Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun
BBC

Bencana kelaparan melanda Afghanistan, 3,2 juta bayi alami malnutrisi akut - 'Ini seperti kiamat'

Malnutrisi akut telah melanda Afghanistan selama beberapa dekade, namun kini kondisinya lebih buruk dari yang pernah terjadi sebelumnya.…

zoom-in Bencana kelaparan melanda Afghanistan, 3,2 juta bayi alami malnutrisi akut - 'Ini seperti kiamat'
BBC Indonesia
Bencana kelaparan melanda Afghanistan, 3,2 juta bayi alami malnutrisi akut - 'Ini seperti kiamat' 

Kondisi Bibi Hajira sangat rentan ketika kami berkunjung. Namun sekarang, dia sudah jauh lebih baik dan sudah pulang ke rumahnya.

“Jika kami memiliki lebih banyak obat-obatan, fasilitas dan staf, kami dapat menyelamatkan lebih banyak anak. Staf kami memiliki komitmen yang kuat. Kami bekerja tanpa lelah dan siap untuk berusaha lebih keras,” katanya.

“Saya juga punya anak. Ketika seorang anak meninggal, saya juga sedih. Saya paham apa yang harus dilalui oleh para orang tua.”

Malnutrisi bukan satu-satunya penyebab angka kematian anak-anak melonjak. Penyakit-penyakit lain juga berkontribusi, walau sebenarnya bisa dicegah dan disembuhkan.

Di ruang perawatan intensif yang bersebelahan dengan bangsal malnutrisi, Umrah yang berusia enam bulan sedang berjuang melawan pneumonia parah.

Dia menangis kencang ketika seorang perawat memasang infus ke tubuhnya.

Ibu Umrah, Nasreen, duduk di sampingnya. Air mata mengalir di wajahnya.

Berita Rekomendasi

“Saya berharap saya saja yang mati menggantikan dia. Saya sangat takut,” katanya.

Dua hari setelah kami mengunjungi rumah sakit, Umrah meninggal dunia.

Ini adalah kisah mereka yang berhasil sampai ke rumah sakit. Tak terhitung berapa banyak yang bahkan tidak bisa mengakses layanan kesehatan.

Hanya satu dari lima anak yang membutuhkan bisa mendapatkan perawatan di rumah sakit Jalalabad.

Rumah sakit ini menghadapi tekanan yang begitu tinggi. Segera setelah Asma meninggal, seorang bayi mungil berusia tiga bulan, Aaliya, dipindahkan ke tempat tidur yang ditinggalkan Asma.

Tak seorang pun di ruangan itu punya waktu untuk memproses apa yang telah terjadi. Ada seorang anak yang sakit parah yang harus dirawat.

Rumah sakit Jalalabad melayani penduduk dari lima provinsi yang jumlahnya diperkirakan sebanyak lima juta orang.

Tekanan yang dialami rumah sakit ini pun semakin hebat. Dari 700.000 pengungsi Afghanistan yang dideportasi paksa oleh Pakistan sejak akhir tahun lalu, sebagian besar di antaranya masih bertahan di Nagarhar.

Dari pemukiman di sekitar rumah sakit, kami juga menemukan situasi mengkhawatirkan lainnya.

Ini mencerminkan statistik yang dirilis PBB pada tahun ini, bahwa 45% anak-anak di bawah usia lima tahun mengalami stunting di Afghanistan.

Salah satunya adalah Mohammed, anak laki-laki dari Robina. Mohammed berusia dua tahun, namun tubuhnya jauh lebih pendek dari yang semestinya dan dia belum bisa berdiri.

"Dokter memberi tahu saya kalau dia mendapatkan perawatan selama tiga sampai enam bulan ke depan, dia akan baik-baik saja. Tapi kami bahkan tidak mampu membeli makanan. Bagaimana kami bisa membayar biaya perawatannya?" kata Robina.

Dia dan keluarganya terpaksa meninggalkan Pakistan pada tahun lalu.

Mereka kini tinggal di sebuah pemukiman yang berdebu dan kering di daerah Sheikh Misri, tak jauh dari Jalalabad.

“Saya khawatir dia akan menjadi cacat dan tidak akan pernah bisa berjalan,” kata Robina.

“Di Pakistan, hidup kami juga sulit, tetapi di sana ada pekerjaan. Di sini, suami saya, seorang buruh, jarang mendapatkan pekerjaan. Kami bisa saja merawatnya jika kami masih di Pakistan.”

Unicef mengatakan bahwa stunting dapat menyebabkan kerusakan fisik dan kognitif parah yang tidak dapat dipulihkan. Efeknya dapat berlangsung seumur hidup, bahkan mempengaruhi generasi berikutnya.

“Afghanistan sudah mengalami kesulitan ekonomi. Jika sebagian besar generasi masa depan kami cacat secara fisik atau mental, bagaimana masyarakat kami dapat membantu mereka?” tutur Dokter Ghani.

Mohammad dapat diselamatkan dari cacat permanen jika dia dirawat sebelum terlambat.

Tetapi dana untuk program nutrisi masyarakat yang dijalankan oleh lembaga-lembaga bantuan di Afghanistan telah berkurang secara drastis. Banyak yang hanya mendapat seperempat dari total dana yang dibutuhkan.

Di Sheikh Misri, kami bertemu dengan sejumlah keluarga yang memiliki anak kekurangan gizi atau stunting.

Sardar Gul memiliki dua anak yang kekurangan gizi, yakni Umar yang berusia tiga tahun dan Mujib, bocah lelaki bermata jeli berusia delapan bulan.

“Sebulan yang lalu berat badan Mujib turun hingga kurang dari tiga kilogram. Setelah kami berhasil mendaftarkannya ke lembaga bantuan, kami mulai mendapatkan makanan kemasan. Itu sangat membantunya,” kata Sardar Gul.

Mujib kini memiliki berat badan enam kilogram. Meskipun masih kurang beberapa kilogram, tetapi setidaknya dia sudah jauh lebih baik.

Ini adalah bukti bahwa intervensi yang tepat waktu dapat membantu menyelamatkan anak-anak dari kematian dan kecacatan.

Laporan tambahan oleh Imogen Anderson dan Sanjay Ganguly

Sumber: BBC Indonesia
BBC
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas