IDF Lengah, Korban Penembakan di Tel Aviv Bertambah Jadi 7 Orang, Warga Negara Yunani Ikut Tewas
Kedua pria bersenjata itu menembaki penumpang sebelum keluar dari kereta dan melanjutkan serangan mereka dengan berjalan kaki.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Warga Negara Yunani Ikut Tewas, Korban Penembakan di Tel Aviv Jadi 7 Orang
TRIBUNNEWS.COM - Kementerian luar negeri Yunani pada hari Rabu mengatakan bahwa salah satu warga negaranya, seorang warga Yerusalem, termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan di Tel Aviv pada hari sebelumnya.
Jumlah korban terbaru dari serangan hari Selasa di sebuah stasiun kereta ringan di kota itu mencapai tujuh orang tewas, menurut polisi Israel, setelah seorang pria yang terluka dalam serangan penembakan dan penusukan meninggal.
Baca juga: Israel Ternyata Rentan Dijebol, Ini Daftar Serangan Besar yang Menghantam Tel Aviv Sejak 7 Oktober
“Kami mengumumkan dengan kesedihan yang mendalam bahwa di antara para korban serangan itu terdapat seorang warga negara Yunani, yang tinggal di Yerusalem,” kata pernyataan singkat kementerian luar negeri Yunani menyampaikan belasungkawa.
Pihak berwenang Israel belum mengungkapkan identitas mereka yang tewas, tetapi media berita lokal mengidentifikasi tiga dari mereka sebagai warga negara Israel: Shahar Goldman, 30 tahun, Inbar Segev Vigder, 33 tahun, dan Revital Bornstein, 24 tahun.
Yang keempat dilaporkan adalah warga negara Georgia.
Sebanyak 16 orang lainnya terluka dalam serangan itu, yang terjadi di dekat stasiun kereta ringan Tel Aviv di distrik Jaffa.
Polisi pada hari Rabu menerbitkan nama kedua penyerang dan mengatakan mereka adalah penduduk kota Palestina Hebron di Tepi Barat yang diduduki Israel.
Kedua pria bersenjata itu menembaki penumpang sebelum keluar dari kereta dan melanjutkan serangan mereka dengan berjalan kaki.
Polisi menembaki mereka, menewaskan satu orang dan melukai serius yang lain.
Serangan itu terjadi sekitar pukul 7:00 malam (1600 GMT), sesaat sebelum Iran menembakkan rentetan rudal ke Israel, yang menyebabkan ratusan ribu warga Israel mengungsi.
Lengah Saat Fokus Hadapi Hizbullah dan Iran
Meningkatnya kekerasan dan perlawanan dari faksi milisi Palestina di Tepi Barat ini seiring berlanjutnya operasi militer pasukan Israel (IDF) di Tepi Barat.
Belakangan, pengawasan Israel terhadap ancaman serangan mengendur karena fokus menghadapi eskalasi dari kelompok Lebanon, Hizbullah dan pembalasan Iran.
Terkait operasi militer besar-besaran yang dilakukan tentara Israel di Tepi Barat, pakar militer dan ahli strategi asal Yordania, Mayor Jenderal Fayez Al-Duwairi mengatakan kalau hal itu merupakan terjemahan dari visi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang ditulis dalam bukunya “A Place Under the Sun.”
Dalam bukunya ini, menurut Netanyahu, “negara Yahudi murni” harus berada di wilayah Palestina mulai dari Sungai Yordan hingga Laut Mediterania.
Baca juga: From The River to The Red Sea, Bara Hamas ke Israel Bakar Hegemoni AS di Kawasan
Dalam buku itu, Netanyahu menyebut kalau minoritas Palestina yang tersisa di wilayah ini harus menerima hidup di bawah kedaulatan Israel atau pindah ke tempat lain, seperti diulas Khaberni, Jumat (30/8/2024).
Al-Duwairi menilai operasi tersebut juga merupakan terjemahan literal dari apa yang diusulkan Komandan Distrik Militer Pusat tentara Israel, Avi Plaut, beberapa pekan lalu.
Saat itu, Plaut menyerukan manuver operasional di wilayah utara Tepi Barat, serupa dengan yang terjadi di Jalur Gaza.
Baca juga: Tepi Barat Jadi Gaza Part 2, IDF Ultimatum Warga Tulkarm untuk Pergi dalam 4 Jam, Mau Serbu RS Jenin
Namun pakar militer tersebut menunjukkan perbedaan kondisi di antara kedua wilayah tersebut, karena Gaza tidak mengalami kehadiran pendudukan Israel selama lebih dari dua dekade.
"Dan hal ini memungkinkan wilayah tersebut (Gaza) membangun basis perlawanan yang kuat," katanya.
Baca juga: Operasi Lembah Yordan Tewaskan Tentara Israel, Qassam: IDF akan Diburu Hingga ke Gang di Tepi Barat
Misi Israel di Tepi Barat
Dia menjelaskan kalau tentara pendudukan Israel memfokuskan operasinya di Tepi Barat pada 3 kamp Palestina, Jenin, Tulkarm, dan Tubas.
"Karena mereka (tiga kamp ini) adalah pusat kehadiran pejuang perlawanan Palestina," kata pakar tersebut menganalisis strategi Israel.
Tujuan IDF dalam operasi militer besar-besaran ini adalah penghancuran infrastruktur perlawanan, katanya.
