Jadi Sasaran Serangan Israel, Komandan Hizbullah Disebut Masih Hidup, Sudah Pindah ke Tempat Aman
Setelah menjadi sasaran serangan Israel, Hizbullah mengatakan komandannya masih hidup.
Penulis: Nuryanti
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Israel melancarkan serangan di pinggiran selatan Beirut yang ditujukan pada pemimpin senior Hizbullah, Ali Karaki, Senin (23/9/2024) malam waktu setempat.
Ali Karaki adalah kepala “Front Selatan” Hizbullah, yang bertanggung jawab atas aktivitas militer kelompok tersebut di Lebanon selatan.
Setelah menjadi sasaran serangan Israel, Hizbullah mengatakan komandannya itu masih hidup.
Hizbullah menyebut Ali Karaki telah pindah ke tempat yang aman.
"Komandan Ali Karaki dalam keadaan baik dan telah pindah ke tempat yang aman," kata gerakan yang didukung Iran itu dalam sebuah pernyataan, Senin, dilansir Arab News.
Israel Lancarkan Serangan
Militer Israel mengatakan telah menyerang sekitar 1.300 target Hizbullah di Lebanon.
Menanggapi serangan itu, Hizbullah mengatakan telah meluncurkan puluhan rudal di pangkalan militer di Israel utara.
Sirene peringatan serangan roket Hizbullah dibunyikan di Israel utara, termasuk di kota pelabuhan Haifa, dan di bagian utara Tepi Barat yang diduduki, kata militer.
Namun, lebih banyak serangan diperkirakan terjadi di Lebanon.
Serangan telah menggandakan tekanan pada Hizbullah, yang minggu lalu menderita kerugian besar ketika ribuan pager dan walkie talkie yang digunakan oleh anggotanya meledak.
Baca juga: Jenderal Israel Ragu Serangan Udara IDF Kalahkan Hizbullah: Mereka Mungkin Masih Punya 70 Ribu Rudal
Operasi itu secara luas disalahkan pada Israel, yang belum mengonfirmasi atau menyangkal tanggung jawab.
Menteri Informasi Lebanon, Ziad Makary, mengatakan kementeriannya telah menerima panggilan dari Israel dengan perintah untuk mengevakuasi gedungnya, tetapi mereka tidak akan mematuhinya.
"Ini adalah perang psikologis," kata Makary kepada Reuters.
Menderita krisis keuangan, Lebanon tidak mampu menanggung perang lain seperti yang meletus pada tahun 2006, ketika Israel menggempurnya selama konflik selama sebulan dengan Hizbullah.
"Jika Hizbullah melakukan operasi besar, Israel akan menanggapi dan menghancurkan lebih dari ini," kata pegawai negeri Joseph Ghafary di distrik Sassine di Beirut.
"Kami tidak tahan," sambungnya.
Mohammed Sibai, seorang pemilik toko di lingkungan Hamra di Beirut, mengatakan dia melihat eskalasi itu sebagai "awal perang."
"Jika mereka menginginkan perang, apa yang bisa kami lakukan?" tanya dia.
"Kami tidak bisa berbuat apa-apa," ungkapnya.
Adapun Hizbullah telah saling serang di perbatasan selatan Lebanon dengan Israel selama hampir setahun, sejak 8 Oktober 2023 ketika kelompok itu memulai serangannya untuk menghalangi Israel dari perangnya di Gaza.
Israel telah membalas tembakan, meningkatkan dan memperlambat serangannya terhadap salah satu kelompok tempur nonpemerintah yang paling berpengalaman di kawasan tersebut, yang dipersenjatai dengan baik dan teruji dalam pertempuran melawan Israel.
Baca juga: Serbuan Darat Militer Israel ke Lebanon Tak akan Segera, Korban Serangan Udara Capai 274 Jiwa
Update Perang Israel-Hamas
Diberitakan Al Jazeera, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 24 warga Palestina tewas dan 60 terluka dalam periode pelaporan 24 jam terakhir.
Pasukan Israel menggempur Gaza, menewaskan seorang ibu dan empat anaknya dalam serangan di Deir el-Balah, dan 10 warga Palestina lainnya dalam dua serangan terpisah terhadap sekolah yang diubah menjadi tempat perlindungan.
Para pemimpin dunia dan kelompok kebebasan pers mengecam keputusan Israel untuk mengirim tentara bersenjata lengkap guna menutup biro Al Jazeera di Tepi Barat yang diduduki.
Sementara Israel memfokuskan serangannya ke Lebanon, menewaskan lebih dari 490 orang hari ini, Gaza tidak luput dari serangan tersebut.
Baca juga: Langit Israel Dihiasi Ganasnya Drone Irak, Pertama Kalinya Al-Arfad Tembus Iron Dome Zionis
Kantor Media Pemerintah Gaza menghimbau masyarakat internasional untuk menekan Israel agar berhenti menargetkan bangunan-bangunan yang melindungi orang-orang terlantar “dan menghentikan kejahatan genosida di Jalur Gaza”.
Kritik terhadap penutupan paksa kantor Al Jazeera di Ramallah, Tepi Barat oleh Israel terus berlanjut.
Amnesty International menyebutnya sebagai “serangan tak tahu malu” terhadap kebebasan berbicara.
Setidaknya 41.431 orang tewas dan 95.818 orang terluka dalam perang Israel di Gaza.
Di Israel, jumlah korban tewas dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober sedikitnya 1.139 orang sementara lebih dari 200 orang ditawan.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel