Mogok Kerja Nasional Lumpuhkan Perekonomian Israel, Massa Marah Mau Goyang Netanyahu
Sekolah, kantor, dan bandara Israel tutup karena serikat pekerja mengatakan mogok kerja umum diperlukan untuk 'mengguncang mereka yang perlu diguncang
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Pemogokan tersebut dapat memengaruhi rumah sakit dan layanan publik lainnya, yang akan merugikan ekonomi hingga jutaan shekel.
Pada hari Minggu, media Israel melaporkan jaksa agung, Gali Baharav-Miara, telah menginstruksikan jaksa untuk meminta putusan pengadilan terhadap pemogokan tersebut.
Menteri keuangan sayap kanan Israel, Bezalel Smotrich, menulis surat kepada jaksa agung pada hari Minggu untuk meminta putusan pengadilan, dengan alasan bahwa hal itu akan merugikan ekonomi dan tidak memiliki dasar hukum karena tujuan utamanya adalah untuk memengaruhi kebijakan pemerintah tentang keamanan negara.
Serikat Histadrut belum mengambil tindakan drastis seperti itu sejak Maret 2023, atas rencana perombakan peradilan Netanyahu yang kontroversial.
Juru bicara militer Daniel Hagari mengatakan keenam sandera "diculik hidup-hidup pada pagi hari tanggal 7 Oktober" dan "dibunuh secara brutal oleh Hamas sesaat sebelum kami mencapai mereka".
Namun, temuan yang mengarah pada eksekusi Hamas tidak banyak menangkis kemarahan yang meluas terhadap Benjamin Netanyahu dan koalisi sayap kanannya karena gagal menyetujui kesepakatan perdamaian yang didukung AS dengan Hamas, yang telah ada di meja perundingan sejak akhir Mei.
Pemimpin Israel yang telah lama berkuasa itu telah berulang kali dituduh mengulur-ulur kesepakatan gencatan senjata demi keuntungan politiknya sendiri.
Pada hari Minggu, Netanyahu meminta orang tua sandera Lobanov untuk "memaafkan mereka karena tidak berhasil membawa Sasha kembali hidup-hidup".
Adapun Hamas berulang kali menyerukan kalau para sandera Israel justru tewas oleh pengeboman tanpa pandang bulu di Jalur Gaza.
Beberapa analis mengatakan kemarahan publik atas enam sandera yang tewas dapat menandakan tekanan politik tingkat baru terhadap Netanyahu.
"Saya pikir ini adalah gempa bumi. Ini bukan sekadar satu langkah lagi dalam perang," kata Nomi Bar-Yaacov, rekan peneliti di Program Keamanan Internasional di Chatham House, sesaat sebelum protes hari Minggu.
Presiden AS, Joe Biden, mengatakan dia "hancur dan marah" oleh kematian para sandera, tetapi mengatakan kepada wartawan bahwa dia "masih optimis" kesepakatan dapat dicapai.
(oln/thegrdn/afp/ap/*)