Korut-Korsel Memanas, Wamenlu Kim Hong Minta Kim Jong Un Segera Tarik Pasukannya dari Rusia
Sekitar 1.500 tentara Korea Utara termasuk dari pasukan khusus telah tiba di Rusia, menurut agen mata-mata Seoul.
Editor: willy Widianto
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Korea Selatan telah memanggil duta besar Rusia di Moskow guna mengupayakan penarikan segera pasukan Korea Utara yang disebut-sebut sedang dilatih untuk berperang di Ukraina.
Baca juga: Otoritas Rusia Berhasil Menahan 18 Tentara Korea Utara yang Dilaporkan Meninggalkan Posnya di Kursk
Sekitar 1.500 tentara Korea Utara termasuk dari pasukan khusus telah tiba di Rusia, menurut agen mata-mata Seoul.
Dalam pertemuan dengan duta besar Georgiy Zinoviev, Wakil Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kim Hong Kyun mengecam tindakan tersebut dan memperingatkan bahwa Seoul akan merespons dengan segala tindakan yang tersedia.
Baca juga: NIS: Prajurit Korea Utara Dikirim ke Rusia, Menyamar sebagai Tentara Rusia, Diberi Identitas Palsu
Zinoviev mengatakan dia akan menyampaikan kekhawatirannya, namun menekankan bahwa kerja sama antara Moskow dan Pyongyang dalam kerangka hukum internasional.
Tidak jelas kerja sama apa yang dimaksudnya. Duta Besar tidak membenarkan tuduhan bahwa Korea Utara telah mengirimkan pasukan untuk berperang dengan militer Rusia.
Pada hari Senin(21/10/2024), Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan bahwa kerja sama antara kedua negara tidak ditujukan terhadap negara ketiga.
"Hal itu tidak perlu membuat khawatir siapa pun," ujarnya dikutip dari kantor berita negara Rusia, Tass.
Baca juga: Prajurit Rusia Telah Menembus Barat Kanal, Kejatuhan Chasov Yar Tinggal Menghitung Hari
Pyongyang juga belum mengomentari tuduhan tersebut. Korea Selatan telah lama menuduh Korea Utara memasok senjata ke Rusia untuk digunakan dalam perang melawan Ukraina, namun Korea Selatan mengatakan bahwa situasi saat ini tidak hanya sekedar transfer material militer.
Beberapa laporan media Korea Selatan menyebutkan sebanyak 12.000 tentara Korea Utara diperkirakan akan dikerahkan.
“[Ini] tidak hanya mengancam Korea Selatan tetapi juga komunitas internasional,” kata Kim.
Moskow dan Pyongyang telah meningkatkan kerja sama setelah pemimpin mereka Vladimir Putin dan Kim Jong Un menandatangani pakta keamanan pada bulan Juni, yang berjanji bahwa negara mereka akan saling membantu jika terjadi agresi terhadap salah satu negara.
Pekan lalu, Putin memperkenalkan rancangan undang-undang untuk meratifikasi pakta tersebut.
Baca juga: Intel Kiev: Akan Bertempur di Kursk, 18 Tentara Korea Utara Sudah Desersi
Sementara itu Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte menyebut pengerahan pasukan Pyongyang untuk berperang dengan Rusia akan menandai eskalasi yang signifikan dalam konflik tersebut.
Dalam panggilan telepon dengan Rutte pada hari Senin, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mendesak aliansi tersebut untuk mengeksplorasi tindakan balasan yang konkret seraya menambahkan bahwa ia akan mengambil langkah-langkah untuk memperkuat kerjasama keamanan antara Korea Selatan, Ukraina, dan NATO.
Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy, yang sedang mengunjungi Seoul, menyebut tindakan Rusia ceroboh dan ilegal seraya menambahkan bahwa London akan bekerja sama dengan Seoul untuk menanggapinya, menurut kantor Yoon.
Baca juga: Kim Sambut Putin di Pyongyang, Apa Tujuan Pertemuan Ini?
Amerika Serikat dan Jepang juga mengutuk hubungan militer yang semakin dalam antara Korea Utara dan Rusia. Sementara itu, dalam menanggapi pertanyaan BBC tentang dugaan kerja sama Korea Utara-Rusia, Juru Bicara kementerian luar negeri China, Lin Jian mengatakan bahwa pihaknya berharap semua pihak akan bekerja untuk meredakan situasi dan mengupayakan solusi politik untuk krisis Ukraina.
Beberapa pakar pertahanan mengatakan kepada BBC Korea bahwa keterlibatan Korea Utara dapat mempersulit perang.
"Keterlibatan Korea Utara dapat membuka pintu bagi partisipasi internasional yang lebih besar dalam konflik tersebut, yang berpotensi menarik lebih banyak negara," kata Moon Seong-Mok dari Institut Strategi Nasional Korea.
"Masyarakat internasional kemungkinan akan meningkatkan sanksi dan tekanan terhadap Rusia dan Korea Utara, tetapi masih harus dilihat apakah keterlibatan Korea Utara akan benar-benar menguntungkan kedua negara," kata Dr. Moon.
Baca juga: Kronologi Korea Utara Ledakkan Jalan Menuju Korea Selatan
Namun, yang lain percaya bahwa unit militer Rusia akan mengalami kesulitan untuk memasukkan pasukan Korea Utara ke garis depan mereka.
Selain kendala bahasa, tentara Korea Utara tidak memiliki pengalaman tempur baru-baru ini, kata mereka.
Valeriy Ryabykh, editor publikasi Ukraina Defence Express, mengatakan bahwa tentara Korea Utara dapat diminta untuk menjaga beberapa bagian perbatasan Rusia-Ukraina, yang akan membebaskan unit Rusia untuk bertempur di tempat lain.
Baca juga: Tuding Seoul Propaganda, Kim Jong Un Arahkan Moncong Artileri ke Selatan Siap Ditembakkan ke Korsel
"Saya akan mengesampingkan kemungkinan bahwa unit-unit ini akan segera muncul di garis depan," katanya. (BBC)