Analisis: Israel Gunakan Doktrin Dahiya dalam Perang di Lebanon, Apa Itu?
Mengulang strategi perang musim panas 2006, Israel telah menghancurkan wilayah yang luas di pinggiran selatan Beirut dan wilayah lain di Lebanon
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Sebagian besar wilayah pinggiran selatan Beirut telah hancur menjadi puing-puing akibat bombardir Israel yang dilakukan setiap harinya.
Kehancuran juga terlihat di banyak kota dan desa di Lebanon selatan dan wilayah Bekaa.
Sejak mengintensifkan serangan udaranya di Lebanon bulan lalu, Israel berulang kali menggempur pusat-pusat kota, dengan alasan menargetkan lokasi-lokasi Hizbullah.
Namun, ada alasan yang menjelaskan tingkat kehancuran ini lebih dari sekadar klaim Israel bahwa mereka menargetkan senjata Hizbullah yang disimpan di antara warga sipil.
Alasan ini terkait dengan "Doktrin Dahiya", menurut The New Arab.
Apa Itu Doktrin Dahiya?
Doktrin Dahiya adalah sebuah strategi militer Israel yang melibatkan penggunaan kekuatan yang tidak seimbang terhadap pihak lawan, terutama dalam konteks perang melawan kelompok non-negara seperti Hizbullah.
Istilah ini berasal dari nama sebuah distrik di selatan Beirut, Dahiya atau Dahiyeh, yang menjadi basis utama Hizbullah.
Menurut doktrin ini, jika ada serangan dari kelompok musuh (seperti Hizbullah), Israel akan merespons dengan serangan militer besar-besaran yang tidak hanya menargetkan kelompok bersenjata, tetapi juga infrastruktur vital dan wilayah penduduk, dengan tujuan menimbulkan kerusakan besar.
Tujuan dari doktrin ini adalah untuk menghancurkan kemampuan musuh dan memberikan efek pencegahan melalui kekuatan yang sangat dominan.
Kapan Doktrin Dahiya Ditemukan?
Doktrin ini pertama kali diperkenalkan oleh mantan kepala militer Israel Gadi Eizenkot saat perang musim panas 2006 antara Israel dan Hizbullah.
Selama perang 33 hari itu, Israel menghancurkan sebagian wilayah pinggiran selatan Beirut, benteng utama Hizbullah.
Baca juga: Serang Beirut, Israel Klaim Tewaskan Komandan Senior Hizbullah Suhail Hussein Husseini
Perang itu menewaskan sekitar 1.200 orang di Lebanon, sebagian besar warga sipil.
Eizenkot mengancam akan menggunakan strategi ini dalam konflik apa pun dengan Lebanon di masa mendatang.
Ia mengatakan apa yang terjadi pada Dahiya di Beirut akan terjadi di setiap desa tempat peluncuran tembakan ke arah Israel.