Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Netanyahu: Warga Lebanon Harus Pergi dari Rumah Berisi Senjata Hizbullah sebelum Dibom Israel

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengatakan warga Lebanon harus pergi dari rumah yang diduga menyimpan senjata Hizbullah.

Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
zoom-in Netanyahu: Warga Lebanon Harus Pergi dari Rumah Berisi Senjata Hizbullah sebelum Dibom Israel
Instagram @b.netanyahu
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta warga Lebanon pergi dari rumah yang diduga menyimpan senjata Hizbullah karena akan menjadi sasaran serangan udara Israel. 

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berupaya membenarkan serangannya di Lebanon dengan meminta warga Lebanon pergi dari gedung atau rumah yang diduga menyimpan senjata kelompok Hizbullah.

"Warga Lebanon harus menjauhi daerah berbahaya karena pemboman terhadap sasaran Hizbullah di Lebanon selatan dan timur terus berlanjut. Menjauhlah dari daerah berbahaya sekarang," kata Netanyahu dalam sebuah video, Senin (23/9/2024).

Video itu dirilis oleh kantor Netanyahu, tidak lama setelah tentara Israel mengumumkan mereka telah mengebom 800 sasaran Hizbullah di Lebanon kemarin.

“Setelah operasi kami selesai, Anda dapat kembali ke rumah Anda dengan selamat," ujar Netanyahu.

Netanyahu Ulangi Propagandanya

Dalam pernyataan yang ditujukan kepada warga Lebanon kemarin, Netanyahu mengatakan yang mengancam keamanan mereka adalah Hizbullah, bukan Israel.

Netanyahu mengatakan Hizbullah menggunakan warga Lebanon sebagai perisai manusia, mengulang propagandanya terhadap warga Palestina di Jalur Gaza.

"Hizbullah menyimpan rudal di ruang keluarga dan garasi Anda," kata Netanyahu dalam video itu.

Berita Rekomendasi

"Jangan biarkan Hizbullah membahayakan nyawa Anda dan orang yang Anda cintai," lanjutnya, seperti diberitakan Al Ghad TV.

Peringatan Netanyahu mendukung pernyataan tentara Israel yang meminta warga Lebanon mengungsi.

“Peringatan mendesak kepada penduduk desa-desa di Lebanon. Jika Anda berada di dalam atau di samping bangunan yang digunakan oleh Hizbullah untuk menyimpan senjata atau senjata, Anda harus mengevakuasi bangunan tersebut dan segera menjauh darinya," kata juru bicara militer dalam bahasa Arab, Avichai Adraee, melalui akunnya di media sosial X, Senin pagi.

Baca juga: Hussein al-Nader, Komandan Brigade Al-Qassam Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon

“Siapa pun yang berada di dekat anggota Hizbullah atau senjata mereka akan menempatkan diri mereka dalam bahaya," menegaskan Israel akan mengebom titik tersebut, tidak peduli dengan keberadaan warga sipil.

Pada Senin pagi, Israel meluncurkan serangan udara dengan pesawat-pesawat tempurnya di banyak wilayah Lebanon selatan dan timur.

Serangan itu membunuh lebih dari 356 orang dan melukai lebih dari 1.645 orang.

Israel Mulai Serangan Udara Skala Besar di Lebanon

Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengumumkan militer Israel telah memulai serangan udara skala besar di Lebanon.

“Setiap rumah yang kami serang di Lebanon berisi senjata Hizbullah,” kata Daniel Hagari dalam pernyataan yang disiarkan di televisi. 

“Kami akan menyerang senjata strategis Hizbullah di wilayah Lembah Bekaa, dan warga sipil di sana harus pergi," lanjutnya.

Ia mengatakan rumah-rumah di Lembah Bekaa berisi rudal dan drone, yang akan diserang oleh tentara Israel sebelum meluncurkannya ke Israel.

"Pemandangan yang datang dari Lebanon selatan adalah ledakan sekunder senjata Hizbullah, yang meledak di dalam rumah. Ada senjata di setiap rumah yang kami serang. Ada roket, peluru, dan drone yang dirancang untuk membunuh warga sipil Israel," klaimnya, seperti diberitakan Aawsat.

Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.

Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.

Jumlah Korban di Jalur Gaza

Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.455 jiwa dan 95.878 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Senin (23/9/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.

Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.

Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas