Lebanon) saja."
"Berapa banyak rudal yang bisa dihancurkan Iron Dome? Seribu, dua ribu, tiga ribu? Akan ada bencana besar di Israel dan kita sama sekali tak punya perlindungan," ujar Ronen.
"Bagaimana bisa, ada ancaman nomor satu bagi Israel, yang tentu saja tidak muncul kemarin sore, tapi pemerintah tidak punya rencana untuk melindungi warganya? Bagaimana mungkin Israel tidak memimpin satupun rencana perlindungan?" imbuh dia.
Meski demikian, Ronen mengatakan tempat perlindungan bukanlah solusi.
Menurutnya, orang-orang bisa saja terbunuh dalam perjalanan ke dan dari tempat perlindungan saat alarm berbunyi.
Ronen mengaku pesimis pada kesiapan Israel dalam menghadapi serangan musuh-musuhnya.
Baca juga: 2 Sosok yang Bantu Israel Bunuh Haniyeh Ternyata Anggota IRGC, Langsung Dievakuasi Mossad dari Iran
Hal ini berkaca pada rudal Hizbullah kerap jatuh di wilayah utara Israel tanpa ada peringatan.
"Bahkan hari ini roket (Hizbullah) jatuh di wilayah utara tanpa peringatan. Besok bisa saja seluruh negara (Israel) terkena (sasaran roket)," pungkas dia.
Iran Diprediksi Tunda Serangan
Sementara itu, Iran kembali diperkirakan menunda serangannya ke Israel, di tengah kebuntuan negosiasi gencatan senjata antara Tel Aviv dan Hamas soal kondisi di Jalur Gaza.
Pejabat Amerika Serikat (AS), Iran, dan Israel, sebagaimana dikutip The New York Times, mengatakan ditundanya serangan balasan itu karena Iran ingin memberi waktu bagi para mediator untuk menekan Tel Aviv menyepakati gencatan senjata.
"Iran diperkirakan akan menunda serangan yang direncanakan terhadap Israel sebagai balasan atas pembunuhan pemimpin Hamas (Ismail Haniyeh) di Teheran untuk memberi waktu bagi para mediator untuk mendorong gencatan senjata di Gaza," kata mereka, Jumat (16/8/2024).
Diketahui, mediator gencatan senjata adalah AS, Mesir, dan Qatar.
Laporan itu muncul tak lama setelah Perdana Menteri Qatar, Mohammad Abdulrahman Al Thani, menjadi orang terakhir yang meminta Iran menunda serangan balasan terhadap Israel, menurut Washington Post.
Dalam panggilan telepon dengan Penjabat Menteri Luar Negeri Iran, Ali Bagheri-Kani, Al Thani meminta Teheran untuk mempertimbangkan "konsekuensi serius" dari serangan terhadap Israel.
Pesan dari Teheran sebagian besar tetap sama, pembunuhan Haniyeh memerlukan respons yang keras.
Baca juga: Iran Sebut Persiapan Israel Hadapi Teheran Sia-sia: Serangan Kami akan Cepat dan Berat
Namun, ada beberapa tanda rencana pembalasan mungkin tidak sejelas seperti yang dikatakan pejabat Iran.
Iran sendiri sejauh ini menolak semua seruan untuk menahan diri dan berjanji akan melancarkan serangan besar-besaran.
Namun, peluang yang semakin besar untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza tampaknya telah meyakinkan para pemimpin Iran untuk menunggu sedikit lebih lama.
Ketegangan di Timur Tengah terjadi menyusul pernyataan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, yang menjanjikan "hukuman keras" bagi Israel sebagai balasan atas kematian Haniyeh.
"Rezim Zionis kriminal dan teroris telah membunuh tamu kami yang terkasih di rumah kami (Iran) dan membuat kami berduka," kata Khamenei dalam sebuah pernyataan, Rabu (31/7/2024), dilansir Al Jazeera.
Ia menambahkan, "rezim Zionis juga menyiapkan dasar untuk hukuman keras bagi dirinya sendiri."
Khamenei juga menegaskan, adalah tugas Iran untuk membalas pembunuhan Haniyeh.
"Kami menganggap bahwa adalah tugas kami untuk membalas darahnya (tewasnya Haniyeh) dalam insiden pahit dan sulit yang terjadi di wilayah Republik Islam ini," imbuhnya.
Sebagai informasi, Haniyeh tewas diserang di Teheran, 31 Juli 2024 dini hari, dalam perjalanannya menghadiri pelantikan Presiden baru Iran, Masaoud Pezeshkian.
Acara pelantikan Pezeshkian diketahui menjadi kemunculan terakhir Haniyeh.
Selain Haniyeh, pengawal pribadinya yang juga Wakil Komandan Brigade Al-Qassam, Wasim Abu Shaaban, juga tewas dalam serangan itu.
Meski demikian, Israel hingga saat ini belum membantah ataupun mengakui pembunuhan terhadap Haniyeh.
Tetapi, sumber di Gedung Putih mengatakan Israel langsung menghubungi AS setelah Haniyeh tewas dan mengabarkan mereka lah yang membunuh Pemimpin Hamas tersebut.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)