Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Tewas, Begini Pendapat Donald Trump Terkait Perdamaian Israel-Hamas

Membunuh Yahya Sinwar adalah kemenangan terbesar Israel sejauh ini dalam perang melawan Hamas di Gaza.

Editor: Erik S
zoom-in Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Tewas, Begini Pendapat Donald Trump Terkait Perdamaian Israel-Hamas
tangkap layar
Foto mendiang pemimpin gerakan Hamas, Yahya Sinwar yang tewas dibunuh Israel pada Rabu (16/10/2024). 

Netanyahu telah berulang kali mengungkapkan tujuannya—menghancurkan Hamas sebagai kekuatan militer dan politik dan membawa pulang para sandera.

Belum satu pun tujuan ini tercapai, meski perang telah berlangsung selama setahun dan telah menewaskan sedikitnya 42.000 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza.

Hingga kini, sandera yang tersisa belum berhasil dibebaskan, sementara Hamas terus melawan dan kerap kali membunuh tentara Israel. Membunuh Sinwar adalah kemenangan yang diinginkan Israel.

Baca juga: Kematian Yahya Sinwar, Warga Gaza Anggap Sebagai Simbol Kepahlawanan

Namun, hingga Netanyahu dapat mengeklaim bahwa tujuannya telah tercapai, perang di Gaza—sesuai yang dia katakan—akan terus berlanjut.

Yahya Sinwar lahir pada 1962 di sebuah kamp pengungsi di Khan Younis, Jalur Gaza. Dia berusia lima tahun ketika kamp tersebut direbut oleh Israel dari Mesir dalam perang Timur Tengah pada 1967.

Keluarganya termasuk di antara 700.000 warga Palestina yang melarikan diri dari rumah mereka oleh pasukan Israel dalam perang pada 1948. Keluarganya berasal dari kota yang kini dikenal sebagai Ashkelon, yang berdekatan dengan perbatasan utara Jalur Gaza.

Ketika berusia sekitar 20 tahun, dia dihukum oleh Israel atas pembunuhan empat informan Palestina. Selama 22 tahun di penjara, dia belajar bahasa Ibrani dan mempelajari seluk-beluk Israel.

Berita Rekomendasi

Waktu yang dia habiskan di penjara membuat Israel memiliki catatan gigi dan sampel DNA, yang berarti mereka dapat mengidentifikasi jasadnya. Sinwar dibebaskan pada 2011, sebagai bagian dari pertukaran 1.000 tahanan Palestina dengan seorang tentara Israel, Gilad Shalit.

Pada 7 Oktober tahun lalu—dalam rangkaian serangan yang direncanakan dengan cermat—Sinwar dan anak buahnya menyerang Israel, menimbulkan kekalahan terparah dalam sejarah Israel dan trauma kolektif yang masih sangat terasa hingga kini.

Pembunuhunan sekitar 1.200 warga Israel dan penyanderaan mengingatkan banyak orang Israel pada holokos yang dilakukan Nazi.

Pengalaman Sinwar dalam pertukaran tahanan pasti telah menyakinkannya mengenai nilai dan kekuatan penyanderaan.

Di Tel Aviv, keluarga dari 101 orang yang hingga kini masih disandera Hamas di Gaza—Israel mengatakan, setengah dari mereka mungkin sudah meninggal—melakukan demonstrasi di alun-alun tempat mereka biasa berkumpul selama setahun terakhir.

Baca juga: Mohammad Sinwar Berpeluang Pimpin Hamas Gantikan Yahya Sinwar yang Dibunuh Israel

Mereka mendesak Pemerintah Israel untuk meluncurkan negosiasi baru demi memulangkan kerabat mereka. "Netanyahu, jangan kubur para sandera.

Pergilah sekarang ke mediator dan ke publik dan sampaikan inisiatif baru Israel," ujar Einav Zangauker, ibu Matan Zangauker yang disandera Hamas.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas