Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

AS Bersiap Hadapi Gagalnya Perundingan, Eks-Bos Shin Bet: Israel Tak Penuhi Syarat Perang Panjang

Perundingan Hamas-Israel cenderung buntu, AS bersiap menghadapi dampaknya, perang besar di kawasan. Israel tak siap perang jangka panjang

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in AS Bersiap Hadapi Gagalnya Perundingan, Eks-Bos Shin Bet: Israel Tak Penuhi Syarat Perang Panjang
khaberni/HO
Barisan tank Merkava Israel dalam operasi militer darat ke Jalur Gaza yang kini memasuki bulan ke-11. Sejauh ini, Israel belum mencapai target perang yang mereka tetapkan, termasuk memberangus Hamas. 

AS Bersiap Hadapi Gagalnya Perundingan, Eks-Bos Shin Bet: Israel Tak Penuhi Syarat Perang Jangka Panjang

TRIBUNNEWS.COM - Mantan direktur Badan Keamanan Israel, Shin Bet, Ami Ayalon mengatakan kalau Israel tidak memenuhi syarat untuk perang jangka panjang.

Dikutip dari Khaberni, Ayalon menyatakan perang di Gaza saat ini seharusnya sudah berakhir sejak lama.

Dia menekankan kalau nyawa para “sandera Israel” lebih penting dari apa pun.

Baca juga: Soal Target Perang Israel, Direktur Intelijen Inggris MI6: Hamas Itu Gagasan yang Tak Bisa Dibunuh

"Dan mereka (sandera Israel di tangan Hamas) harus dikembalikan meskipun ada harga yang menyakitkan yang akan kami bayar dalam kesepakatan tersebut,” katanya dilansir Khaberni, Sabtu (7/9/2024).

Mantan bos Shin Bet itu juga menekankan kalau pertempuran di Jalur Gaza harus dihentikan sekarang dengan cara kesepakatan dengan Hamas di tengah perundingan penghentian perang yang sedang berlangsung.

"Perang harus diakhiri, para tahanan harus dipulangkan, perang harus dihentikan, dan beban harus dialihkan ke utara dan Tepi Barat," katanya.

Berita Rekomendasi

Dia juga menyoroti sikap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu beserta koalisi sayap politik ekstremis ultranasionalis yang cenderung menginginkan meneruskan perang dan mempersulit kesepakatan penghentian perang.

"Apa yang memotivasi Netanyahu saat ini adalah kelanjutan pemerintahannya dan pelestarian koalisi, bukan keamanan Israel," katanya.

Baca juga: Pakar Militer: Terowongan Hamas Medan Perang yang Berbeda dari Perang Tradisional Mana Pun di Bumi

Amerika Serikat memerintahkan kapal induk USS Eisenhower kembali ke Laut Merah untuk kembali menghadapi militer Yaman setelah kapal induk tersebut sempat ditarik dari Laut Merah menuju Mediterania, April lalu.
Amerika Serikat memerintahkan kapal induk USS Eisenhower kembali ke Laut Merah untuk kembali menghadapi militer Yaman setelah kapal induk tersebut sempat ditarik dari Laut Merah menuju Mediterania, April lalu. (American Photo Archive)

AS Bersiap Hadapi Gagalnya Perundingan, Perang Besar di Kawasan

Terkait perkembangan negosiasi pertukaran sandera demi penghentian perang antara Hamas dan Israel, surat kabar Amerika Serikat (AS) "Financial Times" mengabarkan kalau militer AS sedang mempersiapkan kemungkinan gagalnya perundingan gencatan senjata tersebut.

"Persiapan militer AS itu mengingat kekhawatiran bahwa kegagalan tersebut dapat menyebabkan eskalasi konflik, perang ke tingkat regional yang lebih luas," tulis laporan tersebut.

Ketua Kepala Staf Gabungan Militer AS, Jenderal CQ Brown menyatakan keprihatinannya atas dampak gagalnya perundingan terhadap ketegangan regional.

Brown, yang sedang dalam perjalanan untuk menghadiri pertemuan Kelompok Kontak Ukraina di Jerman, menjelaskan kalau ia sedang mempelajari bagaimana aktor-aktor regional akan merespons jika perundingan tersebut gagal.

Dia memperingatkan, kegagalan perundingan Hamas-Israel bisa menyebabkan peningkatan aktivitas militer dan perluasan wilayah perang.

"Dia menekankan bahwa fokusnya adalah menghindari perluasan konflik dan melindungi pasukan Amerika," kata laporan tersebut.

Pemerintahan Presiden AS Joe Biden percaya kalau perundingan gencatan senjata adalah kunci untuk mengurangi ketegangan di kawasan dan menghindari pecahnya perang regional yang komprehensif.

Optimisme vs Pesimisme

Meskipun AS berusaha mempertahankan optimisme mengenai perundingan tersebut, perundingan masih menemui jalan buntu, karena perbedaan posisi antara Israel dan Hamas mengenai rincian mengenai pembebasan tahanan di kedua belah pihak.

Selain itu ada ketidaksepakatan mengenai permintaan Israel untuk mempertahankan pasukannya di sepanjang Koridor Philadelphia, poros di perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir.

Dalam sebuah pernyataan kemarin, Kamis, Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengindikasikan kalau Amerika Serikat akan berbagi gagasan “dalam beberapa hari mendatang” dengan pihak-pihak terkait tentang cara menyelesaikan masalah yang tersisa.

Ia menambahkan, “Keputusan akhir akan menjadi tanggung jawab pihak-pihak terkait.”

Terlepas dari optimisme yang coba dipertahankan oleh Amerika Serikat, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara terbuka cenderung meremehkan kemajuan dalam negosiasi tersebut, dengan mengatakan kepada jaringan American Fox News bahwa kesepakatan tersebut “belum selesai.”

Di sisi lain, para pejabat senior Amerika mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa pembicaraan telah selesai 90 persen, namun mereka mengakui bahwa poin-poin sulit masih belum terselesaikan, dan menolak kritik dengan mengklaim kalau mereka terlalu optimistis terhadap proses tersebut.

WASHINGTON, DC - JUNI 06: Koordinator Komunikasi Strategis di Dewan Keamanan Nasional John Kirby berbicara selama konferensi pers harian di Gedung Putih pada 06 Juni 2023 di Washington, DC. Kirby berbicara tentang perang Ukraina dan penghancuran Bendungan Kakhovka di Ukraina. Kevin Dietsch/Getty Images/AFP
WASHINGTON, DC - JUNI 06: Koordinator Komunikasi Strategis di Dewan Keamanan Nasional John Kirby berbicara selama konferensi pers harian di Gedung Putih pada 06 Juni 2023 di Washington, DC. Kirby berbicara tentang perang Ukraina dan penghancuran Bendungan Kakhovka di Ukraina. Kevin Dietsch/Getty Images/AFP (Kevin Dietsch/Getty Images/AFP)

Membuat Frustrasi Pemerintahan Biden

Sebaliknya, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby menyatakan rasa frustrasinya kemarin karena sejauh ini tidak mencapai kesepakatan, dan mencatat bahwa pemerintah AS telah menghadapi beberapa kemunduran.

Awal pekan ini, Biden mengungkapkan rasa frustrasinya terhadap peran Netanyahu dalam perundingan tersebut, dan menekankan keyakinannya kalau perdana menteri Israel tidak berbuat banyak untuk memajukan kesepakatan tersebut.

Namun, Washington, dalam beberapa hari terakhir, menyalahkan Hamas atas kegagalan perundingan tersebut.

Seorang pejabat senior Amerika menjelaskan bahwa kematian 6 tahanan Israel pekan lalu telah “menambah rasa mendesak pada proses (negosiasi),” namun juga “menimbulkan pertanyaan tentang kesediaan Hamas untuk membuat kesepakatan dalam bentuk apa pun.”

(oln/khbrn/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas