Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pesan PIJ Gaza ke Hizbullah Lebanon: Kita Akan Tetap Bersatu, Kalah dari Israel Bukan Pilihan 

Gerakan Jihad Islam Palestina menyatakan dukungannya terhadap Hizbullah Lebanon dan mengaku akan tetap solid dalam perlawanan melawan Israel

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
zoom-in Pesan PIJ Gaza ke Hizbullah Lebanon: Kita Akan Tetap Bersatu, Kalah dari Israel Bukan Pilihan 
Mahmud ham / AFP
Anggota gerakan Jihad Islam Palestina (PIJ) atau Brigade Al-Quds mengacungkan senjatanya, berparade di jalan-jalan Kota Gaza pada 5 Januari 2022. 

Pesan PIJ Gaza ke Hizbullah Lebanon: Kita Akan Tetap Bersatu, Kalah dari Israel Bukan Pilihan 

TRIBUNNEWS.COM - Sekretaris jenderal (Sekjen) gerakan perlawanan Jihad Islam Palestina (PIJ) yang berbasis di Gaza, berjanji akan terus bersatu di antara berbagai faksi Poros Perlawanan regional, termasuk gerakannya dan mitranya Hizbullah.

Ziad Nakhala menyampaikan pernyataan tersebut dalam pesan yang ditujukan kepada pemimpin gerakan Perlawanan Lebanon Hizbullah, Sheikh Naim Qassem pada Rabu (27/11/2024) dilansir MNA.

Baca juga: Eks Petinggi Militer Israel Ungkap IDF Alami Krisis, Puji Keberanian Hizbullah Lawan Zionis

“Kita akan tetap bersatu sebagai satu front dan satu perlawanan, sampai meraih kemenangan,” tulis mantan presiden itu, sebagaimana dilaporkan Press TV.

"Saya mengulang kata-kata abadi dari martir besar dalam perjalanan pembebasan Palestina, Sayyed Hassan Nasrallah: Kekalahan bukanlah pilihan; kemenangan adalah satu-satunya jalan ke depan," imbuh Nakhala, merujuk pada mendiang sekretaris jenderal Hizbullah, yang dibunuh selama agresi Israel yang gencar terhadap ibu kota Lebanon, Beirut, pada bulan September.

Pejabat faksi milisi Palestina itu lebih lanjut memuji gerakan Perlawanan regional atas perjuangan mereka yang gagah berani dan sukses dalam menghadapi rezim Israel dan sekutunya.

“Dari Palestina hingga Lebanon, dari Gaza yang berani hingga pinggiran kota Beirut yang tangguh, dan dari para pejuang Palestina yang heroik hingga Perlawanan Islam di Lebanon, kami memuji keteguhan dan kekuatan Anda yang tak tergoyahkan,” tulisnya.

Berita Rekomendasi

“Meskipun terluka dan digempur gencar oleh musuh, yang dipimpin oleh AS dan sekutunya, kalian tetap menjunjung tinggi panji Perlawanan dengan bangga dan bermartabat.”

Nakhala mengenang bagaimana kelompok perlawanan bergegas membela dan mendukung warga Palestina, “menawarkan nyawa yang berharga, sementara yang lain tidak mampu memberikan bantuan dasar apa pun kepada warga Palestina yang haus dan lapar.”

Komentar tersebut menyangkut ratusan operasi pembalasan yang berhasil dilancarkan gerakan tersebut terhadap wilayah Palestina yang diduduki sejak Oktober lalu, ketika rezim Israel mulai menyeret Jalur Gaza ke dalam perang genosida.

Pejabat itu juga mengucapkan selamat kepada rakyat Lebanon dan perlawanan atas keteguhan hati mereka.

Hamas Tak Merasa Dikhianati Hizbullah

Sebelumnya, faksi lain milisi Palestina, Gerakan Perlawanan Hamas menegaskan komitmennya untuk bekerja sama dalam segala upaya gencatan senjata di Gaza.

Kemauan Hamas untuk gencatan senjata dalam perangnya melawan agresi Israel di Gaza ini dinyatakan beberapa jam setelah perjanjian gencatan senjata di Lebanon mulai berlaku.

Baca juga: AS: Hamas Ditinggal Hizbullah, Brigade Hizbullah Irak: Eits, Masih Ada Kami, Lanjut Serang Israel

Gerakan perlawanan Palestina itu dalam sebuah pernyataan pers, pada Rabu (27/11/2024), menambahkan kalau mereka terus mengupayakan penghentian agresi Israel terhadap rakyat Palestina, dalam negosiasi gencatan senjata, lansir Khaberni.

Namun Hamas juga menyoroti perbedaan visi soal faktor-faktor penentu penghentian agresi Israel terhadap Gaza yang semestinya “disepakati secara nasional” oleh faksi manapun di kelompok Palestina.

Hamas menjelaskan, faktor-faktor penentu ini termasuk seputar gencatan senjata, penarikan pasukan pendudukan, kembalinya para pengungsi ke rumah mereka, dan penyelesaian kesepakatan pertukaran tahanan Palestina dan sandera Israel.

