Tentara AS Tiba di Israel, Siap Bantu IDF Gunakan Sistem Anti-Rudal THAAD Lawan Iran
Tentara AS yang akan membantu IDF mengoperasikan sistem anti-rudal THAAD telah tiba di Israel. Mereka mengantisipasi serangan balasan Iran.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
TRIBUNNEWS.COM - Tim tentara Amerika Serikat (AS) yang mendukung sistem pertahanan rudal Terminal High-Altitude Area Defense (THAAD) telah tiba di Israel.
AS sebelumnya mengirim sistem penangkal rudal THAAD untuk melindungi sekutunya, Israel, dari ancaman serangan balasan Iran.
Baterai sistem THAAD dipercaya dapat memperkuat pertahanan udara Israel dan Presiden AS, Joe Biden menyebutnya "Untuk membela Israel".
"Kemarin, 14 Oktober, tim pendahulu personel militer AS dan komponen awal yang diperlukan untuk mengoperasikan baterai Terminal High-Altitude Area Defense (THAAD) tiba di Israel," kata Sekretaris Pers Pentagon, Mayjen Pat Ryder, di laman resmi Pentagon, Selasa (15/10/2024).
"Mereka akan mengoperasikan baterai THAAD di sana untuk mempertahankan diri dari serangan rudal balistik dari Iran," lanjutnya.
AS akan menambah jumlah tentara dan komponen baterai THAAD ke Israel selama beberapa hari mendatang.
"Baterai THAAD akan beroperasi penuh dalam waktu dekat, tapi demi alasan keamanan operasi, kami tidak akan membahas jadwalnya," tambahnya.
Sebelumnya, Iran telah memperingatkan bahwa pasukan AS di Israel akan berada dalam bahaya jika Iran melancarkan serangan balasan lain terhadap Israel.
Pemerintah Joe Biden yakin pengiriman baterai THAAD ke Israel dan sekitar 100 tentara untuk mengoperasikannya telah meredakan sebagian kekhawatiran Israel tentang kemungkinan pembalasan Iran dan masalah keamanan umum.
AS juga meyakini Israel tidak akan menyerang situs nuklir atau minyak Iran untuk merespons serangan balasan Iran pada 1 Oktober lalu, seperti diberitakan Al Arabiya.
Iran meluncurkan 180 rudal dalam serangan balasannya terhadap Israel, yang menargetkan pangkalan Mossad, pangkalan udara Hatzrim dan Nevatim, radar, dan pusat perakitan tank Israel.
Baca juga: Iran Peringatkan Israel: Jangan Bermain Api dan Bercanda dengan Kami
Peluncuran rudal itu adalah respon atas serangan mematikan Israel di Jalur Gaza dan Lebanon, serta pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah dan sejumlah petinggi militer Hamas, Hizbullah dan Garda Revolusi Iran (IRGC).
Serangan balasan itu berhasil menghantam sejumlah target di Israel, namun sebagian besar dicegat oleh Israel dan koalisi pertahanan yang dipimpin oleh sekutunya, AS.
Israel bersama AS dan sekutunya menuduh Iran mendanai kelompok perlawanan seperti Hizbullah, Hamas, Kataib Hizbullah, Jihad Islam Palestina (PIJ), dan kelompok lain di Suriah, Irak, dan Lebanon untuk melawan Israel dan sekutunya di kawasan itu.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa, masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 42.344 jiwa dan 99.013 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Selasa (15/10/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel