Aktivis Lingkungan Bertaruh Nyawa demi Selamatkan Bumi
Kisah tiga aktivis lingkungan menghadapi kekerasan saat berupaya hentikan penambangan emas liar di Ekuador, budidaya udang ilegal…
"Yang bisa saya katakan adalah penjara adalah neraka di Bumi," katanya. "Kita tidak punya kebebasan berunjuk rasa di negara ini," kata Bweete.
Uganda berada di bawah pimpinan tangan besi Presiden Yoweri Museveni selama empat dekade. Di sana, unjuk rasa dan protes sering kali ditanggapi dengan tindakan keras oleh polisi. Bweete mengatakan politik dan perubahan iklim berjalan beriringan.
"Jika kita punya pemimpin yang baik, kita bisa punya kebijakan iklim yang baik. Ini adalah perjuangan yang panjang, tetapi kita bertekad untuk menang," tegasnya.
Ancaman tambang emas ilegal
Alex Lucitante, kepala penduduk pribumi Cofan di perbatasan antara Ekuador dan Kolombia, memenangkan gugatan hukum atas perusahaan pertambangan di Amazon pada tahun 2018. Kemenangan ini bersejarah karena berhasil menghapuskan 52 konsesi tambang emas.
Kemenangan ini membantunya memenangkan Penghargaan Lingkungan Goldman dua tahun lalu. Penghargaan ini sering dianggap sebagai Nobel bagi pembela lingkungan. Namun sayangnya, kemenangan ini tidak lantas menghentikan para penambang emas melanggar wilayah mereka.
"Kerusakan masih terjadi di seluruh tanah kami, dan ancamannya semakin kuat," kata Lucitante tentang penambangan ilegal, penggundulan hutan, dan ancaman dari kelompok bersenjata.
"Saat ini, situasinya sangat kritis di wilayah kami," kata Lucitante. "Semua itu terjadi di depan mata dan dengan sepengetahuan pihak berwenang," yang "terkadang terkait dengan pelaku ilegal yang beroperasi di wilayah tersebut", tambahnya.
Aktivis lingkungan itu mendesak para pemimpin global untuk mendengarkan "suara masyarakat pribumi" dan mendengar permohonan mereka untuk "mempertahankan kehidupan".
ae/ (AFP)