Fakta-Fakta Oreshnik, Rudal Balistik Baru yang Digunakan Rusia untuk Serang Ukraina
Moskow mengatakan Oreshnik, senjata berkemampuan nuklir, digunakan dalam serangan terhadap Ukraina di tengah meningkatnya ketegangan.
Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Wahyu Gilang Putranto
Dalam sebuah tayangan televisi pada hari Kamis, Putin mengatakan serangan terhadap kota Dnipro merupakan uji coba salah satu sistem rudal jarak menengah terbaru Rusia dalam kondisi tempur.
Putin mengatakan rudal tersebut telah dikerahkan dalam konfigurasi hipersonik non-nuklir dan mengatakan uji coba tersebut telah berhasil dan telah mengenai sasarannya.
Putin mengatakan pertahanan udara tidak dapat mencegat Oreshnik.
“Sistem pertahanan udara modern tidak dapat mencegat rudal semacam itu. Itu mustahil,” kata Putin.
“Sampai hari ini, tidak ada cara untuk menangkal senjata semacam itu,” presiden itu membanggakan.
Putin juga menyatakan bahwa Rusia akan menangani masalah peluncuran rudal jarak menengah dan pendek lebih lanjut berdasarkan tindakan Amerika Serikat dan "satelitnya."
4. Apa Kata Ukraina?
Kyiv mengklaim bahwa Rusia menggunakan rudal balistik antarbenua (ICBM) bersama dengan rentetan rudal lainnya di Dnipro.
Pemerintah setempat mengatakan serangan itu mengenai fasilitas infrastruktur dan melukai dua warga sipil.
Presiden Volodymyr Zelenskyy memperingatkan tentang "eskalasi yang jelas".
Rudal balistik antarbenua (ICBM) memiliki jangkauan 1.000-5.500 km, lebih rendah dari rudal balistik jarak menengah.
Direktorat Intelijen Utama Ukraina mengatakan rudal itu ditembakkan dari Lapangan Uji Rudal ke-4, Kapustin Yar, di wilayah Astrakhan Rusia dan terbang 15 menit sebelum menghantam Dnipro.
Baca juga: Apa yang Bisa Diketahui Soal Rudal Hipersonik Rusia Oreshnik? Terbang 10 Kali Kecepatan Suara
Rudal itu memiliki enam hulu ledak, yang masing-masing membawa enam submunisi.
Kecepatan tertinggi yang dicapai rudal itu adalah 11 Mach.
5. Apa Kata Analis?
Dilansir Kyiv Independent, rudal Oreshnik Rusia yang menargetkan Dnipro kemungkinan tidak membawa muatan peledak dan tidak menyebabkan kerusakan signifikan, media Jerman Bild melaporkan pada tanggal 23 November, mengutip analis militer Bild, Julian Ropcke.