Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Australia Desak 15.000 Warganya Tinggalkan Lebanon Seiring Perang di Timur Tengah Makin Melebar

Canberra pertimbangkan risiko penutupan bandara Beirut dan kesulitan mengevakuasi sejumlah besar warga jika situasi di Timur Tengah semakin memburuk.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Endra Kurniawan
zoom-in Australia Desak 15.000 Warganya Tinggalkan Lebanon Seiring Perang di Timur Tengah Makin Melebar
The Guardian/HO
Kota Beirut Lebanon dengan pemandangan pantainya yang memukau. Canberra mempertimbangkan risiko penutupan bandara Beirut dan kesulitan mengevakuasi sejumlah besar warga jika situasi di Timur Tengah semakin memburuk. 

TRIBUNNEWS.COM - Australia mendesak sekitar 15.000 warganya yang tinggal di Lebanon untuk meninggalkan negara itu.

Canberra mempertimbangkan risiko penutupan bandara Beirut dan kesulitan mengevakuasi sejumlah besar warga jika situasi di Timur Tengah semakin memburuk.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan pemerintahnya telah membuat rencana darurat yang dapat mencakup evakuasi melalui air, tetapi menolak memberikan rinciannya.

"Kami mempertimbangkan setiap opsi, tetapi jelas ada masalah keamanan nasional," katanya dalam wawancara dengan Sky News.

Menteri Luar Negeri Penny Wong mengatakan kepada wartawan di New York di sela-sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa ada risiko bandara Beirut akan ditutup untuk waktu yang lama, dan warga Australia harus segera pergi.

Wong mengatakan dia telah bertemu dengan mitranya dari Inggris dan membahas perlunya gencatan senjata di Lebanon.

Sekitar 15.000 warga Australia tinggal di Lebanon, menurut kementerian luar negeri Australia.

BERITA REKOMENDASI

"Mengingat jumlah besar yang kita bicarakan, situasi ini akan sulit diselesaikan," kata Albanese dalam komentar yang disiarkan di ABC Television .

"Kami telah mengadakan pertemuan mengenai hal ini melalui badan-badan terkait selama kurun waktu tertentu, termasuk melibatkan teman-teman dan sekutu kami," tambahnya.

Kepala Staf Umum Angkatan Pertahanan Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi memerintahkan para prajurit untuk mempersiapkan dengan kemungkinan serangan darat untuk melawan Hizbullah di Lebanon, Rabu (25/9/2024).

Seruan itu datang saat angkatan udara melakukan ratusan serangan mematikan di seluruh negeri, lapor Al Arabiya News.

Baca juga: Militer Israel Fokus ke Lebanon, Sisa Pasukan IDF di Gaza dan Netzarim Digerogoti Sergapan Al Qassam

"Kami menyerang sepanjang hari, baik untuk mempersiapkan tanah bagi kemungkinan masuknya Anda, tetapi juga untuk terus menyerang Hizbullah," kata Letnan Jenderal Herzi Halevi kepada sebuah brigade tank, menurut sebuah pernyataan dari militer.

Dikutip dari Turkiye Today, sebagaimana diketahui, Israel memperluas serangan udaranya di Lebanon pada hari Rabu (25/9/2024).

Sedikitnya 72 orang tewas akibat eskalasi Israel ke Lebanon.

Evakuasi Australia dari Lebanon pada tahun 2006

Pada tahun 2006, Australia mengevakuasi lebih dari 5.000 warganya dan 1200 warga asing lainnya dari pelabuhan Lebanon, dengan kerja sama Suriah, Yordania, Siprus dan Turki, selama perang antara Hizbullah dan Israel.

Operasi konsuler tahun 2006 merupakan evakuasi terbesar yang pernah dilakukan Australia, membuka babak baru, yang melibatkan 17 kapal, 22 pesawat Australia, dan lebih dari 470 bus.

The Guardian melaporkan, para pengamat percaya bahwa pemerintah enggan membicarakan tentang rencana evakuasi di masa mendatang.

Alasannya tak lain agar tidak melemahkan pesan mendesaknya bagi warga Australia untuk meninggalkan Lebanon melalui sarana komersial.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas