Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Israel Siapkan Rencana Jenderal yang Akan Kosongkan Gaza Utara, Ini 3 Hal yang Perlu Diketahui

Berbicara di hadapan komite minggu lalu, Mayor Jenderal Giora Eiland mengklaim bahwa rencana tersebut, akan "mengubah kenyataan".

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
zoom-in Israel Siapkan Rencana Jenderal yang Akan Kosongkan Gaza Utara, Ini 3 Hal yang Perlu Diketahui
AFP/-
Pengungsi Palestina mengambil jalan pesisir Rashid untuk kembali ke Kota Gaza saat mereka melewati Nuseirat di Jalur Gaza tengah pada 14 April 2024 di tengah konflik yang sedang berlangsung di wilayah Palestina antara Israel dan kelompok militan Hamas. 

Sejak perang genosida Israel meletus 11 bulan lalu, wilayah-wilayah di Jalur Gaza utara (yang meliputi Kota Gaza, Jabalia, dan kota Beit Lahia serta Beit Hanoun) telah diserang membabi-buta oleh tentara Israel.

Warga Palestina terbunuh melalui serangan udara, darat, dan laut atau melalui peraturan yang berujung kelaparan dan memburuknya kondisi kehidupan sehari-hari.

"Tentara Israel hanya membunuh warga sipil tak berdosa yang tidak bersenjata, yang sebagian besar adalah anak-anak. Kami tidak tahu mengapa tentara bersikeras menargetkan warga sipil," kata Mahmoud Basal, juru bicara Kementerian Pertahanan Sipil di Gaza.

"Tentara Israel mengikuti kebijakan sistematis terhadap warga sipil yang tak berdaya dan terlantar," tambah Basal.

"Mayoritas penduduk di utara terpaksa berlindung di sekolah-sekolah untuk menghindari kematian, tetapi pesawat-pesawat tempur Israel mengejar mereka dan membunuh mereka dengan kejam."

Masih ada sekitar 400.000 warga Palestina di Kota Gaza dan provinsi-provinsi utara, dan semuanya hidup dalam kondisi yang tidak manusiawi akibat perang Israel.

"Baik anak-anak saya maupun saya tidak makan daging apa pun sejak dimulainya perang," kata Nada Al-Arabid, dari kota Beit Lahia di Gaza utara, kepada TNA.

BERITA TERKAIT

"Kami tidak makan buah dan sayur selama lebih dari lima bulan. Jika kami tidak mati karena pengeboman, kami pasti akan mati kelaparan."

Paramedis membawa jenazah dari lokasi serangan Israel terhadap sebuah sekolah, yang menampung warga Palestina yang mengungsi, di lingkungan Rimal di pusat Kota Gaza pada tanggal 20 Agustus 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas. (Photo by Omar AL-QATTAA / AFP)
Paramedis membawa jenazah dari lokasi serangan Israel terhadap sebuah sekolah, yang menampung warga Palestina yang mengungsi, di lingkungan Rimal di pusat Kota Gaza pada tanggal 20 Agustus 2024, di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan kelompok militan Hamas. (Photo by Omar AL-QATTAA / AFP) (AFP/OMAR AL-QATTAA)

Ibu berusia 33 tahun itu telah tinggal di tenda yang terbuat dari kain usang di halaman Sekolah Al-Zeitoun di Kota Gaza selama lebih dari lima bulan setelah tentara Israel menghancurkan rumahnya dan membunuh suaminya.

"Kemarin, tentara Israel mengebom sekolah itu dan menewaskan sekitar tujuh orang di depan mata kami. Kami tidak lagi memiliki harapan untuk selamat dari perang ini," katanya.

Mohammed Atallah, seorang warga Kota Gaza, merasakan hal yang sama. 

Baca juga: Rencana Jahat Israel Usir 300.000 Warga Palestina dari Gaza Utara, Netanyahu Sebut Rencana Jenderal

Saat ini ia tinggal di bagian rumahnya yang tersisa yang terkena rudal dari pesawat Israel, yang menewaskan 25 anggota keluarganya November lalu.

"Tentara Israel terus melakukan berbagai bentuk intimidasi terhadap kami," kata Mohammed.

"Bukan karena mereka memerangi Hamas dan faksi-faksi perlawanan, tetapi karena jelas mereka ingin menerapkan kebijakan pemindahan paksa terhadap semua penduduk di wilayah utara jalur itu untuk menduduki tanah kami dan mengusir kami semua."

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas