Konflik Palestina vs Israel Tak Bermula dari 7 Oktober 2023, Deklarasi Balfour Jadi Biangnya
Sejarah panjang konflik Palestina vs Israel, tak bermula dari Operasi Banjir Al-Aqsa 7 Oktober 2023, melainkan sejak Deklarasi Balfour.
Penulis: Pravitri Retno Widyastuti
Editor: Garudea Prabawati
TRIBUNNEWS.com - Konflik antara Palestina vs Israel bukan bermula dari Operasi Banjir Al-Aqsa yang dilancarkan gerakan perlawanan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Konflik dua negara itu berakar pada tindakan kolonial oleh yang dilakukan lebih dari satu abad lalu.
Dikutip dari Al Jazeera, penyebab utama terjadinya konflik Palestina vs Israel bermual saat Menteri Luar Negeri Inggris pada 1917, Arthur Balfour, menulis surat kepada seorang tokoh masyarakat Yahudi Inggris, Lionel Walter Rothschild.
Surat yang hanya berisi 67 kata itu, yang kemudian dikenal sebagai Deklarasi Balfour, memiliki dampak besar terhadap keberlangsungan negara Palestina, bahkan sampai saat ini.
Surat tersebut mengikat pemerintah Inggris untuk "mendirikan tanah air nasional bagi orang-orang Yahudi di Palestina" dan memfasilitasi "pencapaian tujuan ini".
Setelahnya, terjadi migrasi besar-besaran kaum Yahudi ke Palestina. Hal ini dipercepat oleh orang-orang Yahudi yang melarikan diri dari Nazisme di Eropa.
Selama kurun waktu 1918-1947, populasi Yahudi di Palestina meningkat dari enam persen menjadi 33 persen.
Sebagai informasi, antara 1920-1946, jumlah kaum Yahudi yang tiba di Palestina, kebanyakan berasal dari Eropa, berjumlah 376.415 jiwa.
Pemberontakan Arab
Warga Palestina merasa khawatir dengan perubahan demografi hingga menyebabkan ketegangan meningkat.
Hal itu kemudian menyebabkan pemberontakan pada 1936-1939.
Pada April 1936, Komite Nasional Arab yang baru dibentuk, menyerukan kepada warga Palestina untuk mengadakan mogok massal, menahan pembayaran pajak, dan memboikot produk-produk Yahudi.
Baca juga: 3 Tujuan Israel di Gaza Selama Satu Tahun Serangan Belum Tercapai, Hamas Masih Kokoh Tak Terkalahkan
Aksi itu dilakukan untuk memprotes kolonialisme Inggris dan meningkatnya imigrasi Yahudi.
Mogok massal selama enam bulan itu ditindak secara brutal oleh Inggris. Inggris melancarkan kampanye penangkapan massal dan melakukan pembongkaran rumah sebagai hukuman.
Praktik pembongkaran rumah itu diketahui terus dilakukan oleh Israel terhadap warga Palestina hingga saat ini.