Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tolak Permintaan Israel, UNIFIL Tegaskan Tak Ingin Mundur: Keputusan Bulat untuk Tetap Bertahan 

Juru bicara Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) Andrea Tenenti menegaskan pasukannya tak akan meninggalkan Lebanon Selatan meski ditekan Israel.

Penulis: Farrah Putri Affifah
Editor: Wahyu Gilang Putranto
zoom-in Tolak Permintaan Israel, UNIFIL Tegaskan Tak Ingin Mundur: Keputusan Bulat untuk Tetap Bertahan 
Mahmoud Zayyat/AFP
Pasukan penjaga perdamaian UNIFIL berpatroli di dekat desa Mais el Jabal, di sepanjang perbatasan selatan Lebanon dengan Israel, 26 Agustus 2020. 

TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) Andrea Tenenti mengatakan bahwa Israel telah meminta pasukannya untuk meninggalkan Lebanon Selatan segera.

"Mereka meminta kami untuk mundur dari posisi di sepanjang Garis Biru atau hingga lima kilometer (tiga mil) dari Garis Biru," kata juru bicara UNIFIL Andrea Tenenti kepada AFP, dikutip dari Al-Arabiya.

Namun dengan tegas Teneti mengatakan pasukannya tidak akan meninggalkan markas mereka dalam kondisi apapun.

“Namun ada keputusan bulat untuk tetap bertahan," tegasnya.

Teneti juga mengatakan bahwa bentrokan Hizbullah dan Israel juga sangat berdampak pada markasnya.

Pasalnya, markas UNIFIL mengalami banyak kerusakan akibat bentrok tersebut.

Ini juga mengganggu pasukan UNIFIL dalam melaksanakan tugasnya.

BERITA REKOMENDASI

"Bekerja sangat sulit karena ada banyak kerusakan, bahkan di dalam pangkalan," kata Tenenti.

Terbaru, serangan Israel merusak beberapa kontainer milik UNIFIL.

"Baru tadi malam, di posisi pasukan penjaga perdamaian Ghana, tepat di luar, ledakan itu begitu kuat sehingga menghancurkan beberapa kontainer di dalamnya dengan sangat parah," katanya.

Meski begitu, Teneti juga khawatir apabila bentrokan kedua pihak ini akan meningkatkan ketegangan regional.

Baca juga: Bahas Operasi Israel di Lebanon, Menhan AS Tekankan Pentingnya Keselamatan Pasukan UNIFIL

"Ini berisiko segera berubah menjadi konflik regional dengan dampak bencana bagi semua orang," jelasnya.

Korban Luka Semakin Bertambah

Serangan Israel pada hari Sabtu yang menargetkan sekitar markas UNIFIL telah membuat penjaga perdamaian kelima terluka.

“Tadi malam, seorang pasukan penjaga perdamaian di markas besar UNIFIL” di Naqura “terkena tembakan akibat aktivitas militer yang sedang berlangsung di dekatnya... Kami belum mengetahui asal tembakan,” kata sebuah pernyataan.

“Kami belum mengetahui asal api,” katanya, dikutip dari Anadolu Anjansi.

Atas kejadian ini, UNIFIL meminta kepada semua pihak untuk memastikan keselamatan dan keamanan personel PBB.

“Kami mengingatkan semua pihak tentang kewajiban mereka untuk memastikan keselamatan dan keamanan personel dan tempat PBB, termasuk menghindari aktivitas tempur di dekat posisi UNIFIL,” tambah pernyataan itu.

Dalam beberapa hari terakhir, Israel terus melancarkan serangan ke maskar besar UNIFIL di Lebanon Selatan.

Pada hari Jumat, serangan Israel ini membuat pasukan perdamaian Sri Lanka yang bertugas di markas UNIFIL terluka.

Menurut Kantor Berita Nasional resmi Lebanon, tentara Israel menggunakan tank Merkava untuk menembaki salah satu menara observasi UNIFIL.

Menara ini terletak di jalan utama yang menghubungkan Tyre dengan Naqoura, di depan pos pemeriksaan Angkatan Darat Lebanon.

Tak hanya itu, Israel juga melancarkan tembakan artileri yang menargetkan pintu masuk utama pusat komando UNIFIL di Naqoura.

Ini mengakibatkan pintu masuk utama tersebut mengalami kerusakan berat.

Sebelumnya, Israel telah melancarkan serangan dengan menembaki tiga posisi posisi PBB di Lebanon Selatan selama 24 jam terakhir pada hari Kamis (10/10/2024).

Markas besar UNIFIL menjadi salah satu target Israel.

Tank Israel menembaki menara pengawas di markas UNIFIL.

“Markas besar UNIFIL di Naqoura dan posisi-posisi di dekatnya telah berulang kali diserang ,” kata misi PBB dalam sebuah pernyataan. 

Tembakan ini menyebabkan 2 penjaga perdamaian Indonesia terluka.

Hal tersebut dikonfirmasi oleh menteri luar negeri Indonesia, Retno Marsudi.

"Dalam serangan di menara Nakura, dua personel terluka dan mereka berasal dari Indonesia," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al-Arabiya.

Retno dengan tegas mengutuk keras serangan tersebut.

“Indonesia mengutuk keras serangan tersebut,” katanya. 

Ia juga mengatakan Israel telah melanggar hukum Internasional.

“Menyerang personel dan properti PBB merupakan pelanggaran berat terhadap Hukum Humaniter Internasional," tambahnya.

Tidak hanya menargetkan markas besar UNIFIL, tentara Israel juga menembaki dua posisi lain di dekatnya.

Serangan ini mengenai pintu masuk bunker tempat pasukan penjaga perdamaian berlindung di Ras Naqoura, di sepanjang pantai, dan merusak peralatan di stasiun relai yang lebih dekat ke perbatasan, dikutip dari The Washington Post.

Sebagai informasi, pasukan penjaga perdamaian PBB telah dikerahkan untuk berpatroli di perbatasan Lebanon dengan Israel sejak tahun 1978.

Mandat untuk operasi tersebut dikenal dengan sebutan Pasukan Sementara PBB di Lebanon atau UNIFIL, dikutip dari Asharq Al-Aawsat.

Mandat misi tersebut harus disesuaikan karena invasi Israel ke Lebanon pada tahun 1982 dan setelah penarikan Israel dari Lebanon pada tahun 2000.

Setelah perang tahun 2006, mandat tersebut diperluas dengan Resolusi 1701.

(Tribunnews.com/Farrah Putri)

Artikel Lain Terkait UNIFILLebanon dan Israel

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas