Presiden Mahmoud Abbas: Israel Ingin Usir Warga Palestina dari Gaza dan Tepi Barat
Presiden Mahmoud Abbas mengatakan Israel ingin mengusir warga Palestina dari Jalur Gaza dan Tepi Barat dengan melakukan kekerasan.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, mengatakan Israel berupaya mengusir warga Palestina dari tanah airnya di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
Pesan ini disampaikannya saat KTT BRICS ke-16 di Kota Kazan, Rusia barat daya, pada Kamis (24/10/2024), ketika agresi Israel masih berlangsung di Jalur Gaza serta berlanjutnya pendudukan Israel dan pengusiran warga Palestina di Tepi Barat.
"Warga Palestina tidak akan pernah meninggalkan Gaza, sama seperti mereka tidak akan pernah meninggalkan Tepi Barat. Ini adalah hal yang penting. (Perdana Menteri Israel Benjamin) Netanyahu, pada gilirannya, tengah berupaya melakukan ini, untuk mengusir warga Palestina dari tanah air mereka, tetapi kami tidak akan pernah melakukan ini," kata Mahmoud Abbas.
Mahmoud Abbas mengatakan ia tahu negara tetangganya, Mesir dan Yordania, tidak mendukung kebijakan Netanyahu dan menegaskan Jalur Gaza adalah bagian integral dari negara Palestina.
“Oleh karena itu, kami bermaksud untuk bekerja guna mengakhiri pendudukan, sehingga kami dapat hidup dalam satu negara Palestina -- bersama dengan Gaza, bersama dengan Tepi Barat,” kata Mahmoud Abbas.
Presiden Palestina mengatakan rakyatnya hanya menginginkan gencatan senjata, yang menurutnya merupakan sesuatu yang dituntut semua orang.
Lebih lanjut, Mahmoud Abbas mengungkapkan keyakinannya bahwa Palestina mampu mencapainya dan mulai mengirimkan bantuan kemanusiaan yang semakin banyak.
"Palestina senang dengan posisi kuat Rusia dalam mendukung masalah Palestina dan hak kedaulatan rakyat Palestina untuk mencapai semua tujuan mereka dan mendirikan negara kami," katanya.
Putin Dukung Berdirinya Negara Palestina
Dalam pertemuan itu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan situasi di kawasan itu memburuk dan ketegangan meningkat di Tepi Barat, selain di Jalur Gaza.
“Posisi Rusia yang berprinsip konsisten dan sama sekali tidak oportunis. Kami dengan tegas menganjurkan diakhirinya pertumpahan darah dan penyediaan akses kemanusiaan bagi semua yang membutuhkan. Kami mengimbau semua pihak untuk menahan diri,” kata Putin.
Baca juga: Hamas Minta Rusia Tekan Presiden Palestina Menuju Pembentukan Pemerintahan Persatuan Pascaperang
"Perdamaian abadi hanya dapat dicapai melalui penyelesaian politik dan diplomatik berdasarkan landasan hukum internasional yang diketahui, yang memungkinkan berdirinya negara Palestina yang merdeka dan berdaulat, yang dapat hidup berdampingan secara damai dan aman dengan Israel,” lanjutnya.
Israel terus melancarkan serangan brutal terhadap Jalur Gaza sejak serangan tahun lalu oleh kelompok perlawanan Palestina, Hamas, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.
Serangan Israel menyebabkan hampir seluruh penduduk Jalur Gaza mengungsi di tengah blokade yang menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini Israel yang didukung Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza.
Jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 42.847 jiwa dan 100.544 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Kamis (24/10/2024) menurut Kementerian Kesehatan Gaza, dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023), untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel mengklaim, ada 101 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 sandera Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel