Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Nasib Para Pemetik Buah Asal Indonesia di Inggris, Mimpi yang Tak Sesuai Kenyataan

Mereka mengatakan akan pulang kampung dengan beban utang yang besar setelah dipecat karena tidak memenuhi target yang tidak realistis.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Nasib Para Pemetik Buah Asal Indonesia di Inggris, Mimpi yang Tak Sesuai Kenyataan
bbc
Seorang pemetik buah memetik buah rasberi selama musim petik di sebuah pertanian dekat Swanley, Inggris, pada Juli 2023. 

“Kami tegaskan bahwa tidak ada masalah yang disampaikan secara langsung oleh pekerja Indonesia terkait perekrutan, akomodasi, atau kondisi kerja mereka di Haygrove.”

Setelah dipecat oleh Haygrove, Abdul dan dua pekerja lainnya memutuskan untuk tetap tinggal di Inggris.

Abdul kini telah mendapat pekerjaan di pertanian lain untuk memetik selada, meskipun visanya yang berlaku selama enam bulan akan berakhir pada bulan November, setelah itu ia harus kembali ke Indonesia.

PT Mardel mengatakan kepada Al Jazeera bahwa warga Indonesia yang ingin memanfaatkan skema pekerja musiman Inggris harus mampu menanggung biaya visa, pemeriksaan kesehatan, tiket pesawat pulang pergi dan asuransi, bersama dengan biaya pemrosesan lainnya sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh departemen tenaga kerja Indonesia.

“Perkiraan biaya yang dibutuhkan maksimal 33 juta rupiah [$2.123],” kata juru bicara perusahaan. “Para pekerja yang kami tempatkan di Inggris semuanya sangat senang karena bisa bekerja di sana dengan gaji yang sangat baik. Pihak peternakan juga sangat memperhatikan kesejahteraan mereka,” kata juru bicara tersebut.

PT Mardel juga mengatakan tidak ada hubungan antara PT Mardel dan Forkom.

Forkom tidak menanggapi permintaan komentar yang berulang.

Berita Rekomendasi

Beberapa pekerja lain yang menunggu keberangkatan ke Inggris mengatakan kepada Al Jazeera bahwa mereka juga dibebani utang.

Ali, seorang pelamar pekerja musiman asal provinsi Jawa Tengah, mengatakan dia masih menunggu untuk berangkat ke Inggris setelah Forkom memberitahunya bahwa dia bisa berangkat pada Agustus tahun lalu.

"Mereka bilang kalau saya pergi ke Inggris, saya akan mendapat $65 per hari dari memetik stroberi. Saya harus berhenti bekerja di Indonesia agar bisa fokus mengurus semua dokumen, tapi saya tidak jadi pergi," kata Ali, yang meminta untuk menggunakan nama samaran, kepada Al Jazeera.

Ali mengatakan dia sekarang berutang sekitar $1.300 kepada keluarganya.

“Uang saya sudah saya habiskan. Sebelumnya, saya membeli barang bekas dan menjualnya di pinggir jalan. Saya sudah melakukannya selama 25 tahun dan itu cukup untuk menghidupi keluarga,” katanya.

“Semua informasi tentang skema itu dikirim melalui Forkom, dan mereka membuat janji-janji yang tidak mereka tepati. PT Mardel juga mengatakan bahwa kami perlu mentransfer uang kepada mereka untuk mengamankan pekerjaan kami di Inggris.”

“Istri dan anak-anak saya menderita karena semua uang kami habis,” kata Ali. “Saya tidak mampu membayar biaya sekolah anak-anak saya dan uang saku mereka. Dampak terbesarnya adalah pada keluarga saya. Saya selalu bertengkar dengan istri saya sekarang karena kami tidak punya uang.”

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas