17 Perwira Pasukan Khusus Hizbullah Lenyap Sekali Tepuk, Israel: Unit Elite Radwan Mau Serbu Galilea
Militer Israel (IDF) menyebut kalau para perwira Pasukan Radwan Hizbullah tersebut telah merencanakan infiltrasi ke Galilea
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
17 Perwira Pasukan Khusus Hizbullah Lenyap Sekali Tepuk, Israel: Unit Elite Radwan Mau Serbu Galilea
TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Pendudukan Israel (IDF) mengklaim kalau para pimpinan tertinggi pasukan operasi khusus Hizbullah, “Pasukan Radwan” yang "dilenyapkan" dalam serangan udara di pinggiran Beirut, pada Jumat (20/9/2024) tengah menyiapkan serangan mematikan ke wilayah Israel.
Dalam pernyataannya soal serangan yang menewaskan warga sipil tersebut, IDF menyebut kalau para perwira Pasukan Radwan Hizbullah tersebut telah “merencanakan infiltrasi ke Galilea, wilayah Israel selama bertahun-tahun, untuk dieksekusi ketika diberi perintah.”
Baca juga: Komandan Pasukan Radwan Tewas, Hizbullah Balas Serang Pangkalan Rudal Israel Pakai Peluru Kendali
Dalam pernyataan tersebut, IDF lebih lanjut mengklaim kalau komandan senior Ibrahim Aqil dan yang lainnya bertanggung jawab untuk merencanakan, memajukan, dan mengeksekusi ratusan serangan dan operasi melawan Israel.
"Itu termasuk apa yang disebut Israel sebagai “skema pembunuhan untuk menyerang komunitas Galilea,” tulis RNTV mengutip pernyataan IDF.
Militer Israel juga menyebutkan nama-nama pimpinan tertinggi Hizbullah yang terbunuh dalam serangan terhadap sebuah bangunan tempat tinggal di Beirut kemarin, termasuk Ibrahim Aqil, yang merupakan kepala operasi militer Hizbullah, penjabat komandan Pasukan Radwan, dan orang kedua di bawah Hasan Nasrallah.
Adapun Hizbullah mengumumkan tewasnya Aqil kemarin, beberapa jam setelah serangan udara itu terjadi, bersama dengan anggota lain dari Pasukan al-Hajj Radwan.
"Aqil tengah bertemu dengan komandan senior pasukan operasi khusus lainnya di sebuah gedung di Beirut; 15 perwira senior lainnya tewas dalam serangan itu," tulis laporan RNTV.
IDF mengklaim Ahmed Wabi, kepala unit pelatihan Hizbullah dan mantan komandan pasukan Radwan, juga tewas dalam serangan itu.
"Nama-nama lain dalam pernyataan itu meliputi: Samer Halawi, komandan wilayah pesisir; Abbas Muslimani, komandan wilayah Qana; Abdullah Hijazi, komandan wilayah Ramim Ridge; Muhammad Reda, komandan wilayah Khiam; Hassan Madi, komandan wilayah Gunung Dov; Hassan Abd al-Satar, kepala operasi; dan Hussein Hadraj, kepala staf," kata laporan tersebut.
Operasi Intelijen Berpadu Teknologi Militer
Pakar militer dan ahli strategi asal Yordania, Nidal Abu Zaid memberikan analisisnya tentang penargetan sel dari unit elite Pasukan Radwan Hizbullah oleh Israel pada Jumat (20/9/2024).
Abu Zaid mengatakan, kematian dua pimpinan komando pasukan elite ini merupakan pukulan terberat yang diterima Hizbullah sejak organisasi itu didirikan.
Baca juga: Israel Tutup Wilayah Udara Selama 24 Jam Seusai Rudal 20 Komandan Elite Radwan Hizbullah di Beirut
Abu Zaid mengindikasikan, Israel menggunakan cara non-konvensional dalam serangan ke Beirut kali ini.
"Kita sedang menghadapi bentuk baru operasi (militer Israel) yang digambarkan sebagai operasi non-konvensional," katanya dilansir Khaberni, Sabtu (21/9/2024).
Menurut Abu Zaid, cara non-konvensional yang dimaksud adalah Israel mengandalkan cara kerja intelijen dan divisi teknologi militer.
"Tampaknya pasukan pendudukan Israel bekerja secara bertahap," kata Abu Zaid menjelaskan.