"Selain itu ada aspek yang tidak diumumkan, yang merupakan implementasi rencana rahasia Menteri Keuangan sayap kanan Israel, Bezalel Smotrich, untuk memperkuat kendali Israel atas wilayah Tepi Barat yang diduduki dan membatalkan segala upaya menjadi bagian dari negara Palestina," katanya.
Dari Jenin hingga Hebron Mendukung Milisi Perlawanan
Mengenai sejauh mana dukungan penduduk Palestina Tepi Barat terhadap milisi perlawanan, Al-Duwairi mengakui sulitnya melakukan survei untuk mengkonfirmasi hal ini, namun ia yakin bahwa lebih dari 80 persen penduduk Tepi Barat, mulai dari Jenin dan Tulkarm di utara hingga Hebron di selatan merupakan inkubator sosial yang kuat bagi perlawanan.
Al-Duwairi menunjukkan kalau faksi milisi perlawanan di Tepi Barat punya tantangan sangat berat.
"Pasukan pendudukan Israel adalah hambatan pertama bagi kerja perlawanan, diikuti oleh kendali Otoritas Palestina, yang memiliki lebih dari 75.000 polisi dan personel keamanan di seluruh Tepi Barat," katanya.
Baca juga: Hamas Tuduh Otoritas Palestina dan Fatah Bekerja Sama dengan Israel, Perang Saudara di Tepi Barat?
Mengenai perkembangan kemajuan operasi militer IDF di Jalur Gaza, Al-Duwairi mengatakan bahwa pendudukan mengumumkan masuknya operasi tahap ketiga di semua wilayah kecuali Rafah, yang masih dalam tahap pertama.
Tahap pertama berarti pengerahan pasukan infanteri dalam skala besar, sementara tahap ketiga lebih pada operasi yang melibatkan sasaran tertentu dengan melibatkan intelijen dan lazimnya penggunaan serangan udara.
"Dia menjelaskan kalau pendudukan melakukan penyerbuan “dalam waktu dan tempat” di wilayah Khan Yunis, Deir al-Balah, pinggiran kamp, dan Kota Gaza," tulis laporan Khaberni mengutip penjelasan AL-Duwairi.
Narasi Israel Raya, Penulis Zionis: Perbatasan Israel akan Meluas hingga Mekkah, Madinah, dan Gunung Sinai
Penjelasan Al-Duwairi di atas secara langsung mengingatkan pada narasi pembentukan Israel Raya yang sering digaungkan entitas Zionis Israel.
Beberapa waktu lalu, sebuah klip video yang beredar di media sosial dilaporkan menunjukkan pernyataan penulis Israel, Avi Lipkin yang memperkirakan kalau perbatasan Israel akan terbentang dari Lebanon hingga Arab Saudi.
Penulis zionis itu menggambarkannya sebagai “Gurun Besar” yang membentang dari Mediterania hingga Efrat.
Video Klip yang menggambarkan wilayah yang dicita-citakan Zionis bertajuk “Israel Raya” itu telah memicu kemarahan publik secara luas.
Baca juga: Wacana Israel Raya Menggema, Anak Netanyahu: Yordania adalah Palestina, Palestina Adalah Yordania
“Dan siapa yang ada di seberang Sungai Eufrat?” tanya Lipkin dalam video tersebut.
“Kurdi. Dan Kurdi adalah teman. Jadi, kita punya Mediterania di belakang kita dan Kurdi di depan kita… Lebanon, yang benar-benar membutuhkan payung perlindungan Israel, dan kemudian kita akan mengambil alih, saya yakin kita akan mengambil Mekkah, Madinah, dan Gunung Sinai, dan sucikan tempat-tempat itu,” kata Avi Lipkin.
Video klip itu langsung menjadi perbincangan dan memancing kemarahan publik luas.
Salah satu komentar di X (dulu twitter), menyebut kalau 'Israel Raya' memang telah menjadi tujuan politik Zionisme sejak awal.
“Setelah Gaza dan Hizbullah, tidak akan sulit bagi Israel. Arab Saudi, Mesir, Suriah, Lebanon, dan Yordania tidak akan menimbulkan kesulitan karena Israel dapat dengan mudah menggulingkan rezim di negara-negara tersebut, dan menguasai tanah mereka akan mudah setelah menyebarkan budaya normalisasi dan penerimaan terhadap Israel. Tidak ada yang akan melawan Israel seperti Gaza dan Hizbullah yang menolaknya,” tulis komentar lain di X seperti dilansir Memo dikutip Kamis (11/1/2024).
Istilah “Israel Raya” mengacu pada perluasan wilayah dan kedaulatan Israel untuk mencakup apa yang oleh banyak orang Israel digambarkan sebagai tanah bersejarah mereka dalam kitab suci mereka.
Bagi mereka, ini termasuk wilayah Palestina yang diduduki dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki, serta wilayah yang digambarkan oleh Lipkin.
Rencana Zionis untuk Timur Tengah, kata jurnalis Israel Oded Yinon, didasarkan pada visi pendiri Zionisme yang atheis, Theodor Herzl, yaitu Israel akan mencaplok sebagian besar wilayah Lebanon, Suriah, Yordania, Irak, Mesir, dan Arab Saudi.
"Israel akan membentuk sejumlah negara proksi untuk memastikan dominasinya di kawasan," tulis ulasan tersebut.
(oln/alarbiya/Memo/*)