Putin Buktikan Masih Punya Teman dengan Membesarnya BRICS, tapi Mungkin Akan Ada Konflik Internal
Rusia menjadi tuan rumah pertemuan puncak BRICS minggu ini, yang bisa menunjukkan Barat gagal mengisolasi Rusia dari panggung internasional.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Ayu Miftakhul Husna
Barbashin mengatakan kelompok ini tidak memiliki peluang untuk bersatu secara politik, mengingat kepentingan para anggotanya berbeda-beda dan bahkan saling bersaing.
Para anggota BRICS bergulat dengan perselisihan internal mengenai hubungan dengan Barat, klaim teritorial, serta invasi Rusia ke Ukraina.
Anggota lainnya terlibat dalam kebuntuan internal, misalnya India dan China yang berselisih mengenai wilayah perbatasan mereka yang disengketakan, meskipun mereka mengumumkan kesepakatan tentang pengaturan patroli minggu ini.
Beberapa negara, terutama India dan Afrika Selatan, juga harus melakukan upaya penyeimbangan yang rumit, yaitu melibatkan diri dengan BRICS tanpa menjauhkan diri dari mitra mereka dari Barat.
Barbashin mengatakan kepada Business Insider bahwa KTT BRICS penting bagi Rusia karena Rusia diasingkan dari panggung internasional lainnya akibat invasinya ke Ukraina.
"Ini adalah cara untuk berkomunikasi dan mungkin mencapai beberapa kesepakatan di masa mendatang yang belum tentu dapat kami perkirakan," katanya.
Secara total, perwakilan dari 32 negara akan menghadiri KTT minggu ini, yang digelar pada 22-24 Oktober 2024, menurut Moskow.
Namun, Barbashin mengatakan ukuran kelompok tersebut menutupi ketidakmampuan mereka.
"Itu hanya gambaran depan yang bagus," katanya.
Para pemimpin diharapkan untuk membahas sejauh mana anggota bersedia berkomitmen pada kelompok tersebut.
Selama jumpa pers yang diadakan oleh Pusat Analisis Kebijakan Eropa pada hari Senin, seorang analis memprediksi rintangan besar bagi kelompok tersebut untuk melampaui statusnya sebagai "sekedar klub diskusi."
Baca juga: Kedatangan Sekjen PBB di KTT BRICS 2024 Tuai Kecaman dari Ukraina
Evgeny Roshchin, seorang peneliti tamu di Pusat Urusan Global Henry A. Kissinger Universitas Johns Hopkins, mengatakan BRICS perlu memilih cara mendistribusikan kekuasaan di antara para anggotanya jika lebih banyak negara bergabung.
"Di balik retorika tersebut, ada kekhawatiran besar — bahkan di dalam Rusia — apakah para anggota baru tersebut akan menjadi setara dengan mereka," kata Roshchin.
Ia mencatat bahwa Rusia dapat kehilangan pengaruh dan kemampuan pengambilan keputusannya di antara sekelompok besar anggota yang secara konseptual setara.