Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
BBC

Dugaan pungutan tak resmi di PPDS Undip disebut mencapai puluhan juta rupiah – 'Itu bullying finansial'

Pengamat kesehatan menilai pungutan tak resmi yang dibebankan kepada mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Anestesi…

zoom-in Dugaan pungutan tak resmi di PPDS Undip disebut mencapai puluhan juta rupiah – 'Itu bullying finansial'
BBC Indonesia
Dugaan pungutan tak resmi di PPDS Undip disebut mencapai puluhan juta rupiah – 'Itu bullying finansial' 

Adanya pungutan atau iuran tak resmi yang dibebankan kepada calon dokter spesialis anestesi Undip diakui oleh seorang mahasiswa senior PPDS anestesi, Angga Rian.

Baginya, uang iuran itu bukanlah bentuk 'pemalakan' tapi gotong royong sebab dipergunakan untuk makan dan kebutuhan bersama.

Ia bercerita, pengelolaan uang makan menjadi vital bagi dokter residen anestesi terutama saat jaga malam. Sebab ada kalanya, dokter residen tidak bisa meninggalkan kamar operasi meski sekadar untuk makan.

"Membeli makanan itu sistemnya gotong royong, kenapa? Karena program operasi di RSUP Kariadi ini 24 jam. Untuk makan malam kita tidak disediakan oleh rumah sakit," ucapnya saat ditemui wartawan di FK Undip.

"Sementara residen ini posisinya masih di kamar operasi menjalankan pembiusan. Salah satu sistem [yang kami buat] adalah kita dibelikan makanan... dan ini akan terus berlanjut terus sampai program operasinya selesai," sambung Angga.

Dia kemudian mengeklaim bahwa 'tradisi' memungut iuran ini sudah lama berlangsung di kalangan mahasiswa PPDS.

Kata dia, para junior kelak juga akan melakukan hal yang sama lantaran cara ini dinilai menjadi solusi bersama untuk mengatasi beratnya menempuh pendidikan di sana.

Berita Rekomendasi

"Ketika sudah senior juga makannya disediakan oleh adik [tingkat] yang paling kecil, jadi memang pembagian makan ini dibantu oleh adik yang paling kecil agar di kamar operasi tetap bisa menjalankan pembiusan."

Terkait besaran pungutannya, Angga bilang setiap angkatan berbeda-beda nominalnya. Ia sendiri mengaku tak tahu persis berapa iuran yang dibebankan kepada mendiang dokter Aulia Risma Lestari.

Yang pasti, klaimnya, uang tersebut dikelola oleh bendahara mahasiswa semester pertama.

"Tidak tentu [jumlah iuran], ada yang tidak perlu iuran dalam satu semester. Makanya iuran itu tergantung kebutuhan kita untuk kas buat makan."

"Paling besar pas saya Rp10 juta dan kalau ada sisa itu dikembalikan, dan itu kan hanya satu semester saja."

Untuk apa pungutan itu?

Guru besar Fakultas Kedokteran Undip, Prof Zainal Muttaqin, juga tak menyangkal soal iuran atau pungutan tak resmi ini. Tapi dia mengeklaim iuran yang nilainya mencapai puluhan juta tersebut dipergunakan untuk kebutuhan kas mahasiswa PPDS masing-masing.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
BBC
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas