'Kakek saya adalah pembunuh massal terbesar dalam sejarah' — Kesaksian cucu komandan Nazi
Kai sedang menyimak pelajaran sejarah di bangku kelas 6 SD ketika guru sejarahnya menyebut nama yang menarik perhatiannya: Rudolf…
“Hati saya hancur ketika saya membaca pernyataannya dan hal-hal yang dia katakan dengan cara yang dingin dan klinis ,” kenangnya.
"Saat orang melakukan sesuatu, mereka cenderung membenarkannya, dan kita bisa membenarkan hampir semua hal, bukan? Dan dia membenarkannya."
Emosi membanjiri Kai: "Malu, bersalah, tidak percaya. Sulit bagi saya untuk memahami bahwa saya memiliki hubungan dengan seseorang yang melakukan hal seperti itu.”
Cucu sang komandan Nazi
Seolah kebingungan belum cukup dalam kehidupan muda Kai, tak lama setelah mengetahui kebenaran tentang keluarganya, orang tuanya memutuskan untuk bercerai.
“Itu adalah perceraian yang sangat rumit,” kenang Kai, “dengan perintah penahanan dan sebagainya.”
“Dan kami, sebagai anak-anak, terlibat dalam situasi itu. Tanpa [perceraian] ini, mungkin kami bisa membicarakan semuanya, namun ketegangan terus-menerus antara orang tua saya menghalangi segalanya.”
Masa lalu yang kelam itu, ditambah karier yang menjanjikan di industri perhotelan, membuat Kai menjauh dari Jerman selama lebih dari 30 tahun.
Dia menikah, berkeliling dunia, dan tinggal di AS selama beberapa tahun. Dia selalu menghindari kembali pulang ke kampung halaman.
"Itu ada hubungannya dengan perceraian orang tua saya. Begitu banyak hal yang hancur dan hubungan saya dengan ibu saya sangat sulit, dan saya tidak ingin membawa keluarga saya ke dalam dinamika keluarga yang hancur ini."
Selama 30 tahun itu, Kai tidak pernah berbicara dengan ayahnya.
Alasannya, Kai merasa ayahnya telah mengkhianati sang ibu karena telah berselingkuh.
Hans kemudian mengganti namanya, dan hampir 30 tahun kemudian saat Kai kembali ke Jerman, teleponnya berdering.
"Saya tidak mengenali nomornya. Saya bertanya siapa nomornya dan dia berkata 'Saya ayahmu.'"