Pentagon Konfirmasi Lebih Dari 11.000 Tentara Korea Utara Terkonsentrasi di Kursk
Pentagon memastikan berdasarkan laporan intelijen, Moskow telah melibatkan unit pasukan Korea Utara di Kursk, Rusia.
Penulis: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Departemen Pertahanan Amerika Serikat atau Pentagon memastikan berdasarkan laporan intelijen, Moskow telah melibatkan unit tentara Korea Utara di Kursk, Rusia.
Wakil Juru Bicara Pentagon, Sabrina Singh mengatakan, pihaknya memperkirakan jumlah personel asal Pyongyang di wilayah Rusia yang berbatasan dengan oblast Sumy, Ukraina tersebut telah melebihi 11.000 tentara.
Singh mencatat bahwa perkiraan minggu lalu mengenai jumlah pasukan Korea Utara yang dikirim ke daerah tersebut berkisar antara 10.000 hingga 11.000.
Baca juga: Fakta Biden Cabut Larangan Ukraina Gunakan Rudal Jarak Jauh untuk Serang Wilayah Rusia
"Rusia mulai melibatkan unit Korea Utara secara langsung dalam misi tempur. Pentagon memperkirakan mereka semua pada akhirnya akan berpartisipasi dalam aksi (peperangan)," kata Singh dikutip dari Ukrinform, Selasa (19/11/2024).
Kerja Sama Korut-Rusia
Hubungan Rusia dengan Korea Utara saat ini memang semakin mesra. Dua negara sekutu tersebut semakin memperdalam perjanjian kerja sama mereka.
Bahkan pada Senin (18/11/2024) kemarin, Menteri Sumber Daya Alam dan Ekologi Rusia Alexander Kozlov berkunjung ke Korea Utara bertemu Kim Jong Un di Pyongyang.
Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) yang dikelola pemerintah mengatakan, kerja sama itu dalam bidang perdagangan, ekonomi, sains, dan teknologi.
Sedangkan akademi militer Rusia juga mengirimkan delegasi mereka ke ibu kota, namun tujuan dari kunjungan tersebut tidak disebutkan.
Negara-negara Barat mengkhawatirkan hubungan Korut dan Rusia akan membahayakan mereka.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sangat menginginkan teknologi canggih dari Rusia, imbalannya adalah Kim Jong Un mengirimkan pasukannya ke Rusia bertempur melawan Ukraina.
Baca juga: Rusia Tanggapi Izin bagi Ukraina untuk Pakai Rudal AS: Mereka Menuang Bahan Bakar ke dalam Api
AS memperkirakan Korut telah mengirim lebih dari 10.000 pasukannya ke Rusia untuk berperang.
Korea Utara baru-baru ini meratifikasi pakta pertahanan penting dengan Rusia, untuk meresmikan hubungan militer yang telah terjalin selama berbulan-bulan antara dua negara.
Memperhatikan perjanjian baru tersebut, Kim menyerukan dalam pertemuannya dengan Kozlov untuk lebih mempromosikan perdagangan serta pertukaran ilmiah dan teknologi.
"Pertemuan mereka berlangsung dalam suasana yang bersahabat dan hangat," kata KCNA.
Sebagai imbalan atas pengiriman pasukan Korea Utara, Barat khawatir Rusia menawarkan dukungan teknologi yang dapat memajukan program senjata nuklir di Pyongyang. Bahkan baru-baru ini, Korea Utara menembakkan salvo rudal balistik dan menguji ICBM berbahan bakar padat baru.
Izin Tembakkan Rudal Jarak Jauh
Sementara itu Presiden AS Joe Biden dikabarkan telah mencabut larangan penggunaan rudal jarak jauh buatan AS untuk menyerang jauh ke dalam Rusia.
The New York Times mengabarkan bahwa salah satu alasan dari pencabutan larangan tersebut adalah untuk memperkuat keberadaan pasukan Ukraina di Kursk.
Dengan rudal ATACMS yang bisa ditembakkan lebih dari jarak 300 kilometer tersebut, AS berharap bisa membantu pasukan Ukraina tetap bercokol di wilayah perbatasan Rusia.
Namun hal ini dianggap oleh Rusia sebagai pelibatan langsung NATO terhadap peperangan Rusia-Ukraina.