Kini Hadapi Sistem Anti-Rudal THAAD dari AS, Bagaimana Cara Iran Tembus Pertahanan Udara Israel?
Iran kini menghadapi sistem pertahanan udara THAAD yang dipasok AS di Israel. Bagaimana cara Iran tembus pertahanan Israel sebelumnya?
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Garudea Prabawati
Jenderal Kenneth McKenzie dari Komando Pusat AS (CENTCOM) memperkirakan Iran memiliki lebih dari 3.000 rudal balistik, selain stok rudal jelajah, seperti diberitakan Asharq.
Sebelum Luncurkan Serangan ke Iran, AS Siap Bekingi Israel dengan THAAD
Untuk membalas operasi Janji Sejati 2 yang diluncurkan Iran, Israel sedang bersiap melancarkan serangan baru ke Iran.
Sekutu utama Israel, Amerika Serikat (AS), berupaya melindungi Israel dengan mengerahkan sistem pertahanan udara THAAD dan berjaga-jaga jika Iran menanggapi respon Israel.
Ini bukan pertama kalinya Amerika mengerahkan sistem THAAD di Timur Tengah, karena sistem tersebut sebelumnya dikerahkan di Israel pada tahun 2019 sebagai bagian dari latihan bersama di Israel.
Namun, konteks penerapan THAAD kali ini sangat berbeda yaitu untuk mengantisipasi serangan balasan Iran yang mungkin lebih kuat terhadap Israel, seperti diberitakan Al Jazeera.
Sekretaris Pers Pentagon, Mayjen Pat Ryder, membenarkan bahwa THAAD dikerahkan ke Israel untuk mengantisipasi peluncuran rudal balistik Iran terhadap Israel.
"Mereka (tentara AS yang dikirim ke Israel) akan mengoperasikan baterai THAAD di sana untuk mempertahankan diri dari serangan rudal balistik dari Iran," katanya dalam pernyataan yang dirilis Pentagon, Selasa (15/10/2024).
Sebagai informasi, Israel bersama AS dan sekutunya menuduh Iran mendanai kelompok perlawanan seperti Hizbullah, Hamas, Kataib Hizbullah, Jihad Islam Palestina (PIJ), dan kelompok lain di Suriah, Irak, dan Lebanon untuk melawan Israel dan sekutunya di kawasan itu.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa, masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 42.344 jiwa dan 99.013 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (15/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel