Gallant kepada AS: Jendela Diplomasi dengan Hizbullah Telah Tertutup
Menhan Israel Yoav Gallant mengatakan kepada Menhan AS Lloyd Austin bahwa waktu untuk mendapatkan solusi diplomatik dengan Hizbullah hampir habis.
Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Namun terkecuali apabila Israel terus menabuh genderang perang dan melancarkan serangan ke arah Lebanon.
Selama berbulan-bulan wilayah utara menjadi perdebatan.
Israel ingin merebut wilayah utara dan beberapa anggota garis keras pemerintah Israel telah mendesak tindakan dan pada hari Senin.
Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir menyerukan agar Gallant segera dipecat karena dianggap gagal.
"Kami membutuhkan keputusan di utara dan Gallant bukanlah orang yang tepat untuk memimpinnya," katanya dalam sebuah pernyataan di platform media sosial X.
Konflik Hizbullah vs Israel
Sejak dimulainya perang Israel di Gaza, pada 7 Oktober, gerakan Hizbullah Lebanon membela gerakan perlawanan Palestina, Hamas.
Dalam 250 hari pertama perang, Hizbullah telah melancarkan 1.194 operasi militer.
Serangan Hizbullah ini telah melukai lebih dari 2.000 tentara Israel.
Selama berpuluh-puluh tahun, Israel telah menduduki sebagian Lebanon.
Pada tahun 2000, Israel baru meninggalkan Lebanon.
Namun pada tahun 2006, Israel berupaya kembali menduduki Lebanon.
Sayangnya, mereka gagal dan Hizbullah mengklaim kemenangannya.
Kekhawatiran akan perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah telah meningkat di tengah saling serang lintas perbatasan antara kedua belah pihak.
Ketegangan meningkat di kawasan tersebut menyusul pembunuhan dua pemimpin pejuang perlawanan yaitu Haniyeh dan Fuad Shukr.
Sebagai tanggapannya, Hizbullah telah bersumpah akan melakukan pembalasan terhadap Israel.
Janji Hizbullah meningkatkan kekhawatiran berbagai front.
Ketakutan dapat memicu konflik regional yang lebih luas dan berskala penuh.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)
Artikel Lain Terkait Yoav Gallant dan Hizbullah