Siap-siap Perang Dahsyat, Media Israel Ungkap Ada Koordinasi AS-Israel Soal Ledakan Massal Lebanon
Ada komunikasi antara Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin daam 24 jam terakhir
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Siap-siap Perang Dahsyat, Media Israel Ungkap Ada Koordinasi AS-Israel Soal Ledakan Massal di Lebanon
TRIBUNNEWS.COM - Media Israel mengungkap adanya koordinasi antara Amerika Serkat (AS) dan Israel terkait ledakan massal perangkat komunikasi di Lebanon
Menurut saluran penyiaran resmi Israel, KAN koordinasi antara Israel dan AS terkait ledakan yang mengguncang Lebanon itu berupa komunikasi antara Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin.
Baca juga: Gedung Putih: Amerika Serikat Tak Terlibat Gelombang Ledakan di Lebanon
"Gallant dan Austin telah melakukan dua percakapan telepon dengan dalam 24 jam terakhir," kata laporan KAN, merujuk pada dua gelombang serangan di Lebanon pada Selasa dan Rabu (18/9/2024).
Komunikasi dua pejabat keamanan AS-Israel ini digambarkannya sebagai "koordinasi" antara Israel dan AS terkait ledakan perangkat komunikasi nirkabel yang digunakan oleh Hizbullah dan petugas medis di Lebanon, meskipun sebelumnya Washington membantahnya.
Ledakan ribuan perangkat nirkabel pager dan Icom di beberapa wilayah Lebanon pada hari Selasa dan Rabu mengakibatkan kematian 26 orang dan lebih dari 3.250 orang terluka.
Menurut KAN, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant telah melakukan dua percakapan telepon dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dalam 24 jam terakhir.
"Panggilan pertama antara Gallant dan Austin terjadi pada hari Selasa, beberapa menit sebelum gelombang pertama ledakan perangkat pager di Lebanon," kata KAN.
"Panggilan kedua terjadi sebelum gelombang kedua ledakan."
Baca juga: Gelombang Kedua Serangan Teror Israel Kembali Guncang Lebanon, Mampu Membakar Mobil dan Rumah
Namun, AS telah membantah terlibat dalam ledakan tersebut. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, dalam sebuah konferensi pers di Kairo, menegaskan bahwa Washington tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang ledakan tersebut dan tidak terlibat.
Ledakan tersebut terjadi di tengah pertukaran serangan lintas batas antara Hizbullah dan Israel dengan latar belakang serangan brutal Israel di Jalur Gaza yang telah menewaskan hampir 41.300 korban, sebagian besar wanita dan anak-anak, menyusul serangan lintas batas terhadap Israel oleh kelompok Palestina, Hamas, pada 7 Oktober tahun lalu.
Siap-siap Perang Dahsyat
Peristiwa ini dikhawatirkan memicu eskalasi menuju perang besar-besaran di seluruh Timur Tengah.
AS, yang disinyalir mengetahui serangan ini, bahkan menyatakan rasa kekhawatiran akan terjadinya perang dahsyat.
Israel diduga sebagai dalang ledakan pager Hizbullah di Lebanon pada Selasa (17/9/2024), AS cuci tangan dengan mengatakan tak terlibat serangan tersebut.
Menurut Antony Blinken, peristiwa itu mengancam akan menggagalkan upaya untuk menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Gaza.
Buntunya gencatan senjata diisyaratkan sejumlah faksi milisi perlawanan lintas teritorial, dikenal dengan 'Poros Perlawanan' yang dimotori Iran, sebagai tanda dimulainya serangan terkoordinasi yang tidak hanya menargetkan Israel tetapi juga kepentingan AS dan sekutu Baratnya di Timur Tengah.
Soal serangan di Lebanon, Blinken mengatakan, AS masih meng-assesment ledakan pager yang mematikan terkait Israel di Lebanon itu.
Amerika Serikat dan mitra internasionalnya, termasuk Mesir, tengah berupaya menengahi gencatan senjata dalam perang yang telah berlangsung hampir setahun antara Israel dan Hamas di Gaza.
"Berkali-kali ketika AS dan mediator internasional lainnya yakin bahwa mereka membuat kemajuan dalam kesepakatan gencatan senjata untuk perang Israel dan Hamas di Gaza, kami telah melihat sebuah peristiwa yang membuat prosesnya lebih sulit, mungkin menggagalkannya," kata Blinken, Rabu (18/9/2024), dikutip dari AP News.
Hal ini disampaikan Blinken dalam menjawab pertanyaan tentang ledakan hari sebelumnya di Lebanon.
Blinken juga mengulangi pernyataan pemerintah bahwa AS masih mengumpulkan informasi tentang keadaan serangan pager, dan menolak berkomentar lebih spesifik tentang hal itu.
