Arab Saudi Umumkan Dibentuknya Koalisi Global untuk Dirikan Negara Palestina
Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud pada Kamis (26/9/2024), mengumumkan dibentuknya koalisi global untuk dirikan negara Palestina.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al Saud pada Kamis (26/9/2024), mengumumkan dibentuknya koalisi global untuk mendirikan negara Palestina.
Aliansi Global untuk Implementasi solusi dua negara (Israel-Palestina) diluncurkan selama pidato Pangeran Faisal bin Farhan pada pertemuan yang melibatkan Liga Arab, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan Norwegia.
Pangeran Faisal menambahkan bahwa inisiatif tersebut merupakan upaya bersama Arab dan Eropa.
"Kami akan melakukan segala upaya untuk mencapai rencana yang andal dan tidak dapat diubah untuk perdamaian yang adil dan menyeluruh," katanya, dikutip dari Al Arabiya.
Pria berusia 49 tahun itu menegaskan kembali perlunya bergerak secara kolektif untuk membuat keputusan yang akan menghasilkan hasil nyata menuju gencatan senjata secepatnya.
"Yang terpenting adalah negara Palestina yang merdeka," katanya.
Pangeran Faisal mengatakan pertemuan pertama koalisi global tersebut akan diadakan di Riyadh.
Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell mengatakan, pertemuan lanjutan pertama juga akan diadakan di Riyadh dan Brussels.
Sementara itu, Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS)pada Rabu (25/9/2024) mengatakan, Arab Saudi tidak akan mengakui Israel tanpa negara Palestina.
"Kerajaan tidak akan menghentikan kerja kerasnya untuk mendirikan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, dan kami menegaskan bahwa Kerajaan tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa itu," kata Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman minggu lalu dalam pidatonya di hadapan Dewan Syura.
Bencana Kemanusiaan
Baca juga: Perwira Israel: Kami Takut Muncul Brigade Milisi Baru, Hamas Kuasai 2 Juta Warga Gaza Tanpa Paksaan
Israel telah membombardir Gaza dan menghancurkannya hingga menjadi puing-puing sejak Israel mulai menanggapi serangan Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan hampir 1.200 orang.
Hamas menangkap ratusan sandera, beberapa di antaranya telah terbunuh, dan lainnya masih ditahan di Gaza.
Namun Pangeran Faisal mengatakan perang yang sedang berlangsung telah mengakibatkan bencana kemanusiaan yang menghancurkan akibat kejahatan Israel maupun Israel sendiri di Tepi Barat, Masjid Al-Aqsa, dan tempat-tempat suci Muslim dan Kristen lainnya.
Pangeran Faisal juga menekankan bahwa hak untuk membela diri tidak membenarkan pembunuhan puluhan ribu warga sipil, pemindahan paksa, penggunaan kelaparan sebagai alat perang, hasutan, dehumanisasi dan penyiksaan sistematis termasuk kekerasan seksual dan kejahatan terdokumentasi lainnya oleh militer Israel.
Arab Saudi telah berulang kali mengatakan tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa berdirinya negara Palestina berdasarkan perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Akan tetapi, Israel tidak menunjukkan minat untuk melakukannya.
Mayoritas anggota Knesset memberikan suara menentang solusi dua negara, sementara pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu secara konsisten menolak berkomitmen untuk melakukannya.
Perang Israel-Hamas di Gaza
Berikut ini ringkasan perkembangan terkini perang Israel-Hamas.
1. Serangan udara Israel telah menewaskan 92 orang di Lebanon dan melukai 153 lainnya dalam 24 jam terakhir, dengan lebih dari 700 orang kini tewas sejak Senin.
2. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menolak seruan yang semakin meningkat untuk de-eskalasi di Lebanon, dan berjanji untuk melakukan serangan kekuatan penuh terhadap Hizbullah sampai mereka berhenti menembakkan roket melintasi perbatasan.
3. Gedung Putih bersikeras bahwa seruan internasional yang dipimpin AS untuk gencatan senjata di Lebanon dikoordinasikan dengan Israel, meskipun Israel menolak gencatan senjata dan berjanji untuk terus bertempur.
4. Di Gaza yang dilanda perang, pasukan Israel menyerang sekolah Hafsa al-Faluja di Jabalia utara, menewaskan sedikitnya 15 warga Palestina – di antara 36 orang yang tewas dalam 24 jam terakhir.
5. Israel mengatakan akan menerima paket bantuan militer dari AS senilai total $8,7 miliar – meskipun terus mengabaikan tuntutan global untuk gencatan senjata di Gaza dan Lebanon.
6. Israel menyerang sekolah lain yang diubah menjadi tempat penampungan di Gaza, menewaskan 15 orang
Seperti yang telah dilaporkan Al Jazeera, serangan udara Israel terhadap sebuah sekolah di kamp pengungsi Jabalia di Gaza telah menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai banyak lagi yang lainnya.
Bangunan yang menjadi sasaran serangan itu merupakan rumah bagi banyak warga Palestina yang mengungsi.
Pengeboman itu membuat jumlah orang yang tewas di Gaza dalam 24 jam terakhir menjadi 36.
(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)