Dia menjabarkan, pada setiap tahap, militer Israel akan mengevaluasi sejauh mana respons Hizbullah dan tingkat efisiensi tempurnya.
"Operasi tahap selanjutnya, tergantung hasil tahap sebelumnya," kata dia menganalisis cara kerja operasi militer Israel.
Tahu Persis Tanggal Kumpul dan Kelemahan Gedung
Abu Zaid mengonfirmasi, ada yang lebih mencolok dari penetrasi intelijen Israel ini, yakni menyasar gedung tempat pimpinan Unit Radwan berada lantai dua di bawah tanah.
Serangan Israel kali ini, kata dia, tidak hanya soal penetrasi keamanan dengan pengetahuan tentang tanggal (waktu serangan) tersebut.
Seperti diketahui, Israel menyebut, serangan dilakukan saat 20 komandan pasukan Hizbullah berkumpul di sebuah fasilitas bawah tanah di gedung yang menjadi target serangan.
Tambahan informasi, lokasi pertemuan para komandan Hizbullah itu disebutkan terjadi di lantai dua bawah tanah.
"Ada juga inspeksi dan pengintaian terhadap gedung tersebut selama beberapa waktu, sehingga intelijen Israel mengetahui cara yang paling tepat untuk mencapai lantai bawah tanah kedua," katanya.
Operasi intelijen pra-serangan yang dilakukan oleh pihak Israel, kata Abu Zaid, berisiko sangat tinggi.
"Memeriksa gedung dan mengetahui bahwa garasi parkir adalah titik terlemah di mana rudal pesawat dapat mencapai tempat pertemuan, dan pemeriksaan di sini lebih berbahaya daripada pelanggaran keamanan," katanya.
Abu Zaid menambahkan, pihak militer Israel juga berupaya tidak memberikan ruang bagi Hizbullah untuk mengatur ulang barisannya setelah serangan ledakan massal pager dan perangkat komunikasi secara menyeluruh di Lebanon.
"Garis komando (Hizbullah) bersifat vertikal dan tengah fokus di tingkat atas. Israel memulai serangan dengan menargetkan bagian bawah piramida organisasi partai dengan menyerang anggota partai yang memiliki perangkat pager dan kemudian pindah ke tingkat atas dari mereka yang memiliki perangkat keynote.
Serangan ke tingkat atas yang dimaksud adalah penargetan pada hari Jumatkemarin yang menyasar para pemimpin Unit Radwan, salah satu unit Hizbullah yang paling penting dan rahasia.
Baca juga: Israel Tutup Wilayah Udara Selama 24 Jam Seusai Rudal 20 Komandan Elite Radwan Hizbullah di Beirut
Rantai Komando Solid
Abu Zaid menjelaskan, rantai pengambilan keputusan di Hizbullah sangat kuat. Dan meski sistem komando dan kendalinya dihancurkan dalam waktu 72 jam, sistem persenjataan dan persenjataan militer tidak mengalami kerugian besar.
Dia menjelaskan, hal ini bisa menjadi faktor bagi Hizbullah untuk "Memulihkan rantai komando pengambilan keputusan dan membangun sistem komando dan kendali dengan cepat, sehingga gerakan tersebut akan mungkin dapat mereproduksi operasinya terhadap bagian utara wilayah Israel pada tingkat yang sama atau kurang dari sebelum serangan".
Terbukti, Hizbullah mampu membalas secara cepat dengan menargetkan pangkalan udara dan pangkalan rudal Israel di utara.
Baca juga: Komandan Pasukan Radwan Tewas, Hizbullah Balas Serang Pangkalan Rudal Israel Pakai Peluru Kendali
Pun begitu, Abu Zaid mengindikasikan kalau Hizbullah tidak akan melakukan pembalasan besar-besaran, setidaknya dalam waktu dekat.
"Karena mereka menyadari bahwa mereka tidak menginginkan eskalasi lebih lanjut yang mungkin berdampak pada struktur organisasi gerakan," katanya.
Abu Zaid menambahkan bahwa Israel menang secara taktis, namun kalah secara strategis dalam palagan kali ini dengan membandingkan persamaan untung dan rugi di semua medan pertempuran yang tengah dihadapi pasukan Israel (IDF).
"Mereka mencoba menyerang melalui operasi militer di utara (Lebanon) untuk menutupi kerugiannya di selatan, di Gaza dan Tepi Barat," kata Abu Zaid.
(oln/khbrn/*)