Serangan Israel Hantam Sekolah di Gaza yang Tampung Ribuan Pengungsi, Terus Berdalih Targetkan Hamas
Militer Israel telah mengonfirmasi serangan terhadap sekolah di kamp pengungsi Jabalia.
Penulis: Nuryanti
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.COM - Serangan udara Israel menghantam sebuah sekolah yang menampung ribuan warga Palestina yang mengungsi di Gaza utara, Kamis (26/9/2024).
Serangan itu menewaskan sebanyak 11 orang dan melukai 22 orang, termasuk wanita dan anak-anak.
Jumlah ini sebagaimana yang disampaikan Kementerian Kesehatan wilayah tersebut.
Militer Israel telah mengonfirmasi serangan terhadap sekolah di kamp pengungsi Jabalia.
Israel berdalih serangan itu menargetkan militan Hamas yang berada di dalam kamp yang tengah merencanakan serangan terhadap pasukan Israel.
Namun, klaim Israel tersebut tidak dapat dikonfirmasi secara independen.
Dilansir AP News, rekaman dari Sekolah al-Falouja memperlihatkan petugas penyelamat bergegas menyelamatkan korban dari kompleks sekolah di tengah puing-puing dan kerumunan orang.
Kementerian Kesehatan Gaza tidak mengatakan berapa banyak korban yang merupakan wanita dan anak-anak.
Sementara itu, pasukan Israel telah berulang kali menyerang sekolah-sekolah.
Israel mengatakan bahwa pejuang Hamas menggunakannya sebagai "pusat komando" untuk merencanakan serangan.
Militer Israel berdalih mereka menggunakan senjata presisi untuk menghindari jatuhnya korban sipil.
Meski begitu, serangan tersebut telah mengakibatkan banyak korban tewas.
Baca juga: Houthi Tembakkan Rudal, Jutaan Warga Israel Panik Berlarian ke Shelter, Banyak yang Terjatuh
Desakan Presiden Palestina
Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menghentikan pengiriman senjata ke Israel.
Hal ini guna menghentikan pertumpahan darah di Tepi Barat dan Gaza, dan secara khusus mengarahkan perhatiannya kepada Amerika Serikat (AS).
Abbas mengatakan, Washington terus memberikan perlindungan diplomatik dan senjata kepada Israel untuk perangnya di Gaza.
Padahal, jumlah korban tewas di sana terus meningkat, yang sekarang mencapai 41.534 orang menurut Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza.
“Hentikan kejahatan ini. Hentikan sekarang. Hentikan pembunuhan anak-anak dan wanita."
"Hentikan genosida. Hentikan pengiriman senjata ke Israel."
"Kegilaan ini tidak boleh berlanjut. Seluruh dunia bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada rakyat kami di Gaza dan Tepi Barat,” kata Abbas kepada Majelis Umum PBB, dikutip dari Arab News.
“Mereka memberi Israel senjata mematikan yang digunakan untuk membunuh ribuan warga sipil, anak-anak, dan wanita yang tidak bersalah."
“Hal ini semakin mendorong Israel untuk melakukan agresi terus-menerus,” jelasnya.
Ia juga mengatakan bahwa Israel “tidak pantas” berada di PBB.
Sebagai informasi, puluhan ribu warga Palestina tinggal berdesakan di sekolah-sekolah di seluruh Gaza setelah melarikan diri dari rumah mereka akibat pemboman dan serangan Israel.
Baca juga: Israel dan Hizbullah Didorong Akhiri Serangan, Apa Kendala yang Halangi Gencatan Senjata di Lebanon?
Lebih dari 1,9 juta dari 2,4 juta penduduk Gaza telah mengungsi dalam konflik yang berlangsung hampir setahun ini, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Israel melancarkan operasinya di Gaza, bersumpah untuk menghancurkan Hamas setelah serangannya pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang lainnya.
Israel menyalahkan Hamas atas kematian warga sipil di Gaza, karena para pejuang kelompok itu beroperasi di daerah permukiman dan menggunakan infrastruktur sipil.
Update Perang Israel-Hamas
Diberitakan Al Jazeera, Israel menolak seruan global untuk gencatan senjata dengan Hizbullah dan melanjutkan kampanye pengeboman yang telah menewaskan lebih dari 700 orang di Lebanon sejak Senin.
Gedung Putih mengatakan seruan internasional yang dipimpin AS untuk gencatan senjata di Lebanon “dikoordinasikan” dengan Israel, meskipun Israel menolak usulan tersebut.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan Washington akan terus mendukung Israel saat Tel Aviv mengamankan paket bantuan militer AS senilai $8,7 miliar, dan mengabaikan "garis merah" dalam serangan Israel terhadap Gaza dan Lebanon.
Baca juga: Ada Sistem Laser Canggih, AS Gelontor Rp 131 T Bantuan Militer ke Israel Jelang Invasi Lebanon
Israel mengatakan akan menerima paket bantuan militer dari AS senilai total $8,7 miliar – meskipun terus mengabaikan tuntutan global untuk gencatan senjata di Gaza dan Lebanon.
Pihak berwenang Gaza mengecam “cara tidak manusiawi dan tidak bermoral” Israel dalam memperlakukan warga Palestina yang meninggal setelah 88 jenazah yang tidak dapat diidentifikasi dikembalikan oleh pihak berwenang Israel.
Serangan udara Israel telah menewaskan 92 orang di Lebanon dan melukai 153 lainnya dalam 24 jam terakhir, dengan lebih dari 700 orang kini tewas sejak Senin.
Di Gaza yang dilanda perang, pasukan Israel menyerang sekolah Hafsa al-Faluja di Jabalia utara, menewaskan sedikitnya 15 warga Palestina – di antara 36 orang yang tewas dalam 24 jam terakhir.
Setidaknya 41.534 orang tewas dan 96.092 orang terluka dalam perang Israel di Gaza.
Di Israel, jumlah korban tewas dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober sedikitnya 1.139 orang, sementara lebih dari 200 orang ditawan.
(Tribunnews.com/Nuryanti)