Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sejarah Darurat Militer di Korea Selatan, dari Pemerintah Syngman Rhee sampai Yoon Suk Yeol

Korea Selatan baru diperintah secara demokratis sejak tahun 1988, dengan sejarah pemerintahan otoriter-militer yang dimulai sejak perang Korea.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Bobby Wiratama
zoom-in Sejarah Darurat Militer di Korea Selatan, dari Pemerintah Syngman Rhee sampai Yoon Suk Yeol
Arsip Korea Selatan
Syngman Rhee, Park Chung-Hee, Yoon Suk Yeol 

Chun memperpanjang darurat militer, melarang organisasi dan pertemuan politik, yang selanjutnya mengintensifkan perlawanan publik.

Darurat militer akhirnya dicabut pada tahun 1981 karena tuntutan reformasi demokrasi semakin keras.

4. Darurat militer di era demokrasi (1987–sekarang)

Transisi Korea Selatan menuju demokrasi pada tahun 1987 menandai berakhirnya darurat militer sebagai alat politik.

Namun, hal itu berubah pada 3 Desember 2024, ketika Presiden Yoon Suk Yeol mengumumkan darurat militer, dengan alasan ancaman dari "pasukan anti-negara pro-Korea Utara."

Meskipun keputusan tersebut dengan cepat dibatalkan oleh parlemen yang mayoritas beroposisi, langkah ini menghidupkan kembali diskusi tentang kerapuhan demokrasi di Korea Selatan dan bayang-bayang masa lalunya yang otoriter.

Kata Analis: Upaya Gagal Yoon Suk Yeol Menerapkan Darurat Militer Dapat Membahayakan Posisinya

Pernyataan mengejutkan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol mengenai darurat militer pada Selasa malam memicu pertikaian selama bertahun-tahun dengan lawan-lawannya di dalam negeri, media, dan bahkan partai konservatifnya sendiri, serta membuat masa depan politiknya diragukan, menurut analis Reuters.

Yoon mencabut darurat militer itu hanya beberapa jam kemudian setelah parlemen, termasuk beberapa anggota partainya sendiri, mendukung untuk memblokir langkah tersebut.

Berita Rekomendasi

Yoon menang tipis dalam pemilihan presiden terketat dalam sejarah Korea Selatan pada tahun 2022, di tengah gelombang ketidakpuasan atas kebijakan ekonomi, skandal, dan perang gender.

Yoon diterima oleh para pemimpin Barat sebagai mitra dalam upaya menyatukan demokrasi melawan otoritarianisme yang berkembang di China, Rusia, dan tempat lain.

Presiden Korea Selatan, Yoon Seok-yeol, mengumumkan darurat militer, Selasa (3/12/2024) malam. Enam jam setelahnya, Rabu (4/12/2024) dini hari, ia mencabut pengumumannya itu karena mendapat penolakan dari Majelis Nasional.
Presiden Korea Selatan, Yoon Seok-yeol, mengumumkan darurat militer, Selasa (3/12/2024) malam. Enam jam setelahnya, Rabu (4/12/2024) dini hari, ia mencabut pengumumannya itu karena mendapat penolakan dari Majelis Nasional. (KBS)

Namun, meski ia berbicara tentang kebijakan luar negeri dengan nilai-nilai demokrasi, Yoon menghadapi tuduhan tentang kepemimpinan yang otoriter di dalam negeri.

Saat ini, Korea Selatan mencoba memperkuat posisinya sebelum pelantikan Presiden terpilih AS Donald Trump pada 20 Januari, yang berselisih dengan pendahulu Yoon terkait perdagangan dan pembayaran untuk pasukan AS yang ditempatkan di Korea Selatan.

Baca juga: Sosok Wanita yang Coba Rebut Senjata Api Tentara saat Geger Darurat Militer di Korea Selatan

"Bagi seorang presiden yang terlalu berfokus pada reputasi internasional Korea Selatan, hal ini membuat Korea Selatan tampak sangat tidak stabil," kata Mason Richey, seorang profesor di Universitas Studi Luar Negeri Hankuk di Seoul.

"Hal ini akan berdampak negatif pada pasar keuangan, mata uang, serta posisi diplomatik Korea Selatan di dunia."

Seorang diplomat Barat, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas politik yang sensitif, mengatakan deklarasi darurat militer akan mempersulit pembicaraan tentang keinginan Korea Selatan untuk bergabung dengan lebih banyak upaya diplomatik multinasional.

Jenny Town dari lembaga pemikir Stimson Center yang berbasis di AS mengatakan langkah itu tampak "putus asa dan berbahaya" serta dapat menjadi awal dari berakhirnya masa jabatan Presiden Yoon.

"Dia memang sudah tidak populer, tetapi ini mungkin hanya menjadi jalan terakhir untuk memajukan proses pemakzulan," katanya.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas