Mengapa Serangan IDF ke Iran Dinamakan 'Operasi Hari Pertobatan'?
Hari Pertobatan mengacu pada sepuluh hari antara Rosh Hashanah dan Yom Kippur dalam agama Yahudi
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Pasukan Israel alias IDF akhirnya merealisasikan ancamannya dengan menyerang Iran.
Serbuan dilakukan dengan meluncurkan rudal dan serangan dengan angkatan udara IDF pada Jumat (25/10/2024) malam atau Sabtu (26/10/2024).
Serangan tersebut oleh IDF dinamakan dengan “Days of Repentance” atau " Hari Pertobatan". Ternyata nama operasi tersebut tidak diambil sembarangan.
Baca juga: Negara Arab Penghasil Minyak Takut Terseret Perang Israel-Iran, Janji Manis AS Bikin Sedikit Lega
Israel memiliki alasan memberikan nama operasi tersebut.
Dikutip dari Jerusalem Post, frasa “Hari Pertobatan” mengacu pada sepuluh hari antara Rosh Hashanah dan Yom Kippur dalam agama Yahudi, yang dikenal sebagai Sepuluh Hari Pertobatan.
Selama periode ini, orang-orang dipanggil untuk merenungkan tindakan mereka, menebus kesalahan, dan kembali ke jalan integritas, yang mengarah ke Yom Kippur, Hari Penebusan Dosa.
Istilah Ibrani teshuva, yang berarti “kembali,” merangkum gagasan tentang pembaruan spiritual dan peningkatan diri ini.
Dalam tradisi Yahudi, hari-hari ini dipandang sebagai kesempatan ketika “gerbang surga” terbuka, yang memungkinkan individu untuk mencari pengampunan dan menyelaraskan diri dengan nilai-nilai yang lebih tinggi.
Dengan menamai operasi tersebut setelah waktu ini, Israel menggarisbawahi pentingnya akuntabilitas dan komitmen terhadap perlindungan nasional.
bagi kaum Yahudi, waktu dan nama "Operasi Hari Pertobatan" membawa banyak makna simbolis.
Pertama, menandai satu tahun sejak 7 Oktober. Operasi tersebut diluncurkan sehari setelah Simchat Torah, tanggal yang menandai ulang tahun insiden tragis 7 Oktober setahun sebelumnya.
Baca juga: Netanyahu dan Gallant Sembunyi di Bunker Kemenhan setelah Israel Serang Iran
Waktu ini memberikan bobot historis yang suram pada kampanye tersebut, mengingatkan Israel dan negara-negara tetangganya tentang dampak agresi yang tidak terkendali.
Selain itu, serangan itu berfungsi sebagai pesan pasca-Hari Raya. Tak lama setelah Hari Raya dan Sepuluh Hari Pertobatan, operasi tersebut mencerminkan seruan untuk bertindak yang berakar pada rasa pembaruan.
Pilihan Israel untuk menghindari lokasi nuklir dan minyak, dan sebaliknya berfokus pada target militer, menandakan pengekangan diri sekaligus menggarisbawahi kemampuannya untuk merespons dengan tegas.