Masifnya Perkembangan Militer China Dinilai Jadi Potensi Ancaman Indonesia dan ASEAN
China kini terus memperkuat postur militernya menjadi sebuah kekuatan militer kelas dunia dalam waktu relatif singkat.
Penulis: Choirul Arifin
Editor: Malvyandie Haryadi
Victor menjelaskan, ide mencanangkan modernisasi militer telah ada sejak zaman modernisasi Deng Xiaoping pada tahun 1978,” tuturnya.
Namun perbedaan yang tajam terjadi sejak Xi Jinping mencapai kedudukan tertinggi dan menjadi penguasa partai, militer, dan negara pada tahun 2012.
“Bila pada awalnya China tidak berniat membangun pangkalan militer di luar negeri, sejak diluncurkannya buku putih kedua pada tahun 2013, China mencanangkan agar kekuatan militernya setara dengan posisi internasional China,” tuturnya.
Menurut Victor, inilah yang melatarbelakangi dibangunnya pangkalan militer China di Djibouti, Afrika.
Dalam makalahnya, Victor juga memperlihatkan bagaimana China menjadikan sebagian wilayah LCS sebagai rantai kepulauan pertama pertahanan China, sedangkan wilayah Samudra Pasifik, dari mulai bagian utara Papua Barat, Palau, Guam, hingga ke Jepang sebagai rantai kepulauan kedua pertahanan negara itu.
Victor menduga China yang kini memiliki tiga kapal induk dan fasilitas militer di berbagai pulau yang tersebar di LCS tak akan berkesulitan untuk menguasai wilayah yang menjadi rantai kepulauan pertama pertahanannya itu.
Menurut pria yang pernah bertugas di Kementerian Koordinator Bidang Politik Hukum danKeamaan (Kemenkopolhukam) dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) itu, kehadiran kapal induk China ketiga.
Yaitu kapal induk bernama Fujian yang baru saja melalui uji coba beberapa bulan yang lalu, menghadirkan salah satu tantangan bagi Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara lain dalam kaitan dengan modernisasi militer China.
Tantangan lainnya, menurutnya, antara lain adalah Kongres Nasional PKC ke 21, yang nampaknya hanya akan mengukuhkan Xi menjadi pemimpin China pada periode berikutnya.
“Ini artinya tak akan ada perubahan yang signifikan dalam hal kebijakan yang berlaku di China,” kata Victor.
Victor juga menyoroti belanja pertahanan Republik Indonesia tahun 2025 sebagai salah satu tantangan lain yang dihadapi Indonesia.
China Belum Akan Berani Serang Taiwan karena Alasan Ini
Pembicara lainnya, Aisha Rasyidila Kusumasomantri, Direktur Riset Indo-Pacific Strategic Intelligence (ISI) dalam makalahnya berjudul "Pengembangan Industri Pertahanan China dan Implikasinya pada Asia Tenggara" membeberkan, China sangat pesat di teknologi pertahanan, laut dan udara.
"Anggaran militer China yang mencapai 7 sampai 9 persen dari GDP," sebutnya.