Eskalasi Konflik Israel-Lebanon Meningkat, Warga Gaza Takut Dilupakan Nasibnya oleh Dunia
Warga Gaza mulai khawatir dilupakan dunia buntut meningkatnya eskalasi konflik antara Israel dan Lebanon.
Penulis: Yohanes Liestyo Poerwoto
Editor: Sri Juliati
Selain itu, berdasarkan citra satelit, sekitar 60 persen bangunan di Jalur Gaza sudah mengalami rusak berat.
Sementara, seiring dengan meningkatnya ancaman perang antara Israel dan organisasi Hizbullah di Lebanon, militer Israel telah ditarik mundur di Gaza dan unit-unit penting dipindahkan ke perbatasan utara Lebanon.
Kendati demikian, Israel masih tetap menyisakan ribuan tentara di Gaza agar melakukan serangan sporadis dan mencegah warga Palestina yang mengungsi untuk kembali ke rumah.
Hal tersebut dibuktikan dengan serangan Israel yang masih dilancarkan pada Sabtu (21/9/2024) lalu.
Serangan yang mengincar sebuah pengungsian di Gaza Utara itu mengakibatkan 22 orang tewas dan 30 lainnya mengalami luka di mana korban sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Penderitaan warga Gaza pun semakin terasa ketika hujan mengguyur Muwasi pada Minggu (22/9/2024) lalu.
Baca juga: Israel Tawarkan kepada Hamas untuk Akhiri Perang Gaza, Biarkan Sinwar Pergi, dengan Syarat Ini
Hujan tersebut mengakibatkan barang-barang berharga hingga makanan terendam air.
"Seluruh dapur tempat kami menyiapkan makanan terendam air. Kami tidak tahu apa yang harus dilakukan."
"Ini adalah awal musim dingin. Apa yang akan terjadi dalam beberapa hari ke depan?" ucap seorang ibu yang mengungsi bernama Rana Goza't.
Hal semacam ini pun membuat warga Gaza semakin kencang bersuara agar pihak internasional tetap memperhatikan nasibnya.
"Kami berharap semua orang peduli dengan kami dan melihat apa yang telah kami capai," ujar seorang pengungsi di Muwasi, Enas Kollab.
Realisasi Gencatan Senjata Makin Jauh dari Harapan
Di sisi lain, mengutip dari Reuters, aktivitas diplomasi terkait kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas dianggap semakin jauh dari harapan.
Hal itu dibuktikan dari masing-masing pihak yang justru saling tuduh telah beritikad buruk dalam perundingan.