Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

American Airlines Perpanjang Penangguhan Penerbangan ke Israel hingga Akhir Maret 2025

Tanda-tanda perang panjang yang melibatkan Israel melawan poros perlawanan terlihat dari pengumuman Maskapai AS, American Airlines yang ogah terbang

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in American Airlines Perpanjang Penangguhan Penerbangan ke Israel hingga Akhir Maret 2025
khaberni
Tangkap layar video situasi di Bandara Ben Gurion, Tel Aviv, wilayah pendudukan Israel tampak sepi penumpang. Sebagian besar maskapai internasional membatalkan penerbangan dari dan ke Israel karena misteriusnya waktu pembalasan Iran. 

American Airlines Perpanjang Penangguhan Penerbangan ke Israel hingga Akhir Maret 2025

TRIBUNNEWS.COM - Maskapai Amerika Serikat (AS), American Airlines menangguhkan penerbangan ke Israel hingga akhir Maret 2025.

Keputusan maskapai tersebut berarti memperpanjang penghentian layanan penerbangan mereka ke Tel AViv yang dimulai sejak hari-hari awal perang di Gaza.

Dilansir MNA, Seorang juru bicara maskapai mengatakan, Rabu (21/8/2024) kalau pelanggan dengan tiket untuk penerbangan ke Tel Aviv dapat memesan ulang tanpa biaya tambahan atau membatalkan perjalanan mereka dan mendapatkan pengembalian uang.

Baca juga: Sibuk Bersiap Hadapi Serangan Pembalasan Iran-Hizbullah, Ekonomi Israel Kacau-balau

Memperbarui nasihat perjalanan di situs webnya selama akhir pekan, maskapai tersebut mengatakan penerbangan ke Bandara Internasional Ben Gurion di Tel Aviv akan ditangguhkan hingga 29 Maret 2025.

"Kami akan terus bekerja sama dengan maskapai mitra kami untuk membantu pelanggan yang bepergian antara Israel dan kota-kota Eropa dengan layanan ke AS," kata juru bicara itu.

Meskipun ada pernyataan itu, situs web American Airlines pada Rabu tampaknya masih mengiklankan penerbangan ke Israel paling cepat pada bulan November.

Berita Rekomendasi

Tidak segera jelas apakah benar-benar mungkin untuk membeli tiket tersebut.

Maskapai lain AS, Delta Air Lines juga memperpanjang penangguhan penerbangan Tel Aviv hingga 30 September dari 31 Agustus.

Adapun United Airlines telah menangguhkan layanan tanpa batas waktu.

Maskapai Lufthansa Jerman mengumumkan pada hari Senin kemarin kalau berdasarkan "analisis keamanan terkini", mereka akan menghentikan semua penerbangan ke Tel Aviv, Amman, Beirut, Teheran, dan Erbil di Irak hingga hari Senin mendatang.

Perjalanan udara telah berulang kali terguncang oleh perang di Gaza dan meningkatnya ketegangan regional.

Ketika pertempuran dimulai Oktober lalu sebagai akibat dari serangan Hamas yang menghancurkan Israel, sebagian besar maskapai penerbangan asing menghentikan penerbangan mereka.

Baca juga: Serangan Iran Tak Terduga, Bandara Ben Gurion di Tel Aviv Sepi, Maskapai Ogah Terbang ke Israel

Pesawat El Al Israel Airlines terlihat di landasan pacu Bandara Internasional Ben Gurion di Lod, dekat Tel Aviv, Israel, 10 Maret 2020.
Pesawat El Al Israel Airlines terlihat di landasan pacu Bandara Internasional Ben Gurion di Lod, dekat Tel Aviv, Israel, 10 Maret 2020. (tangkap layar jerusalem post/kredit foto: REUTERS/RONEN ZEVULUN)

Bandara Ben-Gurion Target Empuk Serangan Iran-Hizbullah

Bandara Ben-Gurion di Tel Aviv, Israel dinilai menjadi sasaran potensial dari serangan pembalasan Iran dan gerakan Hizbullah Lebanon.