Hizbullah Tuduh Israel
Serangan bom yang menggunakan pager pribadi yang digunakan oleh anggota kelompok militan Hizbullah di Lebanon menewaskan sebanyak 12 orang, termasuk seorang anak.
Israel belum berbicara secara terbuka mengenai apakah mereka bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Baca juga: Hizbullah Mengamuk, Kiryat Shmona Dikurung Api, Sirene Meraung di Kota-Kota Utara Israel
Dilansir The Guardian, Hizbullah menuduh Israel berada di balik ledakan pager itu.
Mereka mengatakan bahwa Israel akan menerima "hukuman yang adil".
Sementara itu, Israel sedang melakukan "investigasi keamanan dan ilmiah" terhadap penyebab ledakan tersebut.
Sebagai informasi, ledakan itu tampaknya memanfaatkan pager berteknologi rendah yang digunakan Hizbullah untuk mencegah pembunuhan terarah terhadap anggotanya, yang dapat dilacak melalui sinyal telepon seluler.
Pager yang meledak tersebut tampaknya diperoleh Hizbullah setelah pemimpin kelompok itu memerintahkan anggotanya pada bulan Februari untuk berhenti menggunakan ponsel, dengan peringatan bahwa mereka dapat dilacak oleh intelijen Israel.
Seorang pejabat Hizbullah mengatakan kepada The Associated Press bahwa pager itu adalah merek baru, tetapi menolak untuk mengatakan sudah berapa lama mereka menggunakannya.
Mereka yang terluka dalam serangan itu termasuk duta besar Iran untuk Beirut, Mojtaba Amani, menurut laporan.
Sebuah sumber Hizbullah mengatakan, mereka yakin serangan itu merupakan respons terhadap dugaan upaya pembunuhan oleh milisi Syiah terhadap mantan pejabat tinggi pertahanan Israel, yang diungkap pada hari Selasa oleh badan keamanan Shin Bet Israel.
Setelah ledakan pager terjadi, rumah sakit di seluruh Lebanon kewalahan dengan masuknya pasien.
Sebuah rumah sakit lapangan didirikan di kota selatan Tyre untuk menampung warga yang terluka.
Suara sirene ambulans terus terdengar di ibu kota Lebanon lebih dari tiga jam setelah serangan awal.
Serangan itu, terjadi beberapa jam setelah Israel mengumumkan akan memperluas tujuannya dalam perang yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 untuk mencakup pertempuran melawan Hizbullah di sepanjang perbatasan dengan Lebanon.
Update Perang Israel-Hamas
Diberitakan Al Jazeera, Hizbullah telah berjanji untuk melanjutkan “operasi yang diberkahi untuk mendukung Gaza, rakyatnya, dan perlawanannya”, meskipun terjadi ledakan pager yang menewaskan sedikitnya sembilan orang dan melukai 2.750 lainnya di Lebanon dan Suriah.
Kelompok bersenjata Lebanon mengatakan mereka menganggap Israel "bertanggung jawab penuh" atas serangan yang menyebabkan sedikitnya 200 orang dalam kondisi kritis.
Israel menolak berkomentar mengenai ledakan tersebut.
Di Jalur Gaza, delapan warga Palestina tewas dan 80 lainnya dikhawatirkan tewas tertimpa reruntuhan setelah serangan Israel di kamp pengungsi Bureij.
Petugas medis mengatakan, sebanyak 22 orang tewas dalam serangan Israel di seluruh wilayah itu pada hari Selasa.
Yordania menawarkan bantuan medis untuk merawat ribuan orang yang terluka dalam “pemboman massal” hari Selasa, sementara Kataib Hezbollah Irak menawarkan untuk mengirim pejuang dan peralatan untuk mendukung kelompok bersenjata Lebanon.
Gold Apollo Taiwan membantah membuat pager yang digunakan dalam ledakan di Lebanon dan mengatakan bahwa perangkat tersebut dibuat oleh perusahaan di Eropa yang memiliki hak untuk menggunakan mereknya.
Di Jalur Gaza, empat tentara Israel tewas dalam serangan bom di Rafah.
Sementara di Tepi Barat yang diduduki, pasukan Israel melanjutkan kampanye serangan malam hari di seluruh wilayah tersebut, menyerang kru ambulans di kota Nablus.
Amerika Serikat (AS) mengonfirmasi, Houthi Yaman menjatuhkan dua drone MQ-9 Reaper minggu lalu.
Setidaknya 41.252 orang tewas dan 95.497 orang terluka dalam perang Israel di Gaza.
Di Israel, jumlah korban tewas dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober sedikitnya 1.139 orang sementara lebih dari 200 orang ditawan.
Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel