Hidup Lagi Setelah Kematian Politik, Jika Donald Trump menang, Disebabkan oleh Alasan-alasan Berikut
Ketika Donald Trump kalah dalam pemilu presiden AS tahun 2020 dari Joe Biden, sepertinya lonceng kematian politiknya sudah berbunyi, namun ia kembali
Editor: Muhammad Barir
Pada pemilu 2024, Trump menyinggung isu yang selama ini menjadi simbol politiknya.
Imigrasi ilegal dan permasalahan terkait telah menjadi salah satu fokus utama kampanye pemilu Trump untuk mendapatkan dukungan pemilih.
Iklannya menampilkan gambar hitam putih para migran yang melaju kencang melintasi perbatasan atau menyerbu jalan-jalan kota. Dia menyerukan hukuman mati bagi imigran yang merugikan petugas penegak hukum.
Dalam jajak pendapat terbaru New York Times dan Cena College, 15 persen responden menyebut imigrasi sebagai isu paling penting dalam keputusan mereka untuk memilih. Ekonomi merupakan isu terpenting yang diangkat oleh 27 persen responden.
Kandidat
Kemenangan Trump menjadi bukti dukungan dan ketertarikan sebagian besar pemilih Amerika terhadapnya. Kampanyenya sempurna.
Terlepas dari tantangan dan permasalahan yang mungkin bisa menyebabkan kekalahan bagi kandidat lain, Trump mampu maju dan tetap berada di panggung politik. Di antara kasus-kasus tersebut, kita dapat menyebutkan kekalahannya dalam perdebatan dengan Ny. Harris.
Trump terkadang mengabaikan arahan para penasihatnya dan malah membahas topik favoritnya, terutama topik kontroversial.
Isu ini sempat mengecewakan para penasehatnya, namun jelas membuat pendukungnya senang dan terhibur.
Jenis kelamin
Jika Trump menang, maka ini merupakan kedua kalinya ia mengalahkan perempuan dalam pemilu presiden.
Hal ini dapat menunjukkan bahwa banyak pemilih Amerika yang masih belum sepakat untuk memilih perempuan sebagai presiden. Atau mereka tidak menerima pandangan seperti itu.
Sulit untuk membuktikan bahwa Harris gagal khususnya karena diskriminasi gender.
Meskipun demikian, gender memainkan peran penting dalam cara orang Amerika memilih pada pemilu tahun 2024.
Jajak pendapat terbaru yang dilakukan New York Times dan Cena College, yang dilakukan pada akhir Oktober, menunjukkan tingkat jajak pendapat Trump di kalangan laki-laki lebih tinggi dibandingkan Harris.
Menurut survei ini, angkanya adalah 55?rbanding 41%.