Rahasia Terowongan dan Komando Hizbullah Jadi Tantangan Israel di Lebanon
Tiga sumber yang dekat dengan Hizbullah mengatakan terowongan dan komando Hizbullah yang fleksibel membantu mereka bertahan dari serangan Israel.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Nanda Lusiana Saputri
“Serangan rudal Hizbullah terjadi karena rantai komando tetap beroperasi meskipun kelompok tersebut mengalami kekacauan singkat setelah ledakan pager dan radionya," kata sumber itu, dikutip dari Reuters.
Ketiga sumber itu mengatakan kemampuan Hizbullah untuk berkomunikasi didukung oleh jaringan telepon tetap khusus yang penting untuk komunikasinya.
Meski Israel mengklaim menghancurkan 50 persen kemampuan Hizbullah, mereka mengakui Hizbullah masih memiliki berbagai jenis kemampuan.
Sejak 8 Oktober 2023, Hizbullah mendukung perlawanan Palestina, Hamas, dan terlibat pertempuran dengan Israel di perbatasan Lebanon selatan dan Israel utara, wilayah Palestina yang diduduki.
Hizbullah bersumpah akan berhenti menyerang Israel jika Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 41.495 jiwa dan 96.006 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (25/9/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Al Mayadeen.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel