Militer Israel Makin Agresif Tangkapi Perempuan Palestina di Tepi Barat
Militer Israel yang kini makin masif menangkap para perempuan Palestina di Tepi Barat.
Penulis: Choirul Arifin
Sami tak sanggup mengungkapkan kesedihannya. “Kami tidak dapat membayangkan Layan mengalami penderitaan atau penyiksaan psikologis atau fisik," ujarnya.
"Ketika mereka menangkapnya, mereka mengikat tangannya erat-erat dan menutup matanya tepat di depan kami. Dia adalah anak kami yang kami sayangi. Bagaimana mereka bisa memperlakukannya seperti ini?”
Cerita sedih
Jurnalis Ikhlas Sawalha, 25, dari Jenin, masih berusaha memulihkan diri dari penahanan sembilan bulannya, setelah ia dibebaskan pada 8 Agustus.
Tiada satu hari pun berlalu tanpa mengingat para tahanan perempuan yang ditinggalkannya menderita di penjara, menanggung penindasan yang berulang kali dilakukan oleh sipir penjara.
Damon adalah penjara utama bagi tahanan perempuan Palestina. Namun, pasca agresi di Jalur Gaza, organisasi hak asasi manusia menyatakan keraguannya terhadap keberadaan penjara rahasia khusus untuk tahanan perempuan dari Jalur Gaza.
Sawalha mengatakan kepada Al Mayadeen English bahwa dia ditangkap di sebuah pos pemeriksaan militer di bagian utara Tepi Barat pada 12 Desember.
Dia didorong ke tanah, diikat, dan dibiarkan dalam suhu dingin selama berjam-jam.
Kemudian, dia dipindahkan ke Penjara Hasharon, yang berfungsi sebagai tempat pemindahan tahanan perempuan. Di sana, dia menjadi sasaran pemukulan yang kejam selama penggeledahan telanjang yang terpaksa dia jalani, meskipun dilakukan dengan kejam.
Baca juga: Palestina Kecam Peta Israel Tanpa Tepi Barat: Netanyahu Niat Caplok Wilayah Kami
Beberapa hari kemudian, Sawalha dipindahkan ke tahanan administratif. Dia ingin tahu apa tuduhannya dan mengapa dia ditahan. Pikirannya juga diliputi kekhawatiran terhadap suaminya yang juga dipenjara.
“Setiap tahanan mempunyai kisah sedih,” tambahnya.
“Salah satunya sedang hamil lima bulan dan takut melahirkan di penjara. Seorang lainnya mengalami luka tembak di kakinya dan memerlukan perawatan medis terus-menerus. Seorang wanita lanjut usia memerlukan pengobatan diabetes, dan satu lagi berada di sel isolasi," bebernya.
Menurut uraiannya, gizinya sangat buruk, terkadang hanya terdiri dari kacang-kacangan dan jelai. Selain itu, air dan listrik terus-menerus terputus.
“Perawatan medis tidak ada, dan narapidana perempuan tidak menerima pemeriksaan kesehatan apa pun meskipun mereka memintanya. Penindasan terus terjadi, seperti pelemparan bom gas air mata ke dalam kamar tahanan, sekecil apapun alasannya,” jelas Ikhlas.
Tahanan perempuan dari Jalur Gaza terkadang dibawa ke penjara Damon dalam kondisi yang menyedihkan, diikat dan dipaksa melepas jilbab dan mengenakan seragam tentara. Mereka menjadi sasaran pemerkosaan, pelecehan seksual, penyiksaan, dan pemukulan brutal.