Lebanon Tegaskan Bandara Beirut Tak Terdampak Eskalasi Hizbullah-Israel, Tetap Beroperasi Normal
Meski kedua kawasan ini sedang mengalami ketegangan, Lebanon mengatakan bahwa ini tidak berdampak pada Bandara internasional Lebanon.
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Nuryanti
TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan antara Hizbullah dan Israel kembali meningkat pada Minggu (25/8/2024).
Di mana militer Israel melancarkan serangan udara di seluruh Lebanon Selatan, sementara Hizbullah segera menanggapinya dengan serangan drone dan roket.
Israel mengerahkan pesawat tempur dengan lebih dari 40 serangan udara.
Israel mengklaim serangan itu bertujuan untuk mencegah serangan Hizbullah yang akan datang.
Sementara Hizbullah mengatakan pihaknya meluncurkan ratusan rudal dan pesawat tanpa awak ke Israel dalam "tahap pertama".
Menurut Hizbullah, serangan ini merupakan balasan langsung atas pembunuhan militer Israel terhadap komandan seniornya, Fuad Shukr di Beirut.
Eskalasi ini menandai peningkatan tajam dalam permusuhan antara kedua belah pihak.
Meski kedua kawasan ini sedang mengalami ketegangan, Lebanon mengatakan bahwa ini tidak berdampak pada Bandara internasional Lebanon.
Otoritas penerbangan Lebanon menmbantah kabar yang beredar terkait pembatalan semua penerbangan.
“Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil membantah dalam sebuah pernyataan hari ini apa yang diedarkan oleh beberapa media tentang pembatalan semua penerbangan ke dan dari Bandara Internasional Beirut,” Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan, dikutip dari Anadolu Anjansi.
"Direktorat tersebut menjelaskan bahwa beberapa penerbangan mengalami penundaan dan bandara tetap beroperasi normal," tambah badan tersebut.
Sebelumnya pada hari Minggu, Royal Jordanian Airlines mengumumkan penangguhan penerbangannya ke dan dari Beirut karena eskalasi terbaru antara Hizbullah dan Israel.
Baca juga: Konflik Israel-Hizbullah Memanas, Maskapai Tangguhkan Penerbangan ke Tel Aviv dan Beirut
Nasrallah Membenarkan Keberhasilan dalam Serangan Balasan ke Israel
Setelah melancarkan serangan ke Israel, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah menggelar pidato pada Minggu (25/8/2024), malam, waktu setempat.
Dalam serangan tersebut, Nasrallah mengatakan pihaknya telah menargetkan pangkalan Galilot.
"Kami mengidentifikasi pangkalan Galilot sebagai target utama operasi kami. Pangkalan itu menampung Unit 8200, yang bertanggung jawab atas pengumpulan intelijen dan spionase. Pangkalan itu terletak 110 kilometer (68 mil) dari perbatasan Lebanon dan hanya 1.500 meter (0,93 mil) dari Tel Aviv," kata Nasrallah dalam pidato yang disiarkan televisi.
Nasrallah kemudian menjelaskan bahwa serangan ini dibagi menjadi dua tahap.
"Pada tahap pertama, kami meluncurkan 340 roket Katyusha yang menargetkan 12 lokasi dan barak militer di Israel utara dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki. Pada tahap kedua, kami mengarahkan puluhan pesawat nirawak ke sasaran militer di kedalaman wilayah musuh," katanya.
Nasrallah mengatakan bahwa pihaknya berhasil menyerang Israel.
Ia juga mengatakan bahwa Israel telah gagal dan berbohong.
"Data kami menunjukkan sejumlah besar drone berhasil mencapai dua target yang ditentukan dengan presisi, namun musuh tetap bersikap tertutup seperti biasa," jelasnya.
Selain itu, beberapa situs lainnya juga menjadi target Hizbullah.
“Kami fokus menyerang situs-situs yang terhubung dengan intelijen militer dan Angkatan Udara Israel karena keterlibatan mereka dalam pembunuhan pemimpin Shukr,” tambahnya.
Sebagai informasi, Hizbullah dan Israel telah terlibat baku tembak sejak 8 Oktober 2023.
Awal mula terjadinya eskalasi ini karena perang di Gaza.
Di mana Hizbullah membela Palestina atas invasi Israel.
Namun ketegangan meningkat setelah komandan seniornya, Fuad Shukr dibunuh oleh Israel di Beirut.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)