Kemacetan Panjang di Lebanon, Warga Panik Tinggalkan Perbatasan Israel di Selatan Menuju Beirut
Kemacetan panjang terjadi di Lebanon, saat warga beramai-ramai meninggalkan perbatasan Israel pada Senin (23/9/2024).
Editor: Muhammad Barir
Kemacetan Panjang di Lebanon, Warga Ramai-ramai Tinggalkan Perbatasan Israel, Antrean Ribuan Mobil
TRIBUNNEWS.COM- Kemacetan panjang terjadi di Lebanon, saat warga beramai-ramai meninggalkan perbatasan Israel menuju Beirut pada Senin (23/9/2024).
Antrean ribuan mobil tampak tertahan dan mengular di ruas-ruas jalan utama dari jarak beberapa kilometer.
Mereka bergegas meninggalkan Lebanon selatan dekat perbatasan Israel karena tentara IDF terus menerus melakukan serangan dan menjatuhkan bom.
Situasi yang benar-benar mengerikan, dibuan keluarga dengan wanita dan anak-anak terjebak dalam kemacetan parah di Lebanon, mereka berbondong-bondong meninggalkan rumah mereka. Sesekali terdengar suara pemboman oleh tentara Israel.
Kemacetan lalu lintas beberapa kilometer juga masih terjadi pada malam hari hingga Selasa pagi.
Ribuan warga sipil mencoba meninggalkan negara itu setelah pemboman besar-besaran pada hari Senin.
Kantor berita Lebanon melaporkan ribuan mobil terjebak dalam kemacetan di jalan Al-Zahrani-Sidon dalam perjalanan mereka menuju Beirut selama lebih dari lima jam.
Dari sejak cuaca terang siang hari sampai malam hari, ribuan mobil masih tertahan di jalanan yang penuh menuju Beirut.
Ribuan orang mengungsi dari Lebanon Selatan untuk mencari tempat berlindung dan keselamatan
Ribuan keluarga dari Lebanon selatan mengemasi mobil dan minivan dengan koper, kasur, selimut, dan karpet dan memadati jalan raya menuju utara menuju Beirut pada hari Senin untuk melarikan diri dari pemboman paling mematikan oleh Israel sejak tahun 2006 .
Sekitar 100.000 orang yang tinggal di dekat perbatasan telah mengungsi sejak Oktober, ketika kelompok militan Lebanon, Hizbullah, dan pasukan Israel mulai saling tembak hampir setiap hari di tengah perang di Gaza . Seiring meningkatnya pertempuran, jumlah pengungsi diperkirakan akan meningkat.
Di Beirut dan sekitarnya, sekolah-sekolah dengan cepat dialihfungsikan untuk menerima para pengungsi baru sementara para relawan bergegas mengumpulkan air, obat-obatan, dan kasur.
Di kota pesisir Sidon, orang-orang yang mencari tempat berteduh berbondong-bondong ke sekolah-sekolah yang belum memiliki kasur untuk tidur. Banyak yang menunggu di trotoar di luar sekolah.