Hidup Lagi Setelah Kematian Politik, Jika Donald Trump menang, Disebabkan oleh Alasan-alasan Berikut
Ketika Donald Trump kalah dalam pemilu presiden AS tahun 2020 dari Joe Biden, sepertinya lonceng kematian politiknya sudah berbunyi, namun ia kembali
Editor: Muhammad Barir
Hidup Lagi Setelah Kematian Politik, Jika Donald Trump menang, Disebabkan oleh Alasan-alasan Berikut
TRIBUNNEWS.COM- Ketika Donald Trump kalah dalam pemilu presiden AS tahun 2020 dari Joe Biden, sepertinya lonceng kematian politiknya sudah berbunyi, namun ia kembali mempersiapkan diri untuk pemilu mendatang di Amerika Serikat.
Ia memasuki pemilu dengan menghadapi banyak tantangan selain memiliki pendukung yang bersemangat.
Hukuman pidana yang dijatuhkan pada Trump membuat banyak pemilih Amerika mempunyai opini negatif terhadapnya.
Namun dengan mengatasi tantangan-tantangan ini dan berfokus pada ketidakpuasan masyarakat terhadap status quo, Trump menampilkan dirinya sebagai pilihan untuk mengubah status quo.
Dalam beberapa jam terakhir menjelang berakhirnya pemilihan presiden AS, beberapa analis membicarakan kemungkinan kemenangannya.
Suasana yang tidak menyenangkan
Berdasarkan jajak pendapat ABC/Ipsos yang dirilis pada pagi hari tanggal 3 November, 74 persen responden menganggap negara Amerika Serikat sedang menuju ke arah yang salah.
Sejak tahun 1980, ketika sebagian besar pemilih merasa bahwa negara sedang menuju ke arah yang salah, ketidakpuasan masyarakat ini menjadi indikasi kuat bahwa partai yang berkuasa akan kalah dalam pemilu dan kehilangan kekuasaan.
Jika Trump berhasil menggambarkan Ny. Harris sebagai salah satu pejabat utama dalam permasalahan yang terjadi pada masa kepresidenan Biden, dia bisa memenangkan pemilu mendatang.
Ia juga berusaha menarik pemilih dengan menampilkan citra positif kepresidenannya.
Pendapat pemilih tentang situasi perekonomian negara mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendapat mereka.
Harga-harga di AS hanya naik 2,1 persen pada bulan September dibandingkan tahun lalu, dan perekonomian tumbuh sebesar 2,8 persen pada kuartal terakhir.
Namun 75 persen pemilih dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh The New York Times dan Sinai College pada bulan Oktober mengatakan perekonomian sedang buruk.
Setelah publikasi laporan yang mengindikasikan rendahnya pertumbuhan lapangan kerja di Amerika Serikat, Trump menggunakan kesempatan ini untuk mengkritik manajemen ekonomi pemerintahan Biden dan menampilkan dirinya sebagai pilihan yang lebih kuat untuk memperbaiki situasi.