Seorang wanita Lebanon mengangkat potret pemimpin Hizbullah yang terbunuh, Hassan Nasrallah dan Hashem Safieddine, bersama bendera kuning kelompok militan tersebut saat orang-orang kembali ke pinggiran selatan Beirut pada 27 November 2024 setelah gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah mulai berlaku. Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah di Lebanon berlangsung setelah lebih dari setahun pertempuran yang telah menewaskan ribuan orang.
AFP
Seorang wanita Lebanon mengangkat potret pemimpin Hizbullah yang terbunuh, Hassan Nasrallah dan Hashem Safieddine, bersama bendera kuning kelompok militan tersebut saat orang-orang kembali ke pinggiran selatan Beirut pada 27 November 2024 setelah gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah mulai berlaku. Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah di Lebanon berlangsung setelah lebih dari setahun pertempuran yang telah menewaskan ribuan orang. AFP (AFP)

Tak Merasa Dikhianati Hizbullah

Dalam pernyataannya, Hamas menyiratkan tidak merasa 'ditinggalkan' oleh Hizbullah dalam perlawanan mereka terhadap agresi Israel.

Dalam kacamata Amerika Serikat (AS), yang menggaungkan gencatan senjata di Lebanon, gencatan senjata ini akan membuat Hizbullah 'berhenti' mendukung Hamas sehingga penghentian perang di Gaza juga akan terjadi.

Baca juga: AS: Hamas Ditinggal Hizbullah, Brigade Hizbullah Irak: Eits, Masih Ada Kami, Lanjut Serang Israel

Hamas justru memuji peran penting yang dimainkan oleh Hizbullah, dalam mendukung Jalur Gaza dan perlawanan Palestina, dan “pengorbanan besar yang dilakukan oleh Hizbullah dan kepemimpinannya,” serta ketabahan rakyat Lebanon dan kelompok mereka dalam solidaritas permanen dengan rakyat Palestina “dalam menghadapi pendudukan Zionis dan agresi brutalnya.”

Pernyataan tersebut menekankan bahwa penerimaan Israel terhadap perjanjian dengan Lebanon “tanpa memenuhi persyaratan yang ditetapkan merupakan langkah penting dalam menghancurkan ilusi Netanyahu tentang mengubah peta Timur Tengah dengan kekerasan, dan ilusinya tentang mengalahkan kekuatan perlawanan atau melucuti senjata mereka. "

Hamas juga menekankan bahwa perjanjian ini “tidak akan mungkin terjadi tanpa ketabahan perlawanan dan penggalangan inkubator rakyat di sekitarnya, dan kami yakin bahwa poros perlawanan akan terus mendukung rakyat kami dan mendukung perjuangan mereka dengan segala cara yang mungkin".

'Surrender Agremeent' Israel

Di sisi lain, gencatan senjata yang terjadi justru memicu kontroversi di dalam Israel.

Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir sangat menentang gencatan senjata itu.

Ben-Gvir menggambarkannya sebagai “kesempatan yang terlewatkan” untuk mengalahkan Hizbullah.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel Katz menekankan kesiapan Israel untuk menanggapi setiap pelanggaran gencatan senjata.

Baca juga: Belum Sehari Gencatan Senjata, Tentara Israel Tembaki Warga Lebanon yang Bergegas Pulang

Koalisi Pemerintahan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu juga menghadapi perpecahan internal.

Beberapa menteri Israel disebut-sebut mendukung perjanjian untuk “alasan kompleks dan rahasia,” menurut laporan di Israel Hayom

"Sumber-sumber keamanan Israel menyoroti pentingnya strategis perjanjian dalam mengurangi tekanan pada pasukan Israel yang membentang antara front Lebanon dan Gaza," tulis PC menjelaskan kalau gencatan senjata ini memang dibutuhkan militer Israel untuk 'ambil napas' setelah ngos-ngosan di berbagai front pertempuran.

Baca juga: Cara Pasukan Israel Bertahan Saat Dihajar Musim Dingin dalam Perang di 7 Front Sekaligus

Sementara itu, mantan Menteri Keamanan Israel Benny Gantz mengkritik kurangnya transparansi, menuntut rilis publik dari rincian kesepakatan.

Pemukim Israel Utara, yang saat ini mengungsi, menyatakan kekhawatiran kalau perjanjian itu akan memungkinkan Hizbullah untuk menggalan kekuatannya kembali.

Seorang warga Israel di Kiryat Shmona mengatakan kepada CNN bahwa kesepakatan itu menjadi 'Surrender Agreement', perjanjian menyerah Israel atas perangnya di front utara melawan Hizbullah.

Netanyahu Beberkan 3 Alasan Utama Sepakat Akhiri Perang dengan Hizbullah

Pemerintah Israel setuju gencatan senjata dengan Hizbullah di Lebanon pada Selasa (26/11/2024).

Gencatan senjata ini berpotensi mengakhiri perang Israel dan Hizbullah yang terjadi lebih dari setahun yang telah menewaskan ribuan orang.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam pernyataan yang direkam sebelumnya mengatakan ada tiga "alasan utama" mengapa ia menginginkan gencatan senjata dengan Hizbullah saat ini.

Yakni untuk "berfokus pada ancaman Iran," memberi pasukan Israel waktu istirahat, dan meningkatkan tekanan pada Hamas.

 Menurut Netanyahu, lamanya gencatan senjata Israel-Hizbullah tergantung pada apa yang terjadi di Lebanon.

“Jika Hizbullah melanggar perjanjian dan mencoba untuk mempersenjatai diri, kami akan menyerang,” ucapnya memperingatkan, dikutip dari AFP.

Baca juga: Media Israel: Serangan Hizbullah Bikin Boncos Negara Lebih dari Setengah Triliun

Pendukung utama Israel, Amerika Serikat, telah memimpin upaya gencatan senjata di Lebanon bersama Perancis.

“Dalam koordinasi penuh dengan Amerika Serikat, kami mempertahankan kebebasan militer penuh untuk bertindak,” kata Netanyahu menguraikan perang tujuh front yang dihadapi Israel di Gaza, Tepi Barat yang diduduki, Yaman, Irak, Suriah, Lebanon, dan Iran.

Hassan Fadlallah, pejabat senior Hizbullah dan anggota parlemen, mengatakan kepada Reuters bahwa kelompok itu akan tetap aktif setelah perangnya dengan Israel berakhir.

Termasuk, kata dia, dengan membantu warga Lebanon yang mengungsi kembali ke desa-desa mereka dan membangun kembali daerah-daerah yang hancur akibat serangan Israel.

Joe Biden memberikan rincian kesepakatan

Kantor Perdana Menteri Israel mengatakan Netanyahu berbicara dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan berterima kasih kepadanya atas keterlibatannya dalam perjanjian gencatan senjata.

Berbicara dari Gedung Putih, Biden memaparkan beberapa rincian kesepakatan gencatan senjata yakni :

  • Tentara Lebanon akan mengambil alih wilayahnya sendiri sekali lagi menyusul kesepakatan gencatan senjata yang dicapai antara Israel dan Lebanon.
  • Kesepakatan akan berlaku pada hari Rabu pukul 4 pagi waktu setempat , yang berarti hari Selasa pukul 9 malam waktu Timur .

Mengandalkan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701:

Gencatan senjata selama 60 hari tersebut bertujuan untuk melaksanakan resolusi PBB yang telah berusia 18 tahun, dengan harapan bahwa resolusi tersebut dapat menjadi dasar gencatan senjata yang langgeng.

Resolusi tersebut menetapkan bahwa Israel harus menarik semua pasukannya dari Lebanon selatan, dan bahwa satu-satunya kelompok bersenjata yang ada di selatan sungai Litani adalah militer Lebanon dan pasukan penjaga perdamaian PBB.

Anda dapat membaca penjelasan lengkap tentang resolusi tersebut dan bagaimana resolusi tersebut menghasilkan ketenangan relatif di wilayah tersebut.

Bukan Akhir Perang

Seorang pejabat Israel mengatakan kepada Maariv bahwa gencatan senjata bukanlah akhir dari perang dan bahwa Israel mempertahankan haknya untuk menanggapi ancaman apa pun.

Sumber itu juga mengatakan bahwa pemutusan hubungan antara front Gaza dan Lebanon akan membuat Hamas terisolasi, sesuatu yang juga disoroti oleh Netanyahu dalam pidatonya.

Sumber-sumber mengatakan kepada saluran Saudi Al Hadath bahwa tidak akan ada zona penyangga di Lebanon Selatan menurut perjanjian tersebut.

Hassan Fadlallah, seorang anggota parlemen Hizbullah, mengatakan kepada Reuters sebagai tanggapan atas pengumuman tersebut bahwa Hizbullah akan tetap aktif, termasuk dalam menyediakan layanan sosial kepada warga sipil Lebanon yang mengungsi.

Fadlallah menyebut jam-jam terakhir sebelum gencatan senjata sebagai "jam-jam berbahaya dan sensitif," mengingat IDF melancarkan serangan besar-besaran terhadap Beirut pada hari Selasa sebelumnya.

MK Zvi Sukkot, Otzmah Yehudit, mengatakan dia akan mendukung gencatan senjata karena IDF telah berhasil menyingkirkan 80 persen tokoh terkemuka di Hizbullah, membalikkan penentangannya sebelumnya.

Beberapa tokoh sayap kanan lainnya telah menyetujui atau menolak gencatan senjata secara bersyarat, termasuk Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Naftali Bennett.

Apa yang terjadi dengan Gaza:

Pemerintah Biden yakin bahwa kesepakatan tersebut berpotensi menjadi "pengubah permainan" dan membawa Hamas kembali ke negosiasi dengan Israel saat AS memperbarui dorongannya untuk mengamankan gencatan senjata di Gaza , menurut seorang pejabat senior pemerintah. 

Sejak 7 Oktober 2023, jumlah korban tewas akibat aksi militer Israel di Gaza telah meningkat menjadi 44.249 , dengan 104.746 orang terluka, menurut kementerian kesehatan daerah kantong itu.

(oln/aco/MNA/khbrn/CNN/AFP/Reuters/*)

 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas