AS Jatuhkan Sanksi Baru pada Pemukim Israel atas Kekerasan di Tepi Barat
AS telah mengumumkan sanksi baru terhadap pemukim ekstremis di Tepi Barat yang didanai oleh pemerintah Israel.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Bobby Wiratama
Tetapi tidak banyak aksi nyata yang dilakukan AS.
Bulan lalu, Amerika Serikat menjatuhkan sanksi kepada Lehava, sebuah kelompok yang beranggotakan lebih dari 10.000 orang.
Departemen Luar Negeri AS menyebut Lehava sebagai organisasi ekstremis brutal terbesar di Israel.
Sanksi yang dijatuhkan AS pada umumnya seputar pemblokiran kelompok atau individu terhadap akses sistem keuangan AS.
Pemblokiran itu berujung pembatasan dari bank-bank Israel karena takut terkena dampaknya.
Meski begitu, AS hanya menjatuhkan sanksi pada individu atau organisasi kecil, bukan menjatuhkan sanksi kepada menteri pemerintah yang memimpin kebijakan seputar pemukiman.
Israel Lancarkan Serangan Terbesar di Tepi Barat sejak Intifada Kedua
Militer Israel saat ini tengah melaksanakan operasi besar-besaran di Tepi Barat, Rabu (28/8/2024).
Sumber-sumber militer mengatakan kepada Times of Israel, bahwa serangan itu diperkirakan akan berlangsung beberapa hari.
Channel 12 Israel mengatakan empat batalyon terlibat dalam serangan itu, termasuk pasukan darat dan angkatan udara.
Sementara itu, lembaga penyiaran publik Kan News melaporkan bahwa serangan itu adalah yang terbesar yang dilakukan oleh militer Israel sejak serangan "Perisai Pertahanan" tahun 2002 pada puncak Intifada Kedua.
Tak lama setelah serangan dimulai, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menyerukan evakuasi sementara terhadap warga Palestina dari beberapa wilayah Tepi Barat yang diduduki.
Katz mengatakan, militer bekerja secara intensif di kamp-kamp pengungsi di Jenin dan Tulkarm untuk menggagalkan infrastruktur Iran yang ia klaim ada di sana.
Baca juga: Israel Anggap Tepi Barat Ancaman, Operasi Militer Besar di Sana Dimulai, Akan Dibuat Seperti Gaza?
Sementara itu, kelompok bersenjata Palestina di kota-kota yang menjadi sasaran, termasuk cabang lokal Hamas, Jihad Islam, dan Fatah, mengatakan anggota mereka berhadapan dengan militer Israel.
Media berita Israel Hayom melaporkan pertempuran di kamp antara tentara Israel dan warga Palestina sebagai "pertempuran yang berat dan sulit."