BREAKING NEWS, Hizbullah Umumkan Hassan Nasrallah Tewas karena Serangan Israel
Hizbullah mengonfirmasi bahwa pemimpin tertingginya, Hassan Nasrallah, tewas karena serangan Israel
Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Nuryanti
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sedang berada di Amerika Serikat (AS) ketika militernya menggempur Lebanon.
Calon pengganti Nasrallah
Philip Smyth, pakar tentang kelompok bersenjata Syiah, mengatakan pengganti Nasrallah haruslah sosok yang bisa diterima Hizbullah dan Iran yang menjadi sekutunya.
Sosok yang berpeluang kuat menggantikan Nasrallah adalah Hashem Safieddine.
Narasumber yang dekat dengan Hizbullah menyebut Safieddine masih hidup setelah serangan Israel pada hari Jumat.
Safieddine adalah keponakan Hizbullah. Dia mengawasi urusan politik Hizbullah dan menjadi anggota Dewan Jihad kelompok itu.
Seperti Nasrallah, Safieddine turut mengenakan ikat kepala hitam yang menunjukkan bahwa di keturunan Nabi Muhammad.
Baca juga: Calon Pengganti Hassan Nasrallah di Hizbullah, Dari Sepupu hingga Menantu Komandan Quds IRGC Iran
Kementerian Luar Negeri AS pada tahun 2017 menganggap Safieddine sebagai teroris.
Dia pernah mengancam akan melakukan eskalasi besar melawan Israel setelah ada panglima Hizbullah yang tewas.
“Biarkan (musuh) bersiap menangis dan meratap,” kata dia saat pemakaman panglima itu.
Smyth menyebut Nasrallah mulai menyiapkan jabatan untuk Safieddine di dalam berbagai dewan Hizbullah.
Dia menyebut hubungan kekeluargaan dengan Nasrallah dan statusnya sebagai keturunan Nabi Muhammad akan menguntungkan Safieddine.
Israel deklarasikan perang
Profesor Fawaz Gerges, pakar Kajian Timur Tengah di London School of Economics, menyebut serangan Israel ke Lebanon adalah “titik puncak” dalam konflik yang melibatkan Israel dan anggota Poros Perlawanan.
“Apa yang kita lihat sekarang adalah perang habis-habisan. Kita sudah memperingatkan selama 12 bulan terakhir,” kata Gerges dikutip dari Sky News.
“Benjamin Netanyahu telah mendeklarasikan perang habis-habisan melawan seluruh Poros Perlawanan, termasuk Iran.”