Dalam sebuah ulasan di Jerusalem Post, Israel kemungkinan akan memindahkan operasi Bandara Ben-Gurion ke Bandara Ramon, yang lebih kecil dan jauh dari Israel bagian tengah tetapi lebih terlindungi.

"Dalam setiap serangan terhadap Israel, baik oleh Iran maupun Hizbullah, Bandara Ben-Gurion dianggap sebagai target potensial," tulis ulasan tersebut, dikutip Selasa (13/8/2024).

Ulasan terkait potensi serangan Iran dan Hizbullah ke Bandara Ben-Gurion di Lod, Tel Aviv ini menjadi analisis tersendiri karena bandara tersebut merupakan simbol nasional Israel.

"Bandara ini merupakan pintu gerbang utama ke Israel yang dilalui hampir 60.000 orang setiap hari—bahkan sekarang ketika puluhan maskapai penerbangan asing telah membatalkan atau menangguhkan penerbangan mereka ke Israel," tulis laporan tersebut.

Baca juga: Serangan Iran Tak Terduga, Bandara Ben Gurion di Tel Aviv Sepi, Maskapai Ogah Terbang ke Israel

"Fakta bahwa pesawat angkut Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) mendarat di bandara sipil dengan amunisi dan bahwa area antara Yehud dan Lod serta Highway 40 menampung kantor pusat Industri Dirgantara Israel dan beberapa fasilitas produksinya menjadikan wilayah tersebut sebagai target utama dalam arsip intelijen negara dan organisasi perlawanan," kata ulasan yang ditulis oleh Udi Ezion tersebut.

Disebutkan, Angkatan Udara Israel (IAF) tidak mengungkapkan lokasi baterai Iron Dome, tetapi intersepsi terhadap serangan rudal dari luar sering diamati di sekitar Bandara Ben-Gurion.

"Bahkan ada tembakan roket, bandara ditutup untuk sementara waktu guna membersihkan puing-puing intersepsi dari landasan pacu guna menghindari kerusakan pada mesin dan ban pesawat," kata ulasan tersebut menjelaskan seringnya bandara ini menjadi sasaran serangan.

Saat ini, tidak ada rencana untuk menutup bandara. Namun, jika terjadi serangan berkepanjangan, rencana darurat "Silver Wings" akan dimulai, dan operasi Bandara Ben-Gurion akan dipindahkan ke Bandara Ramon di dekat Eilat, tulis analisis tersebut.

"Meskipun beberapa roket diluncurkan oleh Hamas di Gaza dan Houthi di Yaman ke arah bandara Ramon sejak perang dimulai, dan sisa-sisa roket dan UAV telah ditemukan di dekatnya - sebagian besar setelah intersepsi - penilaiannya adalah bahwa Ramon jauh lebih aman dari ancaman daripada Ben-Gurion. Hal ini disebabkan oleh penghancuran sebagian besar roket jarak jauh Hamas oleh IDF dan karena Ramon dilindungi oleh Iron Dome di Eilat dan sistem pertahanan rudal Arrow di selatan," tambah penjelasan tersebut.

Bandara Internasional Ben Gurion di Tel Aviv, Israel.
Bandara Internasional Ben Gurion di Tel Aviv, Israel. (Skytrax)

Operasi Skala Besar dalam Situasi Krisis

Jika prosedur diaktifkan, semua pihak keamanan Israel yang terlibat memiliki waktu 12 jam untuk memindahkan operasi ke selatan.

Sementara saat ini, kata ulasan tersebut, hanya beberapa penerbangan harian dari Arkia dan Israir yang beroperasi dari Bandara Ramon, Otoritas Bandara dan maskapai penerbangan telah menyusun daftar karyawan yang akan dipindahkan ke Ramon untuk memperkuat staf yang ada.

"Tujuannya adalah untuk menjaga konektivitas udara antara Israel dan dunia bahkan selama serangan berskala besar, khususnya untuk mengakomodasi penerbangan internasional dari maskapai penerbangan Israel daripada mengalihkannya ke Siprus seperti di masa lalu," kata ulasan tersebut.

Selama pembangunan Bandara Ramon, diputuskan untuk memperpanjang landasan pacu menjadi 3,6 kilometer dan memperluas area parkir untuk mengakomodasi pesawat penumpang yang lebih besar yang biasanya tidak mendarat di sana, seperti Boeing 787, 777, dan Airbus A350.

Infrastruktur yang relatif luas di Bandara Ramon memungkinkannya untuk menangani penerbangan transatlantik ke AS atau penerbangan ke Timur.

Untuk mengakomodasi pesawat dari semua maskapai penerbangan Israel jika diperlukan, Bandara Ramon memiliki tempat parkir untuk sekitar 60 pesawat penumpang.

"Jika terjadi serangan hebat, bandara tersebut juga diharapkan dapat menangani penerbangan kargo yang mendesak, termasuk pengiriman senjata atau bantuan kemanusiaan," tulis ulasan menjabarkan rencana kontijensi Israel jika Iran melancarkan serangan besar-besaran.

Tidak seperti Bandara Ben-Gurion, yang dirancang untuk menangani sekitar 30 juta penumpang setiap tahunnya, Bandara Ramon jauh lebih kecil dan dibangun untuk 1,8 juta penumpang setiap tahunnya.

Bandara ini tidak memiliki jembatan jet untuk naik pesawat langsung dan menggunakan kendaraan tangga, yang dapat menjadi tantangan bagi penumpang dengan masalah mobilitas, meskipun ada kendaraan angkat khusus yang tersedia.

"Karena ukurannya, bandara ini hanya dapat mengelola sekitar sepuluh penerbangan simultan dan secara alami akan menangani lebih sedikit penerbangan selama serangan skala besar," kata ulasan tersebut.

Jarak yang signifikan dari Bandara Ramon dari wilayah tengah - tiga jam dengan mobil atau bus - menghadirkan tantangan dan akan membutuhkan peningkatan transportasi umum ke dan dari bandara.

Biasanya, bandara ini sangat terputus dari jaringan transportasi sehingga penumpang harus terlebih dahulu naik bus ke Eilat dan kemudian pindah ke bus yang menuju utara dari sana.

Otoritas Bandara dan Kementerian Transportasi Israel berencana untuk meningkatkan transportasi umum ke Bandara Ramon dalam keadaan darurat.

"Dan Menteri Transportasi Israel, Miri Regev telah mengonfirmasi bahwa bandara tersebut siap menghadapi kemungkinan serangan," kata laporan media Israel tersebut.

Namun, selama Operasi Protective Edge, ketika Bandara Ben-Gurion ditutup karena serangan roket, dan penerbangan dialihkan ke pangkalan Ovda milik IDF, rencana tersebut gagal, menyebabkan ribuan warga Israel berjuang untuk pergi ke atau dari bandara.

Saat ini, Kementerian Perhubungan dapat mengoperasikan layanan antar-jemput dari dan ke Bandara Ramon dari stasiun kereta Beersheba Central.

Selama Operasi Protective Edge, Bandara Ben-Gurion ditutup secara efektif karena keputusan otoritas penerbangan Eropa dan AS, yang melarang penerbangan ke Israel karena kekhawatiran akan keselamatan pesawat dan awak.

Kali ini, lebih sedikit maskapai asing yang terbang ke Israel, dan sejumlah besar lalu lintas dari Turki hilang.

Namun, jumlah maskapai dari Teluk Persia yang melanjutkan penerbangan ke Israel telah meningkat, dan pendaratan di Eilat dapat mempersingkat rute mereka ke Israel.

"Penutupan Bandara Ben-Gurion akan menghentikan penerbangan domestik di Israel, khususnya rute utama dari Eilat ke Ben-Gurion. Hal ini akan mempersulit perjalanan bagi penduduk Eilat yang membutuhkan perawatan medis dan bisnis di pusat negara," kata ulasan tersebut.

Selama Operasi Protective Edge, penerbangan dari Eilat dialihkan ke Bandara Sde Dov di Tel Aviv.

"Namun, karena kepicikan strategis Kementerian Perhubungan di bawah Israel Katz, Sde Dov ditutup, sehingga Ben-Gurion tidak memiliki alternatif terdekat," demikian kesimpulan ulasan tersebut mengkritik kelemahan rencana kontijensi pemerintah pendudukan.

(oln/MNA/tjp/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas