Debat Capres AS 2024: Donald Trump Sebut Kamala Harris Benci Israel, Abaikan Pidato Netanyahu
Trump sebut Harris ‘benci Israel’, abaikan pidato Netanyahu. Harris, Trump ditanya tentang perang Israel-Hamas dalam debat.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Debat kedua calon presiden AS 2024, atau debat pertama antara Donald Trump dan Kamala Harris, digelar pada Selasa (10/9/2024) malam waktu setempat.
Dalam debat tersebut, kedua kandidat tak ragu untuk saling menyerang.
Dilansir NewsNation, Donald Trump menyebut Kamala Harris membenci Israel dan lebih memilih "pesta persaudaraan" daripada menghadiri pidato Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Kongres.
Trump menyinggung soal absennya Harris saat Netanyahu berkunjung ke AS beberapa waktu lalu.
Mendengar tuduhan itu, Harris membantah dirinya membenci Israel.
Ia menyebut Trump lemah dan salah soal kebijakan luar negeri dan keamanan nasional.
Harris juga menyebut Trump mengagumi diktator.
Calon presiden dari Partai Demokrat itu juga mengutip pernyataan Trump yang mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin dapat melakukan apa pun yang dia inginkan dan menyebut invasi Putin ke Ukraina sebagai tindakan yang brilian.
Harris mengatakan para diktator mendukung Trump untuk terpilih kembali karena mereka dapat memanipulasinya dengan sanjungan dan bantuan.
Harris menambahkan bahwa itulah sebabnya para pemimpin militer yang bekerja dengan Trump menyebutnya sebagai aib.
Soal Perang di Timur Tengah
Ketika ditanya bagaimana menangani perang di Timur Tengah, Harris mengatakan bahwa Israel memiliki hak untuk membela diri.
Baca juga: Serangan Kamala Harris ke Trump saat Debat: Ditertawakan Pemimpin Dunia, Beberkan Daftar Dosa
Harris mengutip serangan pada 7 Oktober, sembari mengatakan bahwa terlalu banyak warga sipil Palestina yang terbunuh selama pertempuran di Gaza.
Ia mengatakan perang harus diakhiri, harus ada kesepakatan gencatan senjata, dan para sandera harus dibebaskan oleh Hamas.
Harris mengatakan pemerintahan Biden bekerja sepanjang waktu untuk mencapai kesepakatan dan mengatakan harus ada solusi dua negara untuk konflik Israel-Palestina.