Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Amerika Klaim Rusia dan China Tanpa Malu-malu Lindungi Korea Utara

Gedung Putih mengecam Moskow dan Beijing di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) karena mendorong Pyongyang melanggar sanksi badan PBB.

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Garudea Prabawati
zoom-in Amerika Klaim Rusia dan China Tanpa Malu-malu Lindungi Korea Utara
Sputnik/Gavriil Grigorov/Pool via REUTERS
Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tampak tertawa di dalam mobil Aurus di Pyongyang, Korea Utara 19 Juni 2024. Kedua tampak saling menyopiri dalam perjalanan singkat tersebut. Keakraban ini menandai terjalinnya aliansi antara Rusia dan Korea Utara dengan komitmen saling membela bila kedua negara terlibat dalam perang bersenjata terhadap pihak lain. - Gedung Putih mengecam Moskow dan Beijing di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) karena mendorong Pyongyang melanggar sanksi badan PBB. 

Untuk diketahui, pertemuan kemarin dihadiri oleh AS, Prancis, Jepang, Malta, Korea Selatan, Slovenia dan Inggris.

Mengapa Korea Utara Disanksi?

Dikutip dari Council on Foreign Relations, Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK) telah melakukan berbagai macam kegiatan selama bertahun-tahun yang telah menuai kecaman internasional dalam bentuk sanksi.

Negara-negara besar dunia telah menerapkan sanksi ekonomi dan keuangan terhadap Korea Utara selama lebih dari belasan tahun untuk menekannya agar melakukan denuklirisasi.

Mereka juga telah menerapkan sanksi untuk menghukum rezim tersebut atas serangan siber, pencucian uang, dan pelanggaran hak asasi manusia.

Yang paling utama adalah pengembangan senjata nuklir dan rudal balistik.

Kepemimpinan Korea Utara, di bawah rezim Kim menganggap senjata nuklir satu-satunya cara untuk menjamin kelangsungan hidupnya.

DPRK meratifikasi Perjanjian Nonproliferasi Nuklir pada tahun 1985 tetapi menarik diri pada tahun 2003, dengan alasan agresi AS.

BERITA REKOMENDASI

Mereka melakukan uji coba nuklir pertamanya tiga tahun kemudian.

"Pemimpin saat ini Kim Jong-un melihat senjata nuklir sebagai aset militer , polis asuransi, dan sumber prestise yang besar sekaligus," tulis Vincent Brooks dan Ho Young Leem, mantan pemimpin Komando Pasukan Gabungan Republik Korea–AS, untuk Urusan Luar Negeri.

Meskipun sanksi telah menimbulkan dampak besar pada ekonomi Korea Utara, para ahli mengatakan efektivitasnya telah dirusak oleh kegagalan beberapa negara untuk menegakkannya dan kemauan beberapa perusahaan untuk mengabaikannya.

Akan tetapi, bahkan jika sanksi diperketat, banyak yang mempertanyakan apakah sanksi tersebut akan mencapai hasil yang diinginkan.

Tentara Korea Utara Bantu Rusia dalam Perang di Ukraina

Dalam perkembangan lain, tentara Korea Utara disebut-sebut membantu Rusia di Ukraina.


Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky meyakini setidaknya 11.000 tentara Korea Utara telah mencapai wilayah perbatasan Rusia di wilayah Kursk.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS), Mayjen Pat Ryder juga mengklaim hal serupa.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas