Viral Bocah Palestina dengan Sepatu Roda Pink, Tewas Terkena Serangan Udara Israel
Tewas saat memakai sepatu roda warna pink, foto gadis Palestina di Gaza jadi vira di media sosial.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Foto-foto serta video yang memperlihatkan situasi perang di Gaza, beredar luas di media sosial.
Namun, ada satu video yang menarik perhatian banyak orang minggu ini, yakni video jasad bocah Palestina, yang masih mengenakan sepatu roda berwarna pink di kakinya.
Anas Jamal, jurnalis Palestina yang berbasis di Jabalia, membagikan video gadis itu di akun Instagram pribadinya, @anasjamal44.
"Apakah ini daftar target Israel?! Apa yang dilakukan anak ini hingga dibunuh secara brutal saat bermain di jalanan Gaza utara?" tulisnya dalam caption.
Mengutip NPR, bocah perempuan itu rupanya bernama Tala Abu Ajwa, usianya baru 10 tahun.
Tala bisa melewati 332 hari perang dengan banyaknya pengeboman oleh Israel serta keterbatasan makanan.
Namun kini, ia telah tiada.
Pada hari Selasa (3/9/2024) sekitar jam 5 sore, Tala dan kakaknya yang berusia 12 tahun, Salah, berniat pergi bermain di luar ruangan.
Tetapi saat Tala baru saja menyampai lantai bawah gedung ia tinggali, gedung itu meledak.
Serpihan peluru menembus udara, menusuk lehernya.
"Dia terbunuh di pintu masuk gedung. Saya mendengar serangan udara dan turun untuk mencarinya," kata sang ayah, Hussam Abu Ajwa kepada NPR melalui sambungan telepon.
Baca juga: Pejabat Gaza Ungkap 70 Persen Warga Palestina yang Dibunuh Israel adalah Perempuan dan Anak-anak
"Dia meninggal dalam hitungan menit."
Di rumah sakit, foto-foto menunjukkan Tala masih mengenakan sepatu roda merah mudanya sementara tubuhnya ditutupi kain kafan putih.
Seorang pria dengan lembut melepaskan sepatu roda itu, menyerahkannya kepada ayahnya.
Sebuah video menunjukkan sang ayah menangis tidak percaya.
Ibunya terlihat meringkuk di atas tubuh Tala.
"Kami semua terkejut. Kami tidak pernah membayangkannya," kata ayahnya.
"Anak-anak saya yang lain juga terkejut. Rasanya seperti mimpi buruk," katanya.
"Ibunya, semoga Tuhan memberinya ketabahan, sangat terkejut.. Dia tidak percaya apa yang terjadi."
Abu Ajwa mengatakan serangan udara itu melukai beberapa anak, yang masih dirawat di rumah sakit, dan menewaskan delapan orang lainnya.
Sosok Tala
Abu Ajwa, sang ayah, adalah seorang guru kimia sekolah menengah sebelum perang.
Pekerjaannya membuatnya mampu membelikan kebutuhan pokok dan beberapa barang tambahan untuk diberikan kepada putri sulungnya, Tala.
“Sepatu roda yang dikenakannya, dia sangat ingin memilikinya," kata Abu Ajwa.
“Dia senang bermain. Dia mencintai hidup."
Tala adalah anak tengah.
Baca juga: Israel Tembak Mati 2 Perempuan di Tepi Barat: 1 dari AS, Satunya Lagi Warga Palestina
Ia memiliki satu kakak laki-laki dan satu adik laki-laki.
Kemudian adik bungsunya, seorang perempuan, baru lahir sekitar satu tahun yang lalu.
Abu Ajwa membagikan foto-foto keluarganya sebelum perang dengan NPR.
Dalam salah satu foto, Tala melingkarkan lengannya di leher ayahnya di dekat kolam renang.
Dalam foto-foto lain, dia berdandan dengan gaun, ikat kepala, sweter Daisy Duck, dan seragam sekolahnya.
“Apa pun yang dia inginkan, saya akan memberikannya,” kata Abu Ajwa.
Impian Tala
Abu Ajwa mengatakan bahwa ia telah berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga keselamatan keluarganya.
Tetapi ledakan serangan udara Israel membuat Tala takut di malam hari.
Ia berlari dan meringkuk dalam pelukannya.
“Ia bertanya kepada saya, ‘Mengapa kita hidup seperti ini dengan kematian dan martir?’ Dan saya mengatakan kepadanya, ‘ketika perang berakhir, kita akan bepergian ke luar dan Allah akan memberimu pahala,’” katanya.
Sehari sebelum Tala meninggal, Abu Ajwa mengatakan bahwa putrinya mengatakan bahwa ia bermimpi menjadi dokter gigi dan kembali bersekolah.
Tala juga punya satu keinginan untuk bulan September.
Ia ingin merayakan ulang tahun ke-5 adik laki-lakinya dan memberinya hadiah dan berkumpul bersama teman-teman untuk mengalihkan perhatian dari perang.
"Ia hanya seorang anak kecil yang bermain sepatu roda dengan anak-anak lain," kata ayahnya sambil menahan tangis.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 40.000 orang tewas akibat serangan Israel, sepertiganya adalah anak-anak.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)