Trump Ancam Hamas: Ada Neraka di Timur Tengah Kalau Sandera Israel Tak Dibebaskan Sebelum 20 Januari
Presiden terpilih AS Donald Trump melontarkan ancaman keras ke Gerakan Hamas terkait sandera Israel yang ada di Jalur Gaza.
Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
Kabar ini disampaikan oleh seorang pejabat dari kelompok militan Palestina tersebut kepada AFP pada tanggal 29 November 2024.
“Delegasi Hamas akan pergi ke Kairo untuk beberapa pertemuan dengan pejabat Mesir guna membahas gagasan gencatan senjata dan kesepakatan tahanan di Jalur Gaza,” kata pejabat tersebut, yang tidak mau disebutkan namanya.
Selain itu, Amerika Serikat juga mengumumkan upaya diplomatik baru dengan Qatar, Turki, dan Mesir untuk mencapai gencatan senjata di Gaza serta pembebasan sandera.
Sebelumnya, AS, Qatar, dan Mesir telah melakukan beberapa usaha untuk mencapai gencatan senjata, namun semua usaha tersebut selalu berakhir dengan kegagalan.
Tak Merasa Dikhianati Hizbullah
Sebelumnya, Hamas sudah menegaskan komitmennya untuk bekerja sama dalam segala upaya demi gencatan senjata di Gaza.
Kemauan Hamas untuk gencatan senjata dalam perangnya melawan agresi Israel di Gaza ini dinyatakan beberapa jam setelah perjanjian gencatan senjata di Lebanon mulai berlaku.
Baca juga: AS: Hamas Ditinggal Hizbullah, Brigade Hizbullah Irak: Eits, Masih Ada Kami, Lanjut Serang Israel
Gerakan perlawanan Palestina itu dalam sebuah pernyataan pers, pada Rabu (27/11/2024), menambahkan kalau mereka terus mengupayakan penghentian agresi Israel terhadap rakyat Palestina, dalam negosiasi gencatan senjata, lansir Khaberni.
Namun Hamas juga menyoroti perbedaan visi soal faktor-faktor penentu penghentian agresi Israel terhadap Gaza yang semestinya “disepakati secara nasional” oleh faksi manapun di kelompok Palestina.
Hamas menjelaskan, faktor-faktor penentu ini termasuk seputar gencatan senjata, penarikan pasukan pendudukan, kembalinya para pengungsi ke rumah mereka, dan penyelesaian kesepakatan pertukaran tahanan Palestina dan sandera Israel.
Tak Merasa Dikhianati Hizbullah
Dalam pernyataannya, Hamas menyiratkan tidak merasa 'ditinggalkan' oleh Hizbullah dalam perlawanan mereka terhadap agresi Israel.
Dalam kacamata Amerika Serikat (AS), yang menggaungkan gencatan senjata di Lebanon, gencatan senjata ini akan membuat Hizbullah 'berhenti' mendukung Hamas sehingga penghentian perang di Gaza juga akan terjadi.
Baca juga: AS: Hamas Ditinggal Hizbullah, Brigade Hizbullah Irak: Eits, Masih Ada Kami, Lanjut Serang Israel
Hamas justru memuji peran penting yang dimainkan oleh Hizbullah, dalam mendukung Jalur Gaza dan perlawanan Palestina, dan “pengorbanan besar yang dilakukan oleh Hizbullah dan kepemimpinannya,” serta ketabahan rakyat Lebanon dan kelompok mereka dalam solidaritas permanen dengan rakyat Palestina “dalam menghadapi pendudukan Zionis dan agresi brutalnya.”
Pernyataan tersebut menekankan bahwa penerimaan Israel terhadap perjanjian dengan Lebanon “tanpa memenuhi persyaratan yang ditetapkan merupakan langkah penting dalam menghancurkan ilusi Netanyahu tentang mengubah peta Timur Tengah dengan kekerasan, dan ilusinya tentang mengalahkan kekuatan perlawanan atau melucuti senjata mereka. "
Hamas juga menekankan bahwa perjanjian ini “tidak akan mungkin terjadi tanpa ketabahan perlawanan dan penggalangan inkubator rakyat di sekitarnya, dan kami yakin bahwa poros perlawanan akan terus mendukung rakyat kami dan mendukung perjuangan mereka dengan segala cara yang mungkin".