Bos Telegram Pavel Durov Terancam Penjara 20 Tahun
Pendiri dan CEO Telegram aplikasi pesan terenkripsi populer, Pavel Durov ditengkap oleh polisi di Prancis.
Penulis: Hendra Gunawan
Ia diperkirakan akan hadir di pengadilan pada hari Minggu malam. Jika terbukti bersalah, ia dapat menghadapi hukuman penjara hingga 20 tahun.
Telegram tidak segera menanggapi perkembangan tersebut. Kedutaan Besar Rusia di Prancis mengambil "langkah segera" untuk mengklarifikasi situasi tersebut.
Durov dan saudaranya Nikolai mendirikan aplikasi pengiriman pesan tersebut pada tahun 2013 dan memiliki sekitar 900 juta pengguna aktif.
Telegram menawarkan pengiriman pesan terenkripsi ujung ke ujung dan pengguna juga dapat menyiapkan "saluran" untuk menyebarkan informasi dengan cepat kepada para pengikutnya.
Dikecam Oposisi
Tindakan pemerintahan Presiden Emmanuel Macron tersebut mendapat kecaman dari Partai Patriot (Les Patriotes) Prancis.
Pemimpin Partai Patriot, Florian Philippot menyebut rezim Prancis Emmanuel Macron sebagai "orang-orang gila" atas penahanan Durov.
Media-media Prancis menyebutkan partai oposisi tersebut menentang tindakan aparat hukum yang dianggap semena-mena.
"Prancis menunjukkan wajah tiraninya kepada dunia," kata Philippot tentang penangkapan Durov dalam sebuah posting di X (sebelumnya Twitter) pada hari Minggu.
"Kita harus membebaskan diri dari orang-orang gila ini," tambahnya, merujuk pada pemerintahan Macron.
Durov ditangkap pada Sabtu di Bandara Paris-Le Bourget dengan alasan bahwa moderasi yang tidak memadai memungkinkan Telegram digunakan secara luas oleh para penjahat.
Petugas di Paris dilaporkan telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk pria yang juga memiliki kewarganegaraan Prancis dan UAE tersebut.
Philippot menyindir jika Durov ditangkap, mestinya CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk juga mengalami hal sama.
"Elon Musk (juga) akan dijebloskan ke penjara jika dia menginjakkan kaki di Prancis, karena tidak mematuhi peraturan sensor DSA (Undang-Undang Layanan Digital) Eropa," ujarnya.
Pimpinan Liga Internet Aman Rusia, Ekaterina Mizulina, sebelumnya menyatakan bahwa otoritas Prancis tidak bertindak secara independen dalam keputusan mereka untuk menahan Durov.